Langsung ke konten utama

Binalnya Istriku Dewi 76

PART 76

POV SUAMI



Aku terbangun karena suara tangisan Tabah. Aku masih berpelukan dengan istriku Ifah dalam keadaan telanjang bulat.

Ifah pun segera melepaskan pelukanku dan bangkit dan menggendong anaknya.

Saya:”Kenapa dia neng?

Ifah:”Pup ternyata a, neng ganti popok dia dulu ya, aa tidur lagi aza baru jam 6”ucap Ifah.



Saya pun memutuskan untuk melanjutkan tidur karena memang masih ngantuk sekali karena habis bergadang sampai pagi.

Saya pun terbangun kembali ketika ada cahaya terang pas di muka saya. Saya pun membuka mata dan ternyata cahaya tersebut masuk melalui kaca jendela yang tirainya sudah dibuka. Ku lihat sudah jam 8 pagi.

Tak ku dapati Ifah maupun si Tabah di tempat tidur.

Saya pun segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi saya pun segera memakai pakaian saya hingga rapi dan saya gunakan celana pendek biar santai saja.



Saya segera turun ke lantai satu dan ku dapati Pak Hadi sedang santai sambil duduk bersama si Tabah menonton kartun dan Ifah beserta Yuniar juga sudah rapi, mereka memakai baju gamis yang kami beli tadi malam. Ifah memakai baju gamis berwarna merah dengan jilbab hitam sedang Yuniar memakai gamis warna cokelat muda dan jilbab abu-abu kembang-kembang warna merah. Gamis mereka selain ketat juga cukup tipis. Mereka tampak sedang asyik memasak saya pun berjalan mengendap-ngendap hanya Pak Hadi yang menyadari kedatangan saya.



Saya pun sudah berada di belakang mereka. Saya perhatikan garis cd mencetak bulatan pantat mereka tampak begitu jelas apalagi sepertinya mereka tidak menggunakan kain apa-apa lagi di dalamnya. Samar-samar cd Yuniar sepertinya berwarna pink sedang cd Ifah mungkin berwarna putih karena gamis merah yang dia kenakan merah gelap sedikit sulit memastikan 100% warna cd dia.

Plaaak…plaaak… saya pun menampar pantat besar kedua perempuan tersebut, meski ada Pak Hadi saya tidak ragu lagi setelah kejadian semalam.



Yuniar:”aaaw” sambil memegang pantatnya begitu juga Ifah mereka berdua bersamaan menoleh kepada saya.

Ifah:”Ih, aa ngagetin aza”

Yuniar:”Ia nich,makin berani sekarang ya, nabok bool mertua hihi” ucap Yuniar sambil tampak melihat kepada Pak Hadi.

Saya pun hanya tersenyum puas pagi-pagi sudah sarapan pantat2 yang empuk.



Saya:”masak apa nich?

Yuniar:”Masak nasi, sama ikannya sisa yang tadi malam”

Ifah:”Tunggu aza di sana a, sama si bapak”

Saya:”Leni kemana? Tanya saya karena memang tidak melihat Leni.

Ifah:”Udah pulang, udah neng selesaikan pembayarannya koq”

Saya:”Oh, ok dech” saya pun segera menuju Pak Hadi dan duduk di hadapan dia.



Yuniar:”Kita pulang jam berapa a?

Saya:”Jam 12 saja mah, kita keluar dari villa”

Yuniar:”Ok,berarti masih bisa santai-santai dulu dong”

Saya:”Ia, biar sampai di rumah sore atau magrib lah” ucap saya.



Saya seperti mendapat sebuah keluarga baru dan sejenak saya melupakan keluarga saya yang sebenarnya.

Saya pun ikut nonton tv dengan Pak Hadi tapi kami saling diam tidak ada yang bicara satu patah katapun hanya si Tabah yang tertawa-tawa lucu melihat kartun di tv.

Tak lama Ifah dan Yuniar datang sambil membawa makanan.

Yuniar:”ayo sarapan dulu” ucapnya sambil menaruh piring di atas meja.

Kami pun segera sarapan. Selesai sarapan Ifah dan Yuniar langsung beres-beres mempersiapkan barang-barang kami jangan sampai ada yan tertinggal.



Saya dan Pak Hadi juga Tabah memilih nongkrong di balkon sambil minum kopi.

Ternyata kejadian semalam malah membuat kami berdua menjadi kaku, kami dari tadi masih diam tak ada yang berbicara.

Akhirnya Yuniar pun muncul dan melihat neneknya si tabah langsung minta pangku. Yuniar pun segera memangku Tabah dan berdiri sambil senderan di pagar balkon.



Yuniar:”wah lagi pada asyik lihat pemandangan ya, pada diem aza” ucap Yuniar yang melihat kami Cuma diam-diaman saja.

Saya:”Ia mah, lagi menikmati keindahan alam dan segarnya udara pagi” ucap saya.

Saya:”Eh, Ifah man amah?

Yuniar:”Si neng mau tidur lagi katanya masih ngantuk, aa gak tidur lagi, kan nanti harus nyetir?

Saya:”Nggak, malah kalau tidur lagi saya suka pusing mah, sini duduk mah, biar aa pangku” ucap saya sambil sedikit melihat dengan sudut mata saya ke pak Hadi yang tampak Cuma mesem mendengar perkataan saya yang sangat berani.





Yuniar:”Udah berani ya si aa pah, nanti mamah gigit kontol dia baru nyaho hihi” ucap Yuniar juga tak kalah berani.

Saya:”aduh jangan dong mah, ini asset saya yang sangat berharga”

Yuniar tiba-tiba berjalan keluar sambil membawa si tabah.

Pak Hadi:”kemana mah?

Yuniar:”Mau ngasihkan si Tabah ke mamahnya, siapa tahu mau dinenenin” ucapnya.



Kembali tinggal saya dan Pak Hadi berdua saja. Kopi saya malah sudah habis lebih dulu. Tapi tak lama Yuniar pun sudah balik lagi dan kembali senderan di pagar.

Saya:”Sini mah, biar aa pangku, biar hot dikit hehe” ucap saya lagi-lagi sangat berani.

Yuniar:”Marahin Pah, masa mamah diminta si aa duduk dipangkuannnya” ucap Yuniar yang malah berjalan ke pak Hadi dan duduk di atas pangkuan Pak Hadi.

Pak Hadi hanya mesem-mesem saja tak berkomentar.



Saya:”Yah, padahal…”

Yuniar:”Padahal apa a?

Saya:”aa udah mau ngaceng hehe”

Yuniar:”Teu uyahan, kontol aa nu ngaceng, koq bisa ngaceng?

Saya:”Liat pantat mamah”



Yuniar:”Memang kenapa dengan pantat mamah? Ucap Yuniar sambil melihat juga ke suaminya yang Cuma diam saja.

Saya:”Gede, dan cangcut mamah nyeplak banget, aa tahu lho warnanya?

Yuniar:”Masa, memang aa tahu warnanya, hayo mamah pakai cangcut warna apa? Ucap Yuniar semakin menggoda saya dan berefek ke kontol yang semakin menengang di dalam celana saya.



Saya:”Mamah pakai cangcut warna pink, benerkan?

Yuniar:”Hehe ia, mamah pakai cangcut warna pink, kutangnya juga pink, beneran pah? Kelihatan dari luar warna cangcut mamah? Ucap Yuniar kepada Pak Hadi suaminya.

Hadi:”Ia, kan baju gamis mamah tipis banget, udah gitu ketat jadi bener kata si aa cangcut mamah nyeplak di bokong mamah dan samar-samar kelihatan warnanya pink” ucap Pak Hadi.

Yuniar:”Hehe, salah bajunya ini, memang tipis-tipis dari sananya” ucap Yuniar dan diakhiri dengan tertawa renyah.



Hadi:”Harusnya kan pakai celana lagi di dalamnya”

Yuniar:”Ia, kalau nanti-nanti pasti pakai celana lagi pah, ini Cuma karena lagi liburan aza, biar si aa seneng hihi” ucap Yuniar.

Saya:”Gpp kalau di rumah juga kayak gini aza mah, kan yang lihat Cuma bapak sama aa”

Yuniar:”Maunya, emang masih ngaceng?

Saya:”Masih hehe”

Yuniar:”Pah, mamah boleh duduk dipangku sama si aa?

Hadi:”Boleh, asal mamah seneng” ucap Pak Hadi santai.



Yuniar pun berdiri dan plaak… Pak Hadi menampar pantat montok istrinya.

Yuniar:”Awww, koq papah nampar pantat mamah ih” ucap Yuniar manja.

Hadi:”Habis mamah udah kayak pelacur aza, di depan papah mau duduk dipangku cowok lain” ucap Pak Hadi.

Yuniar:”Hehe,jadi gak boleh nich”

Hadi:”Udah sana” ucapnya.



Yuniar pun berjalan mendekati tempat saya duduk dan mendaratkan pantatnya di pangkuan saya. Tangan saya segera memeluk pinggangnya.

Yuniar:”Makin berani ya aa, depan suami mamah berani-beraninya minta mamah duduk di pangkuan aa”

Saya:”Soalnya pasti mamah juga gak keberatan hehe” ucap saya sambil kedua telapak tangan saya naik ke dada Yuniar dan meremas kedua payudara jumbonya.



Yuniar:”Aaaw, Papah, ini nenen mamah diremes sama si aa” ucapnya dengan nanda manja dan menjauhkan tangan saya dari payudaranya dan dipegangin di perutnya.

Hadi hanya tersenyum dan tampak mengeluarkan cerutu dan segera menyalakan korek gas. Hadi pun menumpangkan kakinya di atas meja dan matanya menatap saya dan istrinya yang sedang saya pangku.

Yuniar:”a, takut ada yang lihat” ucap Yuniar sambil kepalanya berputar ke sana ke mari melihat situasi di sekeliling vila kami.



Saya:”aman mah, sebelah kanan kita kayaknya memang kosong, gak ada tamu, sebelah kiri kan terhalang pohon kelapa, jadi gak bakal kelihatan dech kecuali ada orang berjalan di bawah vila kita, tapi dari tadi sepi aza”

Hadi:”Tenang, papah awasin mah”

Yuniar:”Ih papah baik sekali, istrinya mau serong dijagain hihi”

Hadi Cuma tersenyum dan tampak menghirup cerutunya dalam-dalam.



Yuniar:”Kalau papah mau sambil ngocok, ngocok aza, gpp hihi” ucap Yuniar kepada Pak hadi suaminya.

Saya pun semakin berani, saya naikan dan saya singsingkan sedikit jilbab abu-abu Yuniar ke atas telingannya. Tampak lehernya Yuniar, saya pun segera melumat lehernya Yuniar.

Yuniar:”aaagh geli uuuhhhh”ucap Yuniar sambil meleguh tanpa malu di depan Pak Hadi.

Tampak Pak Hadi sudah memasukan tangannya ke dalam celana dia. Sepertinya dia terangsang melihat istrinya saya lecehkan.



Mungkin pak Hadi category cuckold juga.

Tangan saya kembali meremas susunya Yuniar, saya remas-remas dengan sangat kuat.

Yuniar:”aagh Pah, uugh susu mamah diremes-remas lagi sama si aa aaah” ucap Yuniar dan tampak memejamkan matanya.

Saya pun semakin terangsang lalu saya naikan kedua kaki Yuniar ke atas meja bersentuhan dengan kaki suaminya.



Saya pun sedikit bergeser hingga kini posisi kami menyamping dari pagar balkon setelah sebelumnya menghadap paga balkon.

Saya naikan baju gamis Yuniar perlahan-lahan hingga berhenti sedikit di atas pahanya. Satu tangan saya, saya gunakan untuk mengelus-elus pahanya Yuniar.

Yuniar:”Ughhh nakal banget, masa mamah ngangkang begini di depan suami mamah tapi sambil dipangku sama aa” ucap Yuniar sambil matanya melihat saya.



Pak Hadi pun menggeser badannya hingga berhadapan dengan saya dan istrinya.

Saya pun melebarkan paha Yuniar dan saya gulung baju gamis cokelat muda yang dia pakai sampai di pangkal paha. Kini memeknya yang Cuma tertutup celana dalam warna pink terpampang di pangkuan saya di hadapan suaminya Pak Hadi.

Tangan saya pun segera meraba memeknya Yuniar di depan suaminya.

Yuniar:”Uughhh, aa nakal banget ah, pengang heunceut mamah di depan suami mamah aaaagh” Yuniar mengerang ketika tangan saya mulai meremas memeknya.



Saya:”Tuch kan, bener mamah pakai cangcut warna pink” ucap saya sambil mengusap-usap memeknya Yuniar kembali.

Yuniar:”Ia, kan mamah udah ngakuin tadi uuuuuugh, pah tangan si aa nakal nich, masuk ke dalam cangcut mamah” ucap Yuniar sambil menatap sayu suaminya yang tampak asyik mengihsap cerutu sambil mengocok kontolnya dari dalam celananya.



Sementara tangan saya sudah masuk melalui bagian atas cd Yuniar.

Rambut kemaluan Yuniar terasa kasar di telapak tangan saya.

Jari saya pun segera menelusuri bibir memeknya Yuniar dan membuat Yuniar meleguh.

Yuniar:”uughhhhh, Pah, heunceut mamah dipegang-pegang sama si aa aaaaghhhhh”

Yuniar menengadahkan kepalanya dan mulutnya terbuka sambil matanya terpejam. Saya pun segera melumat bibirnya dan kami pun berciuman di depan Pak Hadi suaminya sendiri.

Yuniar:”muaaach..muaaacch…muaacccchhhhhh…mmmmpzzz”

Saya:”Gede uughhh” ucap saya.

Yuniar:”Memek aku ya a, heunceut aku memang gede a, sesuai bodynya hihi…mmmpzzzzz….muaaachh…muaaachh…muaaaaccch” ucap Yuniar



Satu jari saya pun mulai menulusup masuk ke dalam memeknya Yuniar. Sementara jempol saya memainkan itilnya Yuniar.

Yuniar:”Aaaagh aa….uuughh Pah, itil mamah aaagh dimainin si aa aaaaghhhh” erang Yuniar sambil kini menatap sayu wajah suaminya yang tampak merah padam meski terlihat berusaha santai. Kini Pak Hadi sudah mengeluarkan kontolnya dari balik celana panjangnya dan mengocok dengan tangan kiri karena tangan kanannya masih memegang cerutu.



Saya mulai memasukan dua jari saya dan mengocok memeknya Yuniar lebih cepat lagi.

Yuniar:”uughhh 2 jari si a masuk ke memek mamah Pah, uugh heunceut mamah dikocok jari si aa aaaaghhhh…anjing uugh nikmat” erang Yuniar sambil kedua tangannya berpegangan di kursi.

Saya sedikit mengangkat badan Yuniar karena hendak melepaskan celana saya.

Yuniar pun menyadarinya dan sedikit mengangkat pantatnya. Saya pun segera menurunkan celana saya dan celana dalam saya hingga ke lutut.

Kontol saya pun sudah sangat keras saya gesek-gesekan di bibir memeknya Yuniar.



Yuniar segera memegang kontol saya dan mengocok-ngocok kontol saya, sementara jari saya mengocok memeknya.

Yuniar:”Kontol si aa udah keras banget Pah”

Saya:”Mah, masukan sekarang ya aa udah gak tahan” ucap saya berbisik di telinga Yuniar.

Saya pun segera menarik jari saya dari memek Yuniar karena memeknya sudah terasa sangat basah.



Yuniar:”Pah, si aa pengen masukin kontolnya ke heunceut mamah boleh ya”

Hadi:”Ia boleh”ucap Hadi dengan suara bergetar.

Yuniar:”Udah masukan a, si papah udah bolehin kontol aa di masukan ke heunceut mamah” ucap Yuniar dengan nada manja.

Saya pun hanya menggeser sedikit celana dalam Yuniar hingga bagian lubang memeknya terbuka. Segera saya arahkan kontol saya ke memeknya Yuniar. Yuniar pun spontan menekan pantatnya.

Perlahan kontol saya memasuki memeknya Yuniar yang mengangkang sambil saya pangku.

Yuniar:”Aaaah, pah, kontol si aa membelah heunceut mamah uugh masuk pah, liat ke sini uuugh itu kontol si aa masuk ke heunceut mamah” ucap Yuniar kepada suaminya. Padahal dari tadi suaminya memang meilhat ke arah kelamin kami.



Yuniar pun mulai naik turun sambil saya imbangi dari bawah.

Yuniar:”Aaaah, mamah dizinahi si aa lagi pah uuugh, papah malah ngocok uughhh enak kontol si aa keras banget aaaah”

Ploook…plooook..ploook…

Pantat besar Yuniar menghantam kedua paha saya.



Sementara saya naikan baju gamis Yuniar sampai ke dada dan saya keluarkan kedua payudara montok dan langsung saya remas-remas. Puting susunya saya pilin-pilin.

Yuniar:”aaaaagh Pah, enak ewean sama si aa aaaagh…aaagh…zinahi mamah a, uuugh…uugghhhh”

Tiba-tiba Yuniar memutar bandannya tanpa melepas kontol saya yang tertancap di memeknya sehingga posisinya kini membelakangi suaminya.



Saya pun kembali menarik & menaikan gamis Yuniar sampai punggung hingga Hadi bisa melihat pantat istrinya.

Saya pun segera meremas pantat Yuniar dengan kedua tangan saya sementara mulut saya segera mencaplok susunya Yuniar.

Yuniar:”aaaagh Pah, si aa nakal isep nenen mamah uuughhhhh”

Lalu tiba-tiba terdengar dengusan Pak Hadi.



Hadi:”uuuughhh…uuughhhh…uughhhh”

Ku lihat Yuniar menolehkan kepalanya ke arah Pak Hadi.

Yuniar:”Aaagh papah bucat ya uugh koq bucat dalam celana sich uuugh” ucap Yuniar sambil mempercepat gerakan dia naik turun di atas pangkuan saya.

Saya pun melepaskan susunya Yuniar dan menoleh ke Pak Hadi.



Tampak Pak Hadi berdiri dan membenahi celananya. Tampak ada noda lembab di depan celananya yang mungkin basah karena dia baru mengeluarkan sperma.

Yuniar:”aaaagh enak aaaaa aa genjot, ewe mamah yang kenceng aaaagh” ucap Yuniar sambil mengerang keenakan.

Saya pun mengambil alih kendali dengan memegang pantat Yuniar. Saya naik turunkan pantat Yuniar dengan cepat dan terasa memek Yuniar semakin basah dan lengket.



Yuniar:”aaagh ampuuun gak kuat uuugh enak banget ewean aaaaah” erang Yuniar dengan suara cukup keras.

Saya pun sontak melihat ke sana kemari mengawasi situasi disekitar khawatir ada orang lain selain pak Hadi yang melihat perbuatan kami. Untung ku lihat situasi di dekat kami sepi walau kalau di lihat di jalan yang agak jauh dari villa kami banyak orang dan mobil lalu-lalang.

Ploook…plooook…ploook…

Benturan pantat Yuniar dengan paha saya semakin nyaring terdengar.



Yuniar:”aaagh mamah gak kuat pah, ewean jero sama si aa aaaagh bucatin aa, hamilin mamah aaaagh”

Tangan saya pun bergerak semakin cepat menaik turunkan pantat Yuniar.

Yuniar:”aaagh mamah gak kuat aaaaaah enak banget”

Saya:”Barrreengaaan mah uuughhh”

Ploook..ploook…ploook…



Crooot…croooot…croooot sprema saya pun tak tertahankan lagi keluar di dalam memeknya Yuniar dan bersamaan dengan itu Yuniar pun mengejang dan memeluk saya dengan erat. Kepala Yuniar berada di samping kepala saya. Nafas kami pun tersengal-sengal.



Yuniar:”Pah, si aa bucat di dalam heunceut mamah uugh anget banget”

Hadi:”Gpp, kan mamah kb” ucap Hadi yang kulihat sudah duduk kembali di kursi sambil menumpangkan kaki di meja dan kembali menghisap cerutu yang baru.

Saya:”Uugh enak banget ya mah, memek mamah luar biasa empotannya”

Yuniar:”hihi masa, enak mana sama heunceut 2 istri kamu”

Saya:”Sama-sama enak, tapi kayaknya empotan mamah lebih gimana” ucap saya dan langsung melumat bibirnya Yuniar.

Yuniar:”mmmmmmpppz…muuuuuach….muaaaach” kami pun berciuman beberapa kali dan lidah kami saling melilit.



Saya:”Mamah mau turun?

Yuniar:”Biar dulu, enakkan kontol aa masih nancep di heunceut mamah, biar gancet sekalian hihi”

Saya:”Ia” ucap saya pendek sambil meremas-remas pantatnya Yuniar yang masih tertutup cd warna pink.

Kontol saya masih sedikit keras sehingga masih tersangkut di memek Yuniar, saya pagi ini memang tidak minum obat kuat dari Donatus.



Kami kembali berciuman tanpa memperdulikan pak Hadi.

Akhirnya kontol saya pun semakin mengecil meski masih di dalam memek Yuniar.

Yuniar pun bangkit dan turun dari pangkuan saya. Dia pun memasukan kembali payudaranya kedalam bh yang dia kenakan dan membenahi celana dalamnya. Tampak noda muncul di depan cd dia karena cairan sprema saya yang sebagian meleleh keluar saat dia berdiri tadi.



Yuniar:”uugh, peju aa jadi ngotorin cangcut mamah, liat pah, bekas peju si aa di cangcut mamah” ucap Yuniar sambil membelakangi saya dan menunjukan selangkangannya dihadapan suaminya.

Pak Hadi tampak sempat memegang memek istrinya tapi tidak berkomentar.

Yuniar:”Mamah mau nyuci heunceut dulu ya pah, aa” ucapnya.

Saya:”Ia” ucap saya dan segera memakai celana saya lagi.



Yuniar pun segera meninggalkan saya dan Pak Hadi.

Saya:”Memek mamah memang luar biasa pak, nikmat banget” ucap saya tanpa sadar dan seketika saya pun kaget dengan ucapan saya dan saya menutup mulut saya.

Hadi:”Ia, si mamah dari dulu pengen nyobain kontol laki-laki lain, dia suka sekali nonton bokep, semua sejak dia mau diperkosa maling tapi gagal” ucap Pak Hadi santai.

Saya yang sempat takut dengan ucapan saya pun menjadi santai.



Saya:”Pak, maaf nich, Cuma nanya saja, kalau bapak sebelum ini pernah nyobain memek lain selain punya istri?

Hadi:”Terus terang baru kali ini nak, ini pengalaman pertama dan luar biasa”

Saya:”Tadi Ifah bilang takut sama bapak, bapak gak akan perkosa Ifah kan nanti kalau saya sudah tidak di rumah”

Hadi:”Haha, kamu ini curang nak, istri bapak kamu ewein bapak gak boleh ngewein istri kamu, haha, tenang bapak Cuma bercanda, cukup sekali itu saja, hehe, kecuali Ifah yang mau haha” ucap Pak Hadi tertawa renyah saya pun tak menyangka, akhirnya suasana di antara kami cair juga.



Tiba-tiba Yuniar sudah datang kembali dan langsung duduk di pangkuan suaminya.

Yuniar:”Ada apa nich pada ketawa-ketawa?

Saya:”Gpp mah, Cuma ngobrol santai saja” ucap saya.

Yuniar:”aa, mendingan istirahat dulu, biar segar nyetirnya, soalnya mamah mau ngewe berdua saja sama si bapak hihi”

Hadi:”memang mamah masih kurang barusan diewe sama menantu kita?

Yuniar:”memang papah gak mau ewean sama mamah”

Hadi:”Yam au, kan selama di sini kita belum ngewe”

Saya:”Ya udah, saya mau tidur nemenin Ifah mah”

Yuniar:”Ia, mamah sama bapak mau di kamar bawah ya”



Akhirnya kami pun keluar dari balkon, saya masuk ke dalam kamar di mana Ifah tampak terlelap tidur karena kelelahan tentunya dan Yuniar bersama suaminya turun ke lantai satu.

Saya pun segera berbaring mengapit si Tabah yang tidur ditengah-tengah kami. Tampak salah satu susunya Ifah berada di luar bhnya, mungkin dia ketiduran setelah menyusui. Saya sempat ingin menghisapnya tapi kasihan dia tertidur sangat lelap. Saya pun segera memejamkan mata dan tertidur.



Saya pun terbangun sekitar jam 11 siang dibangunkan oleh Ifah. Kami pun segera berkemas-kemas dan bersiap-siap untuk pulang.

Sekitar 30-40 menit kemudian kami sudah berada di dalam mobil untuk melakukan perjalanan pulang.

Saya:”Kita langsung pulang atau bagaimana?

Ifah:”Langsung pulang aza ya, atau mau kemana dulu mah?

Yuniar:”ia pulang aza dech”

Saya:”Ya udah, kita pulang, nanti ketemu restoran kita mampir makan siang dulu”

Kami pun segera melaju meninggalkan villa.



Setelah sempat berhenti makan siang kami pun segera pulang menuju rumah Ifah dan ibu bapaknya.

Kami sempat mampir di toko electronic untuk membeli tv dan ac yang akan saya taruh di kamar. Setelah itu kami melanjukan perjalanan. Sekitar jam 3 sore kami pun sampai di rumah.

Ternyata mesin cuci pesanan ifah pun sudah ada di teras rumah, katanya tidak jadi di kirim kemaren tapi baru di kirim siang ini sesuai permintaan Ifah.



Sampai di rumah aku pun langsung memasang antena tv parabola kecil, setelah selesai saya pun tidur karena kelelahan. Begitu juga malamnya kami semua tak berlama-lama langsung pergi tidur, taka da aktivitas seks walau malam minggu.



BERSAMBUNG…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Binalnya Istriku Dewi 78

  PART 78 POV Wife Pagi itu aku duduk sendiri di teras rumah. Hatiku tengah galau berat. Hanum sedang pergi mengantar Intan ke sekolah dan Anis bersama Bu Heti sedang berbelanja ke super market untuk kebutuhan sehari-hari dan Revan ikut dengan mereka. Sore atau malam nanti suamiku akan pulang ke rumah, aku khawatir tidak bisa menahan amarah sehingga semua rencanaku akan gagal. Aku sedang memikirkan bagaimana aku bersikap kepada suamiku dan menahan emosi agar semua rencanaku berjalan semestinya dan aku dapat mengetahui apa suamiku menyeleng atau tidak dibelakangku, yang pasti dia sudah berbohong namun aku belum tahu alasannya. Saat sedang melamun aku mendengar pintu pagar digedor-gedor dari luar. Saya pun kaget dan segera berdiri untuk mencari tahu. Ternyata ada seseorang memukul-mukul pagar menggunakan tongkat kayu. Orangnya kurus dan tingginya mungkin hampir sama dengan saya dan kelalanya plontos. Memakai kaus lengan pendek warna putih dan celana jeans. Tangannya

Binalnya Istriku Dewi 77

  PART 77 POV SUAMI Besok paginya aku pun dibangunkan oleh Ifah sekitar pukul 6 pagi. Ifah:”Bangun a, mau ikut mandi di kali gak? Ucap Ifah yang tampak masih memakai baju daster warna cream semi transparan lengan pendek yang dipakainya tadi malam tapi kepalanya sudah mengenakan jilbab warna hitam Saya:”Hoam, jadikah mau mandi di kali? Ifah:”Ia, katanya aa penasaran pengen mandi di kali? Saya:”Berdua aza? Ifah:”ia, ibu jagain si tabah, bapak udah berangkat ke sawah” Saya pun segera turun dari ranjang. Ku lihat Ifah mengambil handuk dua dan satunya diberikan kepada saya. Saya pun segera menerimanya. Dari belakang saya dapat melihat bayangan warna hitam di pantat istrinya begitu juga di punggungnya, sepertinya Ifah meanggunakan pakaian dalam berwarna hitam. Saat keluar dari kamar ku lihat di teras Yuniar sedang duduk di lantai memakai baju gamis merah dan jilbab warna putih bermain dengan si Tabah. Ifah:”Ayo a, kita berangkat sekarang” Saya:”bentar neng,