PART 77
POV SUAMI
Besok paginya aku pun dibangunkan oleh Ifah sekitar pukul 6 pagi.
Ifah:”Bangun a, mau ikut mandi di kali gak? Ucap Ifah yang tampak masih
memakai baju daster warna cream semi transparan lengan pendek yang
dipakainya tadi malam tapi kepalanya sudah mengenakan jilbab warna hitam
Saya:”Hoam, jadikah mau mandi di kali?
Ifah:”Ia, katanya aa penasaran pengen mandi di kali?
Saya:”Berdua aza?
Ifah:”ia, ibu jagain si tabah, bapak udah berangkat ke sawah”
Saya pun segera turun dari ranjang. Ku lihat Ifah mengambil handuk dua
dan satunya diberikan kepada saya. Saya pun segera menerimanya. Dari
belakang saya dapat melihat bayangan warna hitam di pantat istrinya
begitu juga di punggungnya, sepertinya Ifah meanggunakan pakaian dalam
berwarna hitam.
Saat keluar dari kamar ku lihat di teras Yuniar sedang duduk di lantai
memakai baju gamis merah dan jilbab warna putih bermain dengan si Tabah.
Ifah:”Ayo a, kita berangkat sekarang”
Saya:”bentar neng, aa cuci muka dulu”
Ifah:”Gak perlu, kan nanti aa mandi di sana” ucap Ifah.
Bener juga ya sudah saya pun segera keluar mengikuti Ifah yang tampak mengambil ember yang sudah ada di depan pintu.
Saya dan Ifah pun segera melewati Yuniar yang sedang duduk melihat ke jalan.
Ifah:”Mah, neng sama si aa mandi di kali dulu ya”
Yuniar:”Oh, ia neng, jagain suami kamu nanti ngaceng kemana-mana hihi”
Ifah:”Ya biarin mah, normal kalau kontolna ngaceng mah hihi”
Saya pun hanya mesem-mesem saja.
Ifah:”A, kita pakai motor ke kalinya, kalau jalan lumayan jauh”
Saya pun segera mengambil motor matic yang terparkir tak jauh dari teras rumah.
Ifah dan saya pun segera berboncengan menuju ke kali. Ifah menunjukan jalan menuju ke kali.
Di sepanjang jalan ternyata banyak juga biar di kampung perempuan dan
laki-laki yang berolah raga baik jalan santai, lari atau pun naik
sepeda.
Saya pun membawa motor dengan pelan dan hati-hati karena jalan menuju ke kali ternyata tidak begitu bagus dan berbatu.
Dari ke jauhan tampak sungai mulai ke lihatan berada di tengah-tangah di
mana kiri dan kanannya adalah sawah. Ada sebuah jalan yang hanya bisa
di masuki dua buah motor. Kami pun segera masuk ke jalan tersebut.
Baru mungkin 10 meteran saya terkejut karena saya berpapasan dengan Nina
yang membawa motor bebek, ya yang beberapa hari pernah saya lihat dan
kini saya yakin itu dia. Nina pun memandang saya dengan terkejut juga.
Karena ada Ifah saya pun tetap melaju.
Sepertinya Nina pun baru mandi di kali, meski memakai baju lengkap
tampak terlihat sedikit basah begitu juga rambutnya dan dia membawa
ember yang ditaruh di jepit kedua kakinya.
Saya:”Neng, kamu kenal sama perempuan barusan?
Ifah:”kenapa aa naksir ya?
Saya:”Aa kayak pernah kenal, dia kerja di villa temennya aa, kalau gak salah namanya Nina, betul gak ya?
Ifah:”Ia, aku kenal, memang namanya teh Nina, kalau gak salah ia, dia
pernah kerja di villa bantu-bantu, tapi setahu Ifah sekarang dia sudah
tidak kerja di sana, ada kasus”
Saya:”Ia kah kasus apa, kerja di mana memangnya sekarang? Tanya saya sedikit kaget
Ifah:”Dia buka warung kopi, suaminya kerja di bengkel”
Saya:”Oh, eh udah sampai” ucap saya karena memang kami sudah sampai di
dekat sungai. Hanya saja tidak mungkin membawa motor ke bawah karena
jalannya curam dan hanya ada jalan yang dibuat seperti tangga rumah dan
dipinggirnya ada bambu panjang sebagai pegangan sementara kiri dan kanan
pepohonan.
Ifah pun segera turun dan saya pun segera mematikan motor dan memarkir
di bawah pohon besar di situ ada juga sebuah motor bebek terparkir di
sana.
Ifah:”Kita harus turun lewat jalan ini, hati-hati licin, tempat
pemandiannya ada dua tempat yang dekat sini, ada yang 12 pancuran sama 4
pancuran, nanti kita lihat soalnya biasanya masih pagi rame”
Saya dan ifah pun mulai menuruni jalan tersebut dengan sedikit hati-hati
sepertinya ada bekas hujan, sepertinya tadi malam turun hujan meski
tidak lebat.
Saya:”Eh kata kamu nina keluar karena kasus? Kasus apa? nyuri? Tanya
saya sambil turun perlahan di depan Ifah yang berjalan di belakang saya.
Ifah:”Bukan, denger-denger Nina mau diajak ngewe sama majikannya, tapi gak mau, terus nina mau diperkosa sama majikannya”
Saya sedikit terkejut juga mendengarnya, tapi masuk akal, Pak Bob seperti apa orangnya.
Ifah:”Eh, berarti majikannya temen aa ya?
Saya:”Sebenarnya temenya istri saya, ya kelihatan orangnya kayak gitu,
Dewi aza pernah digodain sama dia” ucap saya, padahal bukan Cuma
digoadin tapi disetubuhin.
Nina:”Oh, kirain temen aa, ia katanya gitu, orangnya mesum, sering bawa
cewek yang bukan istrinya ke villa, denger dari tetangga sich, bukan
dari Nina” ucap Ifah lagi.
Saya:”Oh, terus nina berhasil diperkosa gak sama majikannya itu?
Ifah:”Katanya hampir, udah nyaris telanjang, tapi ditolong sama suami
pembantu temennya teh nina juga, karena kan dia jerit-jerit”
Saya:”Oh, terus?
Jarak dari atas sampai ke sungai ternyata lumayan jauh dan curam jadi kami jalan sangat pelan dan hati-hati.
Ifah:”Jadi teh nina lapor polisi, tapi akhirnya damai, denger-denger di
kasih uang banyak teh ninanya, jadi nyabut laporan ke polisi”
Saya pun manggut-manggut, untuk Pak Bob yang pengusaha tentu tak sulit sogok menyogok.
Ifah:”karena hujan jadi agak licin jalannya”
Saya:”Ia, gak ada jalan lagi neng?
Ifah:”Ada jalan lain tapi yang paling sama, kayak gini juga, karena sungainya jauh di bawah” ucap Ifah.
Akhirnya pun kami sampai ke tepi sungai.
Ku lihat memang seperti kata Ifah di tempat kami turun ada tempat mandi
yang pinggirannya kiri & kanan Cuma di tutupi pagar bambu yang tidak
terlalu rapat dan rendah juga dan yang posisi menghadap ke sungai malah
terbuka alias tak ada pintu dan dari atas orang bisa melihat ke dalam
karena letak tempat mandi jauh lebih rendah dan tak beratap. Sementara
di kejauhan tampak tempat mandi yang sama yang sepertinya jauh lebih
luas tapi tampaknya penuh dengan orang dan terlihat di atas pun masih
banyak yang menunggu giliran mandi.
Saat itu puh saya dapat melihat seorang perempuan telanjang bulat sedang
mandi di bawah pancuran yang ada 4. Sementara di atas bibir pemandian
di mana ada batu besar duduk seoarang lelaki hanya memakai handuk dengan
badan basah sepertinya habis mandi, yang ternyata pak Indra, sepertinya
saat saya menuruni jalan berbukit Pak Indra tidak menyadari saya yang
turun tapi setelah di bawah dia baru sadar begitu juga saya.
Indra:”Eh pak Dendi, lagi di sini ternyata?
Saya:”Eh pak Indra, ia pak, koq bapak sembunyi di semak-semak gitu?
Indra:”Ia, habis mandi nongkrong dulu, sambil nungguin ibunya anak-anak
mandi, soalnya lama kalau cewek mandi, saya tungguin takut ada yang
ngewein hehe” ucap Pak Indra vulgar sambil tersenyum kepada saya dan
Ifah. Perempuan yang sedang mandi yang ternyata istri Pak Indra pun ikut
berkomentar. Perempuan tersebut selanjutnya ku ketahui bernama Riska.
Jauh lebih muda dibanding pak Indra bahkan mungkin sepantaran istri saya
Dewi. Badanya ramping tidak gemuk rambutnya panjang sampai ke pantat
dia wajahnya putih bersih bahkan sedikit lebih cantik dari Ifah meski
usianya lebih tua dari Ifah.
Riska:”Eh, jorang si bapak”
Indra:”Ya ia, kamu mandi ditaranjang kitu (telanjang begitu), mun aya nu
nempo lalaki, mandi sosorangannan bisa diewe maheh (kalau ada yang
lihat lelaki,mandi sendirian bisa ditidurin kamu” ucap Indra sambil
tertawa.
Riska:”Lain seneng kalau istrinya ada yang merkosa?
Indra:”Ia, berarti kamu masih cantik, masih laku hehe” ucap Pak Indra lagi.
Riska:”Eh kalian malah bengong, mau mandi kan ayo masuk fah, itu laki baru kamu tuch ya”
Ifah:”ia a, malah bengong kita a, ayo masuk” ucap ifah sambil menuntun
saya sedikit memutar dan masuk ke dalam tempat pemandian yang di
bawahnya penuh dengan batu sementara air mengalir terus menerus tanpa
berhenti.
Ifah:”Ia teh Riska, ini suami aku, kang Dendi, kang Dendi ini teh Riska” ucap ifah memperkenalkan kami berdua.
Riska pun segera mengulurkan tangan kanannya tanpa malu padahal dia lagi
telanjang. Saat dia mengulurkan tangannya saya dapat melihat bulu
ketiaknya cukup lebat, spontan pemandangan tersebut membuat mr Joni saya
berdiri apalagi saya Cuma memakai kolor saja. Di tambah susunya Riska
pun kemana-mana cukup besar meski tak sebesar punya Ifah dan Yuniar dan
pentilnya panjang kehitaman. Sementara selangkangannya tak dapa kulihat
karena dia jongkok dan merapatkan kedua pahanya.
Saya pun menerima uluran tangan dia, mudah-mudahan dia dan suaminya tidak melihat perubuhan di celana saya.
Cepat-cepat saya pun melepaskan tangan istri pak Indra karena merasa tidak enak orangnya ada di atas.
Riska:”Koq malah bengong, bukannya mau mandi hihi? Ucap Riska lagi
sambil memutar badannya. Saat dia berputar selangkangannya sedkit
terbuka. Saya bisa melihat rimbunnya selangkangan Riska. Tapi karena
rimbunnya saya tidak dapat melihat dengan jelas memeknya dia.
Ifah:”Oh ia, ayo a lepas bajunya”
Saya:”Tapi aa malu neng” jawab saya dengan suara pelan karena memang saya sedikit malu.
Ifah:”Makanya neng pilih di sini, kalau di sana rame, pasti aa lebih
malu” ucapnya sambil menunjuk tempat pemandian satunya yang memang
banyak orang di sana.
Indra:”Hehe, pakai malu segala Pak Dendi, udah sama2 dewasa ini, kalau
orang di sini biasa begini, hemat air dan listrik di rumah hehe”
Ifah:”Ia, mana biar neng bantu lepasin” ucap Ifah.
Ifah pun langsung menarik kaos yang saya kenakan, sontak saya pun
mengangkat tangan saya hingga kaos pun terlepas. Ifah lalu menarik terun
celana saya hingga tinggal cd yang tersisa, untung kontol saya sudah
lemas kembali hingga tidak terlihat tonjolan berarti.
Ifah kemudian menarik celana dalam saya. Saya pun spontan menutupi
kemaluan meski yang memperhatikan Cuma pak Indra karena istrinya
membelakangi saya.
Ifah:”Udah sana hihi” ucap Ifah sambil menepuk pantat saya. Saya pun
segera bergerak ke pancuran yang paling ujung namun Ifah segera mencegah
saya.
Ifah:”Ngapain a jauh-jauh, di sini aza, dekat teh Riska” ucap Ifah.
Riska:”Ia, aku gak gigit koq a” ucapnya sambil menoleh kepadaku dan
tersenyum walau sedikit tidak jelas karena tampak dia lagi gosok gigi.
Saya pun meilhat Ifah sejenak dan ifah mengangkat jarinya menunjuk ke
tempat kosong di sebelah Riska. Saya pun segera berada di samping Riska
istrinya Indra yang sedang gosok gigi.
Saya pun segera berada di bawah pancuran yang airnya mengalir terus
menerus tersebut dan mengguyur kepala saya. Sementara kuliat istri saya
Ifah memasukan pakaian saya ke dalam ember. Ifah pun mulai melepas
jilbabnya, saya mulai dag-dig dug juga karena di atas ada Pak Indra.
Apakah Ifah akan telanjang juga seperti saya rasa tidak rela menyelimuti
pikiran saya hingga saya dari tadi Cuma diam membiarkan air mengalir
membasahi tubuh saya.
Riska:”Koq bengong, bengong terus si aa ini,hati-hati lho kesambet setan
di tempat beginian mah jangan bengong mulu atuh” ucapnya.
Saya pun hanya cengengesan saja dan kulihat Ifah sedang melepas baju
dasternya. Kini Ifah istri saya pun tinggal mengenakan pakaian dalam
saja. Ku lirik ke atas tampak Pak Indra melotot ke arah Ifah hampir
tanpa berkedip. Saya sedikit kaget ketika tiba-tiba Pak Indra berbicara
kepada Ifah.
Indra:”Fah, mamah kamu gak diajak sekalian mandi di kali?
Ifah:”Dia jagain anak aku kang, kang bapak ke sawah” ucap Ifah.
Indra:”Sayang ya, padahal bisa puas cuci mata hehe”
Riska:”Dasar mesum, seneng ya lihat susu yang montok-montok”
Indra:”Hehe, yang kapan lagi bisa lihat susu yang montok-montok kalau
bukan di pemandian sungai, apalagi di daerah kita yang susunya gede kan
Cuma Ifah dan mamahnya si Yuniar hehe” ucap Pak Indra sangat berani
bicara begitu di hadapan istrinya.
Riska Cuma mesem-mesem saja dan kemudian menjawab.
Riska:”Jadi susu mamah kecil ya, gimana a, susu aku kecil ya” ucap Riska
sambil meremas-remas kedua susunya dan menoleh kepadaku. Aku pun sontan
sedikit gelagapan.
Saya:”Gede koq segitu mah” ucap saya.
Sementara tampak Ifah sedang melepas bh yang dia kenakan sambil berjalan membawa ember ke dekat saya dan Riska.
Riska:”Kata si aa susu mamah gede kan, yang kalau dibanding teh Yuniar
ya kalah, mereka kan dari bibitnya sono susunya udah pada gede” ucap
Riskka kepada suaminya yang terlihat senyum-senyum melihat ke arah Ifah,
sementara Ifah Cuma cuek saja dan sudah melepas bh dia, Ifah sudah
berada di samping saya sehingga kini saya di apit Ifah dan Riska.
Ifah pun menaruh bh dia di ember dan menyisakan celana dalam hitam yang masih menempel di tubuhnya.
Ifah pun kemudian mengambil ember berukuran lebih kecil yang dibawa
bersama ember besar yang ternyata berisi perlengkapan untuk mandi dan
memberikan kepada saya.
Saya:”Neng, mau mandi sambil pakai cangcut? Tanya saya kepada Ifah.
Ifah:”Nggak, ini neng mau lepas cangcut neng” ucap Ifah dan segera menunduk dan melepas celana dalamnya yang berwarna hitam.
Aku pun menoleh kepada Indra yang tampak memperhatikan betul apa yang dilakukan Ifah.
Ifah pun sudah melepas celana dalamnya dan menaruh di dalam ember besar.
Indra:”Wah, lebat yang sekarang baok memek kamu Fah hehe” ucap Indra tak
sopan kepada Ifah padahal jelas-jelas ada saya suaminya.
Ifah:”hihi ia kang, aa Dendi juga sukanya bulu heunceut ifah lebat” ucap
Ifah tanpa malu-malu padahal saat pertama kali bertemu lagi setelah
sekian lama, saat saya melamar dia dia terlihat begitu kalem dan alim.
Riska:”Eh dulu kan botak ya heunceut kamu Fah, kalau gak salah kita
pernah mandi bareng juga” ucap Riska kepada ifah yang kini sudah
berjongkok di samping saya.
Ifah:”ia teh, suami yang dulu sukanya heunceut aku botak hihi,
menyesuaikan dengan keinginan suami hehe” ucap Ifah yang mulai mengguyur
badannya.
Riska:”Berarti suami kamu sekarang sama dengan suami aku, suka kalau
baok heunceut aku lebat” ucap Riska. Sementara saya yang sudah mulai
menyabuni badan saya pun menoleh kepada Riska, Riska pun tampak mulai
menyabuni badannya.
Ifah:”Eh, kirain teteh udah mau selesai mandinya, ternyata baru sabunan?
Risak:”Ia, tadi nyuci cangcut, kutang yang habis di pakai sama sempak
dan baju-baju” ucap Riska sambil tersenyum dan menoleh kepada saya juga.
Ifah:”Eh jadi keingetan, aku juga mau nyuci dulu” ucap Ifah sambil
mengeluarkan sabun colek dari ember kecil dan menyiramkan air ke dalam
ember yang berisi pakaian kami yang tadi kami pakai.
Tiba-tiba kita mendengar bunyi gdubraaaak…..
Riska:”Aaaaw…”
Ifah:”aapaaan tuch?
Indra:”Papah jatuh mah, kepeleset” ucap Indra yang tampak tersungkur di dekat batu.
Spontan saya pun berdiri dan tanpa sadar lagi mandi telanjang bersama orang lain.
Saya:”Waduh, perlu saya bantuin pak”
Riska:”Awwwww hihi”
Indra:”Gak perlu pak” ucap Indra yang kemudian bangkit dan naik kembali
ke atas batu. Tapi tampak badannya sedikit kotor terutama handuknya.
Indra:”Kenapa Mah?
Riska:”Eh gpp pah, kaget liat kontolna si aa ngagantung panjang hihi”
Saya pun segera menutup selangkangan saya dan jongkok kembali.
Ifah tampak hanya senyum-senyum saja.
Indra:”Ah mamah, manfaatkan kesempatan dalam kesempitan aza, masih
sempat-sempatnya ngintipin kontol orang padahal suaminya habis jatuh”
Riska:”aaah, bapak, eh papah juga jatuh karena keasyikan lihatin
heunceutnya Ifah kan, inget ada suaminya disebelah mamah hihi” ucap
Riska.
Ifah:”Aduh koq aku dibawa-bawa sich,nich aku sembunyikan heunceut aku
teh hihi” ucap Ifah sambil merapatkan pahanya dan melanjutkan membilas
baju.
Riska:”Itu kamu kotor lagi pah, udah turun, mandi lagi, sekalian kalau
mau lihatin heunceutnya Ifah bisa dari dekat hihi” ucap Riska kepada
suaminya yang membuat saya langsung merasa sedkit sesak mendengarnya
tapi juga kontol saya perlahan berdiri, memek istri saya mau dilihatin
orang lain sembari saya mandi di dekat dia.
Saya pun melihat ke atas dan tampak Indra sedang berjalan turun.
Indra:”Ia, kotor papah, harus mandi lagi ni mah”
Saya pun segera berdiri hendak berpindah ke ujung namun tangan saya dipegang Riska.
Riska:”aa mau ke mana?
Saya:”Saya mau pindah ke sebelah istri saya, biar pak Indra di sini”
Riska:”Udah gak usah, lanjut di sini saja mandinya” ucap Riska yang kini
posisinya ternyata sudah membelakangi pancuran dan menghadap kepada
saya.
Ifah:”Ia, biar di situ aza aa, kalau di ujung sini aa kan Cuma bisa
ngelihatin Ifah, bukannya ke sini mau mandi lihatin cewek-cewek lain
mandi telanjang hihi” ucap Ifah sekaligus mengingatkan saya dan
membongkar rahasia aza. Betul juga kalau Indra yang diposisi sekarang
tentu saya lebih rugi.
Saya pun segera jongkok kembali sementara Indra sudah melepas handuknya dan berdiri di samping Ifah yang masih mencuci pakaian.
Sementara Riska yang kini posisinya membelakangi pancuran air sedang
membilas rambutnya. Kini posisinya mengangkang lebar, bulu-bulu memeknya
yang lebat basah terkena air tentu membuat saya sekarang bisa melihat
belahan memeknya. Karena suaminya sudah terang-terangan memelototi memek
istri saya tadi saya pun tak ragu lagi menatap memeknya Riska sambil
saya membasahi rambut saya dengan shampoo.
Saya pun melihat dengan sudut mata saya Indra sudah jongkok dan menyiram badannya dengan air pancuran.
Riska pun cuek saja meski dia tahu pasti saya memelototi memek dia. Malah kini dia mulai menyabuni memeknya.
Riska:”Heunceut aku mah kecil a, mungil gak segede heunceutnya ifah istri aa” ucap Riska yang membuat saya terkejut.
Ifah:”Ia, badan teteh kan beda dengan saya, body saya mirip mamah besar,
jadi heunceut aku juga besar hihi” ucap Ifah sambil tertawa.
Indra:”Udah nyucinya atuh Fah, mandi, kang Indra pengen liat heunceut
besar kamu lagi nich” ucap Indra vulgar dan tanpa tedeng aling-aling
padahal ada saya suami Ifah di situ. Apalagi Indra kini seperti istrinya
mandi dengan membelakangi pancuran dan tanpa malu mengocok-ngocok
kontolnya yang besar juga saya tak begitu yakin besar punya saya atau
dia hanya kontol Indra sepertinya jauh lebih pendek dari kontol saya.
Ifah:”Bentar, sabar kang, Ifah tinggal nyuci cangcut Ifah sama sempak si
aa” ucap Ifah yang tampak mulai membuka kembali pahanya agak lebar
menunjukan memeknya yang penuh bulu-bulu kriting tapi karena terkena air
belahan memek Ifah pun mudah dilihat.
Kontol saya pun semakin mengeras, selain karena pelecehan Indra kepada
istri saya juga karena Riska yang sedang menyuci memeknya sambil
mulutnya terbuka seperti sedang masturbasi dan jelas-jelas menggoda
saya, apakah semua yang mandi di sini suka seperti ini, mungkin saya
harus tanyakan Ifah nanti kalau sudah pulang.
Saya pun tanpa sadar mengocok-ngocok kontol saya sendiri di depan Riska istri Indra.
Sementara ifah tampak masih sibuk mencuci celana dalam dia dan celana dalam saya.
Riska:”Fah, boleh teteh sabunin suami kamu, kamu belum selesai nyucinya kan?
Indra:”Ia, biar gentian nanti Ifah sabunin Papah”
Ifah:”Boleh, memang aa belum sabunan? Lain udah?
Saya:”Udah sebagian” jawab saya sedikit seperti orang bingung.
Riska:”Sini aku sabunin a” ucap Riska sambil mengambil sabun yang saya
letakan di atas batu dan segera menyabuni badan saya di depan istri
saya. Ifah hanya melihat sebentar dan kemudian menyelesaikan mencuci
celana dalam saya.
Indra:”Udah Fah, kanjut aa ngaceng ini”
Ifah:”Memang kalau ngaceng kenapa kang hihi” tanya ifah.
Indra:”Ya, kalau dipegangin Ifah seperti kontolna Pak dendi dipegang istri saya pasti enak hehe” ucap Indra.
Memang kini Riska sedang menyabuni kontol saya.
Riska pun menyabuni kontol saya tapi lebih tepatnya mengocok kontol saya
dan memberikannya sabun.Sementara Ifah pun ku lihat mulai memegang
kontol Indra sambil dia duduk di batu. Bedanya Ifah tak memberikan sabun
di kontol Indra.
Sementara tampak Indra memberi isyarat kepada ifah agar mengambil sabun
yang sekarang sudah tidak digunakan oleh Riska untuk menyabuni kontol
saya dan tergelatak di bebatuan.
Ifah pun mengambilnya dan memberikan kepada Indra. Indra tampak
kepalanya berkeliling ke sekitar melihat situasi dan lallu langsung
menyabuni tubuh istri saya. Saya pun langsung panas dan tangan saya pun
langsung meremas-remas dadanya Riska.
Riska:”Aaaw…aaaaghhhh hihihi”
Indra:”Kenapa mah?
Riska:”Nenen mamah ini diremes-remes sama si aa Dendi hihi”
Sementara ku lihat Indra mulai menyabunin memeknya istri saya. Ifah pun
hanya senyum-senyum kepada saya padahal nyata-nyata memeknya lagi
diobok-obok oleh Pak Indra.
Saat kami sedang asyik-asyiknya terdengar suara lelaki mengobrol
mendekati ke arah kami. Sontak kami semua kaget dan melihat ke atas
tampak dua orang laki-laki tepatnya abg sedang menuruni jalan curam
menuju sungai.
Sontak kami kembali ke posisi masing-masing dan melakukan seperti orang mandi selayaknya.
Dua orang abg itu pun sepertinya sudah sampai dan saya lihat duduk di tempat Indra tadi sempat duduk.
Ifah:”Aa, udahan yuk” ucapnya dengan suara pelan sambil membasuh seluruh badannya yang penuh busa sabun.
Indra:”Pak, kapan-kapan kita lanjutkan ya, kita tukeran sekalian” ucap Indra kepada saya dan saya paham maksud dia tukeran.
Riska pun tersenyum kepada saya.
Ifah:”Si aa udah pulang ke bandung besok”
Saya:”Kapan-kapan saya kabarin pak Indra”
Kami pun segera mengakhiri acara mandi kami. Riska dan Ifah tanpa rishi
berdiri dan mengelap badan mereka yang basah, otomatis orang di atas
dapat melihat jelas susu dan memek mereka.
Saya yang mengelap badan saya sambil jongkok juga Indra pun protes.
Saya:”Neng, memek kamu kelihatan sama mereka” ucap saya dengan suara
agar keras agar 2 orang abg di atas tidak terus menatap istri saya tapi
mereka tampak cuek saja.
Ifah:”Biar aza a, anak seumur mereka udah biasa lihat heunceut, ia kan
kalian udah biasa lihat heunceut ibu-ibu kalau mandi di sini” ucap Ifah
Abg:”IA teh” jawab mereka serempak.
Riska:”Ia a, pelit amat Cuma dilihatin aza koq heunceut istri kamu gak dimasukin anu mereka hihi” ucap Riska tampak binal.
Saya pun tak berkomentar lagi apalagi Indra pun cuek, kami berdua sudah melilitkan handuk di badan kami masing-masing.
Para istri pun demikian sudah memakai handuk mereka.
Indra:”Mari pak, kita barengan, sialan pakai ada yang datang” ucapnya menggerutu.
Kami pun segera keluar dari pemandian dan hendak berjalan naik.
Plaaak….
Ifah:”awwww”
Indra:”Gede banget bool kamu Fah, dari dulu aku pengen ngeremes-remes”
ucap Indra dan langsung meremas-remas pantat istri saya setelah
sebelumnya dia menampar pantatnya.
Ifah:”Aaagh Pak Indra nakal ih”
Saya pun tak mau kalah kebetulan Riska berjalan di depan saya, saya segera memegang pantat Riska dan meremas-remasnya juga.
Saya:”Bool istri bapak juga padat empuk dan gede juga” ucap saya.
Riska:”Ih, dasar para lelaki masih nafsu ya” sambil menjauhkan tangan
saya dan Ifah pun melakukan hal yang sama dan langsung menggandeng
tangan saya.
Saya yakin dua anak abg di atas pasti mupeng berat.
Indra pun segera mendahului kami dan menuntun istrinya menaiki jalan yang cukup curam.
Kami pun berjalan perlahan-lahan menaikinya.
Riska:”Paling barudak (anak-anak) tadi langsung coli yap ah”
Indra:”ia mah, nggangguin kita lagi enak, padahal papah baru kesampaian bisa pegang memeknya istri pak Dendi hihi”
Riska:”Dasar mesum”
Indra:”Ya dari dulu papah paling Cuma bisa lihat saja kalau Ifah dan mamahnya mandi di sungai, mamah gak izinin”
Riska:”soalnya dulu suami Ifah gak ada yang nafsuin hihi, beda yang
sekarang” ucap Riska dan saya pun mengerti alasan atas semua kejadian di
bawah tadi.
Riska:”Eh kalian diam aza, masih pada sange ya”
Ifah:”Hihi, ia, heunceut ifah gatel teh pengen ditancepin kontol hihi”
ucap Ifah begitu vulgar sambil tertawa dan melihat saya sejenak.
Tak sadar kami pun sudah sampia di atas. Indra pun segera mengambil
motor bebek yang ternyata milik dia dan saya pun mengambil motor matic
yang terparkir di sebelahnya. Sekarang ada motor besar terparkir yang
pasti punya dua anak laki-laki tadi.
Saya dan istri saya begitu pun Pak Indra dan istrinya sudah naik ke
motor. Pak Indra pun melaju lebih dulu dan cukup cepat karena mungkin
dia sudah terbiasa dengan kondisi jalan di sini.
Saya:”Neng, kejadian seperti tadi sudah sering terjadi ya?
Ifah:”Nggak, sumpah, kalau yang seperti tadi baru kali ini, tapi kalau
neng mandi di sana yang udah biasa dilihatin laki-laki, yang lain juga
gitu”
Saya:”Masa, terus tadi kenapa sampai begitu?
Ifah:”Gak tahu, mungkin kan denger sendiri tadi pak Indra ngobrol sama istrinya”
Saya:”Tapi koq neng gampangan, pasrah gitu aza memeknya diraba-raba?
Ifah:”jadi aa marah sama neng?
Saya:”Gimana ya….”
Ifah:”aa juga kan sama teh riska”
Saya:”Tapi kan yang mulai duluan inisiatif Indra dan kamu mahu”
Ifah:”aa marah ma neng, ku lihat aa suka, kontol aa aza ngaceng pas
lihat neng pegang kontol pak indra, terus kenapa aa biarin waktu di
villa neng dinodain sama bapak? Ucap Ifah suaranya sedikit meninggi.
Saya:”Ia maaf, aa Cuma cemburu aza” ucap saya mengalah.
Ifah:”Ia neng minta maaf, neng pikir aa bakal suka, soalnya gak mungkin
juga pak Indra biarin aa grepe istirnya tanpa dia melakukan hal yang
sama”
Saya:”Udah gak usah dibahas ah, neng gak malu banyak orang lihat tuch di
pinggir jalan neng Cuma pakai handuk, paha ke mana-mana” ucap saya
begitu kami sudah masuk ke jalan kampung.
Ifah:”Mandi telanjang di sungai di lihatin orang, susu, heunceut udah biasa” ucap Ifah dengan suara masih tinggi.
Saya:”hehe masih ngambek sama aa”
Ifah:”Nggak, tapi neng sange hihi,abis heunceut neng diraba-raba Pak
Indra nanggung pengen ditancep kontol aa hihi” ucap Ifah sambil memeluk
saya dengan erat.
Kami pun sudah sampai ke rumah dan segera saya memarkir motor.
Di teras tak nampak lagi Yuniar dan saya pun bersama Ifa h segera masuk ke dalam rumah dan masuk ke kamar.
Saya:”Tabah mana ya sama mamah?
Ifah:”Paling jalan-jalan ke tetangga atau jajan ke warung”
Saya:”Kita ngewe yuk neng?
Ifah:”Nanti aza a, aa mau gak ngerasain ewean di saung di sawah?
Saya:”Wah boleh juga tuch”
Ifah:”Ya udah pakai baju, kita sarapan terus ke sawah” ucap Ifah.
Saya pun segera memakai baju begitu juga Ifah.
PART 78 POV Wife Pagi itu aku duduk sendiri di teras rumah. Hatiku tengah galau berat. Hanum sedang pergi mengantar Intan ke sekolah dan Anis bersama Bu Heti sedang berbelanja ke super market untuk kebutuhan sehari-hari dan Revan ikut dengan mereka. Sore atau malam nanti suamiku akan pulang ke rumah, aku khawatir tidak bisa menahan amarah sehingga semua rencanaku akan gagal. Aku sedang memikirkan bagaimana aku bersikap kepada suamiku dan menahan emosi agar semua rencanaku berjalan semestinya dan aku dapat mengetahui apa suamiku menyeleng atau tidak dibelakangku, yang pasti dia sudah berbohong namun aku belum tahu alasannya. Saat sedang melamun aku mendengar pintu pagar digedor-gedor dari luar. Saya pun kaget dan segera berdiri untuk mencari tahu. Ternyata ada seseorang memukul-mukul pagar menggunakan tongkat kayu. Orangnya kurus dan tingginya mungkin hampir sama dengan saya dan kelalanya plontos. Memakai kaus lengan pendek warna putih dan celana jeans. Tanga...
Komentar
Posting Komentar