PART 59
Pov Suami
Saya merasa hanya sebentar sekali tidur karena tiba-tiba saya dibangunkan oleh Anis.
Saya:”Jam berapa say?
Anis:”Jam dua kang”
Saya:”Udah pagi ternyata, saya kira baru tertidur”
Anis:”Karena akang capek, dari siang ngewein saya, terus malam 3 cewek sekalgus akang ewe bergantian”
Saya pun segera duduk dan melihat ke Hanum yang tampak masih terlelap tidur.
Saya:”Nis, bener Hanum lagi gak masa subur?
Anis:”Ia kang, sepertinya betul, kecuali kalau saya lagi masa subur”
Saya:”Kalau kamu hamil gimana Nis?
Anis:”Ya paling saya gak bakal pulang kang, selama hamil saya di rumah akang, tapi bu Dewi kira2 marah gak ya?
Saya:”Kalau kemaren bilangnya kan gpp, untuk biaya pasti saya tanggung jawab,kalau memang jadi kan anak saya juga”
Anis pun menganggukan kepalanya dan wajahnya nampak sedikit murung.
Anis:”Saya gak nyangka jadi gini kang?
Saya:”Kamu nyesel? Tanya saya kepada Anis yang masih rebahan. Anis pun segera duduk sejajar dengan saya.
Anis:”Nggak kang, saya justru nyaman sama akang, akang mau ewe Hanum lagi biar saya bangunin” ucap Anis
Saya:”Saya mau ewean sama mamahnya Hanum dulu dech” ucap Saya sambil memeluk Anis dan menarik badannya.
Anis:”Eeemmmpz kan udah dari tadi siang beberapa kali mmmmpz” ucapnya
tertahan karena saya segera melumat bibirnya. Kami pun segera berciuman.
Tangan saya pun segera menggerayangi dadanya Anis.
Anis:”Mmmpz, saya lepas dulu kutang saya kang” ucap Anis dan tangannya
segera melepas kait bhnya yang ada di punggung lalu menariknya dan
melemparnya ke lantai.
Saya pun segera mencaplok susu Anis. Badan Anis saya dorong hingga jatuh
ke kasur dan terlentang. Saya pun menindihnya dari samping.
Anis:”Aaagh, nenen sama mamah sayang aagh” ucap Anis mendesah sambil mengelus kepala saya.
Hanum:”Ih, kalian mau ewean lagi?
Tiba-tiba suara Hanum mengagetkan kami. Hanum pun tampak sudah duduk dan menarik bed cover sehingga kini badan kami terbuka.
Anis:”Aaagh ia neng, mamah mau digadabah lagi sama Pak Dendi aaagh enak eeeh puting susu digemol” ucap Anis.
Hanum pun kini duduk bersila menghadap kami, menyaksikan adegan mesum antara mamahnya dengan saya.
Anis:”Neng, ayo bantuin mamah, kita keroyok Pak Dendi” ucap Anis sambil
tangannya kini menggapai selangkangan saya. Tangann segera memegang
kontol saya yang sudah mulai menegang.
Hanum pun segera menghampiri kami dia pun berpindah ke sebelah mamahnya. Tangannya segera memegang buah zakar saya.
Anis:”Aagh akang cupang lagi susu aku” ucapnya karena saya baru kembali memberi cupangan di susunya Anis.
Anis:”Aaagh neng, kamu isep kanjutna pak Dendi sayang” perintah Anis kepada anaknya.
Hanum pun segera mendekatkan kepalanya dan mula memasukan kontol saya ke
dalam mulutnya. Jadilah saya dikeroyok oleh ibu dan anak.
Saya pun segera membentangkan kedua ketiak Anis dan mulai menjilati ketiaknya yang sebelah kanan.
Anis:”aaagh ampun aaaaaah neng tulung aaah kelek mamah diciumin pak
Dendi” ucap Anis meronta-ronta kegelian namun badannya segera saya
tahan.
Ketiak Anis pun menjadi basah, bulu-bulunya pun tampak mengkilap. Saya
pun segera berpindah ke ketiaknya yang sebelah kiri dan segera saya
jilatin juga.
Anis:”aaagh ,hihii ampun pak Dendi aaagh”
Sementara kontol saya pun semakin mengeras. Saya pun sedikit menggerakan
pantat saya untuk mendorong kontol saya keluar masuk di mulutnya Hanum.
Hanum:”eegh…hoeeeek” Hanum sempat tersedak dan saya punsegera menarik kontol saya keluar. Hanum pun segera mengocoknya.
Hanum:”Mah, kontolnya udah keras kayak batu”
Anis:”Aaagh ia, udah meuleugeung deui neng, aaah ini kelek mamah lagi dijilatin aduh gak kuat” ucap Anis.
Ketiak kiri Anis pun seketika basah seperti ketiak kanannya. Saya pun sempat memberi cupangan di ketiak kiri Anis.
Saya pun kemudian melepaskan ketiak Anis dan segera melumat bibirnya
Anis. Anis tampak sedikit terkejut karena mulut saya baru menjilati
ketiakknya tapi dia tak dapat menghindar.
Anis:”Aaaaagh,,ohhhh Pak De…n….”
Tiba-tiba mulut Anis berhasil lepas. Anis pun mendorong badan saya hingg
terlentang, Dia pun segera menindih saya dan kemudian bangkit dan duduk
di perut saya.
Anis:”Uda kajung kan neng kontolna?
Hanum:”Udah mah, udah keras banget kayak batu hihi”
Anis:”Ya udah mamah ngewe duluan ya neng, mau mamah masukan kanjutna ke
heunceut mamah” ucap Anis lalu mundur dan memegang kontol saya.
Hanum:”Biar neng mah yang masukan, mamah gak lepas dulu cangcutnya? ucap
Hanum segera mememgang kontol saya dan bertanya kenapa Anis belum
melepas cdnya. Anis pun melepaskan kontol saya dan segera memposisikan
memeknya tepat di atas kontol saya.
Anis:”Kamu mah neng, mah neng, mamah mau dizinahi malah kamu bantu
kontolna masuk ke heunceut mamah, ini mamah geser aza cangcut mamah”
Hanum:”Biarin, punya mamah bondon, harusnya dimasukin kontol besar dan
panjang hehe” ucap Hanum sangan vulgar dan segera menarik kontol saya
menuju lubang memek mamahnya yang sudah terbuka setelah Anis menggeser
celana dalamnya yang berwarna putih ke samping kiri.
Anis pun segera menurunkan pantatnnya dan segera kontol saya pun memasuki memeknya Anis.
Memek Anis belum terlalu basah. Saya pun segera meremas kedua susu besar Anis yang bergelantungan.
Ploook..plooook…ploook bentuan pantat Anis yang menghantam paha saya pun
terdengar nyaring di tengah malam yang sepi yang dimana hanya sesekali
terdengar suara jangrik dan kodok.
Anis:”Aaag neng, ngeunah ningan zinah teh, aaagh enak panjang kontolna” ucap Anis sampil turun naik di paha saya.
Hanum hanya tersenyum sambil menyaksikan mamahnya dan saya ngentot.
Anis:”jangan cicing wae atuh neng, isep aza pentilna Om Dendi, pasti dia enakeun” ucap Anis.
Hanum pun mengibaskan rambutnya yang panjang dan sedikit menutup
wajahnya. Lalu dia pun berjongkok dan mulai mengsiap pentil susu saya.
Itu adalah kelemahan saya, saya pun menggeliat menikmati double nikmat
yang saya rasakan.
Saya:”aaghhh Enak aaaah, memek kamu enak Nis aaagh” ucap saya sambil
kini kedua tangan saya berpindah meremas-remas pantatnya Anis.
Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya. Kalau begini saya
malah bisa keluar duluan. Saya pun segera menarik kepala Hanum dan
segera melumat bibirnya. Kami pun segera berciuman sementara mamahnya
masih naik turun di atas paha saya.
Hanum:”Mmmmpz…mmmpz aaagh”
Lumayan rangsangan yang saya rasakan sedikit berkurang sehingga saya
kembali bisa mengontrol keadaan. Malah memeknya Anis terasa semakin
licin dan dia pun sepertinya mulai kelelahan. Matanya terpenjam tapi
tetap naik turun meski gak secepat tadi.
Saya pun melepaskan kepalanya Hanum dan segera berbisik di telingannya.
Saya:”Han, om konsen ewe mamah kamu dulu ya, dia mau dapet” ucap saya
Hanum pun mengangguk dan segera duduk bersila menyaksikan persetubuhan saya dengan ibunya.
Saya pun segera memegang kembali pantatnya Anis dan segera mengambil alih kendali. Saya genjot dengan membabi buta.
Anis:”Aaagh ampun kang, aaagh enak aaagh zinahi saya kang ngeunah aaaah”
racau Anis. Susunya pun bergoyang seiring dengan sodokan saya.
Tak lama saya pun berhasil Anis mengejang dan ambruk menimpa saya.
Anis:”Kontoool Aaagh enak gusti”
Saya pun segera melumat bibir Anis dan memperlambat sodokan kontol saya karena hampir saja saya pun keluar.
Memek Anis terasa mengempot-ngempot dan berkedut kedut. Saya pun berhenti tak menggerakan kontol saya khawatir saya akan keluar.
Anis pun kemudian melepaskan mulutnya dari mulut saya dan segera berguling ke kanan di mana Hanum berada di kiri.
Anis:”Mamah lemes neng, kamu naikin pak Dendi”
Hanum pun sepertinya hendak berdiri namun saya tahan dan saya dorong hingga terlentang.
Saya segera menindih Hanum dan mencium bibirnya beberapa detik. Saya pun
bangkit dan menarik celana dalam ungu yang hanum kenakan sedangkan
tanpa disuruh hanum melepas sendiri bhnya.
Tampak memek Hanum yang kini sudah tidak perawan ditumbuhi bulu-bulu
yang belum terlalu lebat. Saya pun segera mengarahkan kontol saya yang
basah oleh cairan Anis. Perlahan saya dorong, ternyata memek Hanum pun
sudah sedikit basah mungkin dia terangsang juga melihat mamahnya
disetubuhi.
Hanum tampak menggigit bibir bawahnya.
Saya:”Masih sakit?
Hanum:”Ia om, momok Hanum masih agak sakit”
Anis:”Masih sakit heunceut kamu neng?
Hanum;”Kalau pas mau dientot masih sakit”
Anis:”Itumah karena kontolna Om Dendi badag” ucap Anis sambil memiringkan tubuhnya agar bisa melihat lebih jelas.
Saya pun menarik kontol saya dan mengarahkan kepala saya ke selangkangan
Hanum. Saya pun mulai menjilati bibir memeknya Hanum dan mengincar
itilnya.
Hanum:”aaagh Om geli aaagh”
Anis:”Biar neng, Om jilatin dulu heunceut kamu biar basah, gampang nanti kalau dimasukin kontolna Om Dendi” ucap Anis.
Hanum pun beberapa kali menggeliat begitu saya menjilati itinya.
Kepalanya seperti menggeleng ogah tapi matanya terpejam menikmati.
Hanum:”aaagh lidahnya Om kena itil hanum uug”
Memek hanum pun semakin banyak mengeluarkan cairannya. Lidah saya pun kini mulai menembus ke dalam memeknya.
Hanum:”aaagh lidahnya masuk ke memek aku mah” ucap Hanum dan tampak kepalanya sedikit terangkat melihat kepada saya.
Anis pun kini duduk bersila, celana dalamnya masih dia biarkan terbuka
ke samping, tampak memeknya terlihat basah. Sementara saya pun semakin
semangat menjilati memeknya Hanum. Memek Hanum semakin banjir, saya rasa
sudah saatnya saya menyetubuhi Hanum lagi.
Saya pun segera bangkit, Hanum pun segera paham, dia melebarkan paha
lebar-lebar untuk memberi saya ruang. Saya pun mulai menggesek-gesek
kontol saya di bibir memeknya Hanum.
Hanum:”Aaaaagh Om, masukan aza kontolnya” ucap Hanum dengan suara bergetar.
Perlahan saya pun mendorong kontol saya masuk ke dalam memeknya Hanum.
Memeknya tetap terasa sempit, saya pun tidak terburu-buru, saya tarik
kembali lalu saya dorong. Semakin lama kontol saya semakin tenggelam di
memeknya Hanum. Hanya sedikit yang tersisa. Saya pun mulai menggenjot
memeknya Hanum. Hanum tampak memejamkan matanya. Segera saya pegan kedua
pahanya dan saya genjot lebih cepat.
Hanum:”Aaagh…uggggh..uggggh” tangannya meremasi kain bantal dan seprai.
Ploook…ploook…plooook Hantaman paha saya di pantat Hanum mulai terdengar
nyaring. Saya pun meminta Anis mendekat, Anis pun segera mendekati
saya. Segera saya lumat bibirnya Anis. Saya pun berciuman dengan Anis
sementara Kontol saya terbenam di memek anaknya Anis.
Saya pun semakin mempercepat sodokan saya karena jepitan memek Hanum terasa begitu kuat.
Hanum:”aaaaagh…sakit aaaaah Om uugh enak aahk”
Anis pun melepaskan mulut saya dan bertanya kepada anaknya.
Anis:”Sakit heunceut kamu neng apa enak?
Hanum:”agak perih mah, tapi enak aaaagh”
Saya pun menaikan kedua kaki Hanum ke pundak saya sehingga kini tangan
saya bisa meremas-remas susunya Hanum. Memek Hanum pun semakin basah.
Jepitan kuat memek Hanum membuat saya harus mengatur tempo agar tidak
cepat keluar, saya pun sedikit menurunkan sodokan kontol saya. Sementara
Hanum justru lebih cepat menggoyangkan pantatnya.
Hanum:”aaagh Ooom, cepetin entotannya aaagh” Hanum malah meminta saya mempercepat sodokan kontol saya.
Saya pun mencoba mempercepat sodokan kontol saya. Ploook…plook…plook..
Hanum:”ah Om gka kuat aaghaaaaahhh” Hanum pun mengejang dan tangannya
memegang erat lengan saya. Saya merasakan memek Hanum berkedut dan
menjepit kontol saya dengan kuat. Saya pun segera menghentikan sodokan
kontol saya, saya tidak mau keluar sekarang. Tampak nafas Hanum terlihat
berat. Matanya tetap terpenjam dan wajahnya bersemu merah.
Anis:”Anak saya kayaknya udah keluar kang, neng udah dapet?
Hanum:”Uugh gak tau mah, tapi lemes dan enak”
Anis:”Heunceut kamu merasa enak?
Hanum:”uuh” ucapnya pendek sambil menganggukan kepalanya.
Anis:”Itumah udah dapet neng, ayo kang genjot lagi aza, akang kan belum bucat” ucap Anis kepada saya.
Saya pun mulai kembali menggenjot memeknya Hanum. Kali ini saya menyodok
dengan membabi buta karena toh Hanum sudah orgasme duluan. Kali ini
Hanum tak memberi banyak respon dia terlihat lemah dan pasrah.HH
Hanum:”aah…ahhhh…uuuhhh Ooom” desahan Hanum mengisi seluruh ruangan
kamar. Kali ini Hanum membuka matanya dengan tatapan sayu menatap saya
yang sedang menyetubuhinya. Raut wajahnya tersebut membuat saya semakin
tidak tahan. Sodokan kontol saya pun semakin liar.
A nis:”Y gitu neng, cowok yang lagi ngewein cewek senang ditatap gitu,
kamu tatap Pak Dendi yang sedang gagahin kamu” ucap Anis kepada anaknya.
Hanum tak menjawab hanya desahan semakin kencang.
Hanum:”aaagh Om, Hanum gak kuat lagi aaah”
Saya:”Om Juga Han, memek kamu enak banget, heunceut kamu nikmat aaah”
saya pun tak tahan lagi dan saya sodokan kontol saya sedalam mungkin dan
sekarang hampir seluruh bagian kontol saya tertelan memeknya Hanum.
Crooot…croooot…crooooot
Sprema saya pun kembali keluar walau saya rasa Cuma dikit mengisi memeknya Hanum.
Hanum:”aaagh…aaaaaghhhhhhhhhh mamah Hanum uuugh” Hanum pun memegang erat
kedua lengan saya dan matanya kembali terpejam. Nafas kami kini
sama-sama berat. Saya pun sempat memejamkan mata dan kemudian bibir saya
dilumat oleh Anis. Kami pun berciuman untuk beberapa saat.
Setelah merasa kontol saya mulai mengecil saya pun menarik kontol saya
dari memeknya Hanum. Saya lepaskan juga mulutnya Anis dan langsung saya
menjatuhkan badan ke kasur di samping Hanum.
Ku lirik Hanum masih memejamkan matanya sambil ngos-ngosan.
Anis pun tampak menarik bed cover untuk menyelimuti tubuh kami semua.
Hanum pun tampak membuka matanya.
Hanum:”Mah, kita gak nyuci memek dulu?
Anis:”Udah, gak usah, mamah juga gak nyuci heunceut mamah, kita tidur
lagi aza” ucapnya sambil memerengkan badanya dan memeluk saya.
Saya lebih dulu memejamkan mata saya dan entah kapan saya kemudian
tertidur. Hanya paginya saya dibangunkan istri saya yang tampak sudah
rapi dan segar, memakai jilbab warna putih lalu baju hamil yang
panjangnya sampai pinggang warna putih kombinasi pink dan rok panjang
yang ngepress warna pink, cetakan cd di pantat istriku begitu jelas.
Sementara sudah tak nampak Hanum dan Anis di samping saya, saking
lelahnya karena seks yang menguras energy saya tidak tahu kapan mereka
pergi.
Saya:”Jam berapa ini mah? Ucap saya sambil mencari-cari ponsel saya. Saya masih dalam keadaan telanjang bulat.
Wife:”Udah jam 8 Pah, tadi jam tujuh Kak Anis dan Hanum sudah balik ke
kamarnya, Papah mandi ya, kita sarapan, maaf mamah bangunin kan kita mau
jalan2, anak-anak udah mamah mandiiin, mereka sudah siap berangkat”
ucap istri saya.
Saya:”OK Mah, papah mandi sekarang” ucap saya dan segera pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi saya pun mengenakan celana pendek jeans dan kaos
lengan pendek. Segera saya keluar dari kamar. Tampak Dewi dan anak-anak
sedang menonton tv.
Saya hanya lewat saja dan segera menuju ke balkon untuk menikmati udara
pagi. Ternyata Dewi dan anak-anak langsung mengikuti saya.
Wife:”Malah nongkrong di sini Pah, yuk kita sarapan dulu”
Saya:”Bentar mah, ngehirup udara segar dulu dech” ucap saya sambil menggeliat.
Wife:Ya udah, mamah sambil kontak Anis dan Hanum” ucap istri saya dan terlihat dia menelpon.
Sementara saya memangku Revan sedang Intan berdiri di belakang pagar balkon.
Wife:”Mamah udah telepon mereka, mereka lagi siap-siap” ucap istri saya.
Saya:”Si Jaka gimana?
Wife:”Dia udah balik ke sini dari setengah enam Pah, mungkin di kamarnya
sekalian beres-beres, habis makan kita langsung check out kan?
Saya:”Ia mah, bagus langsung check out saja, takutnya gak tenang nanti pas jalan-jalan”
Wife:”Ok, kalau gitu mamah beres-beres juga pah, sambil mau nelepon laundry, soalnya ada baju kita yang belum balik”
Saya hanya menganggukan kepala saja. Istri saya pun segera meninggalkan balkon.
Saya pun menikmati suasana pagi yang begitu segar sambil bercanda dengan anak-anak.
Mungkin sekitar 20 menitan istri saya kembali dan berbarengan dengan dia
tampak suara si jaka juga berbicara dengan istri saya. Saya pun
menengok ke dalam, tampak si Jaka duduk di sofa sementara istri saya
segera menghampiri saya lagi dan duduk di sebelah saya.
Wife:”Pah, belum datang ya Kak Anis sama Hanum?
Saya:”Belum mah, coba kamu telepon lagi”
Wife:”Ya udah, mamah telepon lagi Anis” ucap istri saya sambil mengeluarkan ponsel dari saku baju roknya dan mulai menelpon.
Wife:”Hallo, Kak Anis masih di kamar kah?
Wife:”Oh ya udah kalau sudah jalan” ucap istri saya sambil menutup telpon. Mereka sudah mau ke sini Pah” ucap istri saya.
Saya:”Udah pada mau ke sini?
Wife:”Ia Pah, mereka sedang jalan ke sini, De kayo siap-siap, ini udah mau jam Sembilan, kita sarapan” ucap istri saya.
Intan pun segera menghampiri istri saya dan duduk di pangkuannya.
Saya:”Kamu cantik banget mah, biar lagi hamil kelihatan elegan dan sexy”
Wife:”Masa sich Pah, rasanya biasa saja” ucap istri saya.
Saya memang memuji istri saya sungguh-sungguh, terlihat istri saya lebih muda dari usianya.
Tak lama kami dengar pintu di ketuk, kami semua pun segera meninggalkan
balkon dan masuk ke dalam kamar lalu duduk di sofa. Istri saya pun
segera membuka kan pintu, ternyata yang datang adalah tukang laundry,
dia mengantarkan pakaian kami.
Istri saya pun segera mengambilnya dan membawanya ke kamar. Ku
perhatikan dari tadi mata si Jaka tak lepas dari pantat istri saya. Yak
arena rok yang dikenakan Dewi sangat ketat dan cukup tipis membuat cdnya
nyeplak sekali, aku gak begitu yakin warnanya apa.
Saya:”Ehheeeem” saya pun sengaja berdehem dan si Jaka sontak terlihat gugup.
Saya:”Masih mantap kan istri saya Jak”
Jaka:”eeee…apanya Pak” Jaka pun masih sedikit gugup.
Saya:”Itu pantatnya, montok kan, udah santai saja, toh kamu juga udah biasa kan lihat dalamnya” ucap saya mencairkan suasana.
Jaka:”Ia pak, masih semok dan kelihatan lebih gede, yang bikin gak tahan
cangcutnya tante Dewi nyeplak banget” ucap si Jaka malah lebih
lancing. Tapi saya malah bangga melihat penampilan Dewi yang bisa
membuat anak muda seperti si jaka juga konak.
Tak lama pintu di buka dari luar dan Anis kemudian masuk di ikuti oleh si Hanum.
Kali ini Anis sedikit berbeda, dia memakai celana panjang warna cokelat
seperti celana kulot tapi ngepress sedang atasannya memakai kemeja
tangan pendek berwarna putih dan jilbab warna hitam. Sedang Hanum
memakai jilbab warna putih, baju mirip kemeja tapi dari kain yang sangat
lembut berwana abu-abu, kancingnya sepertinya Cuma 3 atau empat saja
berdempetan di depan dadanya, tak sampai di perut. Sedangkan bawahnya
berbeda dengan ibunya memakai rok panjang warna hitam.
Mereka pun segera menghampiri kami. Intan dan Revan pun segera
mendatangi Hanum, tampak dia cukup lengket dengah Hanum. Mereka pun
segera duduk di sofa. Si jaka pun memilih duduk di bawah untuk memberi
ruang.
Anis pun segera duduk di samping saya.
Anis:”Mana neng Dewi pak?
Saya:”Di dalam kamar, lagi beres-beres, tuh panjang umur di keluar” ucap saya
Istri saya memang sudah keluar dari kamar, mungkin dia mendengar Anis dan Hanum datang.
Wife:”Ayo langsung saja kita, udah jam Sembilan ini” ucap istri saya.
Kami semua pun segera berdiri untuk pergi sarapan. Dengan berjalan kaki
kami menuju ke restoran Hotel. Sepanjang jalan mata saya dan si Jaka
tertuju ke pantat para cewek karena rok atau celana yang mereka kenakan
sangat ketat sehingga cd mereka tampak nyeplak. Saya dan Jaka sengaja
berjalan di belakang mereka.
Sampai di sana sudah tampak masih cukup ramai meski sudah jam Sembilan
siang. Kami pun memilih duduk di pojokan seperti biasa, kebetulan memang
kosong.
Kami pun menggabung satu dua meja menjadi satu agar cukup untuk kami
semua. Saya pun duduk sambil memangku Revan berdampingan dengan istri
saya semntara Anis dan Hanum beserta intan di hadapan saya. Sedang si
Jaka duduk di samping istri saya. Setelah mendapat tempat bergantian
kami mengambil makanan kami sendiri sesuai yang disediakan pihak hotel.
Setelah semua siap kami pun mulai sarapan. Istri saya sarapan sambil menyuapi Revan.
Sambil makan kami pun mulai mengobrol.
Wife:”Gimana, berapa kali kalian main tadi malam setelah aku pergi” ucap istri saya sambil kepalanya berkeliling.
Anis:”Dua kali, setelah sama neng sama kita, terus kita tidur dan
sekitar jam 3 kah saya lupa kita bangun dan ngentot lagi, suami neng
kuat banget ngewenya, kita bertiga digilir hihi” ucap Anis dengan suara
pelan takut ada orang lain selain kami yang mendengar.
Wife:”Kalian belum tahu lemahnya dia, coba aza kalau pas kalian dientot,
kalian isep puting susu suamiku, cepat crooot dia hihi” ucap Dewi.
Saya:”Wah mamah pakai buka rahasia” ucap saya sedikit kesal juga.
Anis:”Kita seneng koq neng kala Pak Dendi lama keluarnya” ucap Anis.
Sementara Hanum diam saja focus makan sambil sesekali mengangkat kepalanya melihat saya.
Wife:”Berarti puas semua dong, itu yang penting”
Anis:”Kalau saya sich puas neng, jadi seger badan hihi, gak tahu Hanum”
Wife:”Gimana kamu Han? Nikmat teu ewean sama suami tante? Ucap Dewi
sambil menutup mulutnya karena suaranya sedikit kencang. Untung orang
lain sibuk juga dengan urusannnya masing-masing, taka da yang
memperhatikan kami.
Hanum:”Enak tan” jawabnya pendek dan terlihat kembali malu-malu.
Wife:”Heunceut kamu masih sakit gak? Ucap istri saya dengan volume suara yang lebih pelan.
Hanum:”Gak tan, tapi kadang kalau pipis masih ada sedkit perih” ucap Hanum.
Wife:”Syukur kalau gitu, cuma si Jaka aza berarti yang kasihan, hihi Cuma bisa ngaloco” ucap Dewi lalu tertawa cukup keras.
Si Jaka tampak Cuma senyum-senyum saja.
Anis:”Apaan neng, budak eta teu uyahan” ucap Anis dengan bahasa Sundanya yang kadang-kadang masih sering keluar.
Wife:”Hah, teu uyahan gimana Kak”
Anis tampak menunjukan sedikit raut wajah kesal sementara si Jaka tampak menundukan kepalanya.
Anis:”Jadi gini neng, pantesan dia buru-buru datang sebelum saya dan
anak saya balik ke kamar, rupanya dasar teu uyahan” ucap Anis sambil
melotot ke si jaka. Sementara si jaka hanya menunduk saja dan Hanum pun
tampak cuek saja.
Wife:”Kenapa sich, jadi makin penasaran aku? Tanya istri saya lagi sambil melihat ke si jaka sebentar dan menatap Anis.
Anis:”Waktu saya datang ke kamar dan anak saya di kasur udah berantakan neng”
Wife:”Apa yang berantakan kak? Ucap istri saya lagi sedkit keheranan.
Anis:”Itu cangcut-cangcut kita neng berserakan dina kasur, mana ada pejunya semua”
Wife:”Oh, jadi gak diberesin lagi sama si jaka, malah ditinggal di atas kasur? Tanya istri saya lagi.
Anis:”Ia neng, banyak banget lagi”
Wife:”Koq banyak, palingan kan Cuma 3 atau empat aza kak, saya ngasih
dua cangcut saya ke si Jaka, eh Jaka koq kenapa gak diberesin kamu ih,
bikin orang emosi saja” ucap istri saya sambil menoleh ke si jaka yang
tetap menundukan kepalanya.
Jaka:”Maaf tan, maaf bi, tadinya biar kalian pakai lagi” ucap si Jaka dengan suara yang begitu pelan.
Anis:”Teu uyahan kan neng, masa kita di suruh pakai cangcut yang ada
bekas pejunya dia , cangcut yang abis dia pakai buat ngaloco”
Wife:”Hihi, udah gpp kak, maafin saja, maklum anak muda”
Anis:”Maklum gimana neng, yang lebih teu uyahan,dia gak Cuma coli trus
di crotin ke cangcut yang kita pakai kemaren sore dan kita kasih ke dia,
cangcut saya sama anak saya Hanum yang ada di lemari dia croootin juga,
makanya tadi saya bilang banyak berserakan di kasur” ucap Anis ketus.
Sementara Hanum hanya senyum-senyum sambil melihat ke si Jaka.
Wife:”Wah kalau itu udah keterlaluan kamu Jak, minta maaf sana sama kak Anis”
Jaka terlihat begitu lesu dengan tetap menunduk diapun meminta maaf ke Anis.
Jaka:”Bi, saya minta maaf” ucapnya sambil menatap wajah Anis sebentar lalu menundukan kepalanya lagi.
Anis:”Ya, mau gimana lagi, gak mungkin bibi juga marah terus ke kamu,
tapi kamu kalau dikasih sesuatu itu jangan bikin kamu jadi culangungnya,
kalau ada apa-apa lagi nanti bibi bilangin Heti mamah kamu” ucap Anis
masih terlihat marah.
Saya hanya senyum-senyum saja, kebetulan saya sudah selesai sarapan.
Wife:”Ya udah, kamu harus bersyukur dimaafin Jak, gak sampai dibilangin ke mamah kamu, terus jangan ulangi lagi ya”
Jaka:”Ia tan” ucap Jaka dengan tetap tertunduk. Makanan dia masih
tersisa banyak, tapi sepertinya si jaka jadi kurang selera karena di
marahin Anis.
Wife:”Terus sekarang gimana kalau cangcut kakak kena peju semua, tapi
aku lihat kalian pake cangcut aza, pada nyeplak di bokongnya” ucap istri
saya.
Anis:”Ya pakai dong neng, untung ada cangcut saya dan anak saya yang
dicuci di laundry, makanya tadi teteh lama, nunggu orang laundry nganter
cucian kemaren.
Wife:”Oh syukur kalau gitu, kirain kalian make cangcut yang ada pejunya si jaka hihi”
Anis:”Amit-amit neng hehe” ucap Anis dilanjukan dengan tertawa juga.
Wife:”Terus cangcut saya dua ada gak kak, satunya warna merah, satunya saya lupa”
Anis:”Ada cangcut neng, saya udah tanya Hanum, bukan punya dia karena
ukuran cangcutnya lebih besar, juga bukan punya saya, saya simpan jadi
satu sama punya saya dan Hanum dan cucian kotor lainnya” ucap Anis
Wife:”Ough ya udah, nanti saya ambil lagi, berarti si jaka gak minat nyimpan di taruhnya di kamar kakak” ucap istri saya lagi.
Saya:”Udah, yuk pada udah selesai belum makannya jangan pada ngobrol terus.
Wife:”Dikit lagi pah, ini sambil nyuapin Revan jadi lama, eh ayo kita
cepetan makannya ini udah setengah sepuluh” ucap istri saya.
Mereka pun bergegas menyelesaikan makan mereka, terutama si jaka yang makanannya masih tampak banyak.
Akhirnya kami selesai juga, segera kami meinggalkan restoran hotel untuk kembali ke kamar masing-masing.
Saya dan istri beserta si Jaka pun segera berkemas-kemas, setelah siap
kami pun keluar dari kamar dan menunggu Anis juga Hanum di jalan menuju
kamar. Tak lama mereka muncul sambil mendorong kopernya masing2x yang
saya belikan sebelum ke sini.
Kami pun segera kembali ke menuju lobby hotel untuk check out. Setelah
check out kami segera menuju ke mobil dan memasukan barang-barang bawaan
kami. Dengan posisi duduk seperti biasanya dan Revan kembali di depan
dipangku oleh istriku kami pun meluncur meninggalkan hotel.
Di dalam mobil kami pun berbincang kembali.
Wife:”Jadi ke kawah putih kita pah?
Saya:”Papah ikut kalian saja, mau ke mana?
Intan:”Pengen berenang lagi mah” tiba-tiba Intan ikut nimbrung.
Wife:”Kan kemaren sudah berenang sayang…” ucap istri saya sambil menoleh kebelakang.
Saya melihat melaui kaca spion terlihat Intan sedikit cemberut.
Wife:”Gimana nich Pah?
Saya:”Ya udah mah, ikutin saja maunya”
Wife:”Hemz, ya udah kita ke Ciwalini saja Pah, kan ada kolam renang
khusus keluarga, jadi bisa kita-kita saja, terus ada gizibu bisa
nongkrong2 juga dech, kalau masih ada waktu kita jalan lagi ke mana
gitu”
Saya:”Ok, tapi karena sudah siang kita ke sana saja dech mah, bisa kapan2 lagi ke kawah putihnya”
Akhirnya kami setuju dan memutuskan untuk ke pemadian Ciwalini.
Sempat mampir ke minimarket untuk membeli makanan. Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan, di dalam mobil kini tak banyak yang bicara.
Karena jarak yang tidak terlalu jauh dari hotel tempat kami menginap
sebelumnya, sekitar setengah jam lebih kami sampai di pemandian. Setelah
memarkir mobil dan masuk kami pun memesan kolam renang untuk keluarga.
Untuk masih ada, kami pun segera masuk dengan membawa perbekalan
seadanya serta baju ganti untuk kami dan juga untuk anak-anak, jika yang
dewasa pengen nyebur juga.
Anak-anak pun segera menceburkan diri sementara yang dewasa hanya duduk-duduk karena memang tidak ada persiapan.
Wife:”Gimana, mau pada turun gak, ganti baju aza di tempat ganti kalau gak nyaman dengan baju sekarang.
Saya:”Kayaknya papah di sini saja mah, gak ikut nyebur” ucap saya sambil
berjalan mengikuti anak-anak yang sedang berenang di dalam air.
Istri saya pun menoleh kepada Anis, Hanum dan Jaka.
Wife:”Kalau kalian gimana, sesekali lho gak tiap hari,atau nyebur aza dech dengan baju yang ada, kan sudah bawa baju ganti”
Jaka:”Kalau saya turun sendiri gak enak ah tan, masa saya saja, saya di sini juga dech” ucap si Jaka.
Wife:”Atau kalian mau jalan-jalan sendiri, naik ATV atau motor cross?
Jaka:”Di sini saja tan”
Wife:”Gimana Han?
Hanum:”Gak enak pakai rok, males mo ganti baju”
Wife:”Ya, jadi pada bingung sendiri dech, ya gimana lagi, Intan sukanya renang, gak di mana, gak di mana” ucap istri saya.
Wife:”Ya udah aku nyebur sendiri dech, enak berendam buat kesehatan
hihi” ucap istri saya sambil berdiri dan membawa tas berukuran sedang
yang berisi pakaian ganti.
Hanum:”Ikut tan”
Wife:”Jiah, ayo” mereka pun pergi meninggalkan kami menuju ruang ganti.
Anis:”Aaagh, saya turun dech hehe” ucap Anis sambil menceburkan diri ke
kolam, kebetulan dia sudah dari awal memakai celana panjang. Ternyata
bisa juga si Anis ini berenang, gung bawahnya berenang baju kemejanya
tersingkap menampak bagian punggung bawahnya yang terbuka. Sebagian
celana dalamnya yang berwarna kuning pun terlihat oleh saya dan Jaka.
Seketika ada yang mulai bangun di selangkangan saya.
Saya pun memutuskan turun ke air dan memilih duduk selonjoran di
pojokan, karena memang saya tak begitu pandai berenang juga kolam
renangnya sebenarnya tidak dalam, lebih cocok untuk berendam saja.
Anis yang melihat saya sudah turun segera menghampiri saya dan dan duduk di samping saya.
Sementara si Jaka ku lihat memilih duduk di gazebo, mungkin dia masih merasa tidak enak dengan Anis.
Saya:”Kasihan tuch si jaka, mungkin gara2 di marahin dia jadinya merasa tidak enak mau gabung”
Anis:”Biarin kang, dia keterlaluan, masa hampir semua cangcut dan kutang saya di croootin”
Saya:”Berarti banyak stock peju dia, sampai banyak gitu daleman kamu yang dicrootin” ucap saya.
Anis:”Gak tau, mungkin dilap aza ke semua daleman saya dan Hanum, ya kalau di croootin ke satu2 ya gak mungkin” ucap Anis.
Saya pun mulain nakal, tangan saya segera meraba-raba paha Anis,
Anis:”Malu aaagh Pak Dendi, banyak orang” ucap Anis. Sebenarnya sich
tidak banyak orang jika dibanding dengan kolam yang biasa, hanya
beberapa.
Saya:”Biarin, paling ngira suami istri” ucap saya dan kini tangan saya sedah meraba-raba memeknya dari luar kain celananya.
Sementara revan dan Intan asyik berperang air sampai terciprat ke mana-mana.
Tak lama istri saya dan Hanum datang dan sudah berganti pakaian. Istri
saya hanya mengganti roknya saja dengan celana legging berwana kebiruan.
Sedang Hanum memakai celana panjang kulot warna putih dan kaos lengan
pendek warna putih juga.
Mereka pun segera melihat kepada saya dan Anis dan segera mendekati
kami. Saya tak menghiraukan kedatangan mereka. Saya tetap mereba-raba
selangkangan Anis.
Begitu mereka sampai, mereka pun dsegera turun ke kolam dan segera tahu apa yang sedang saya perbuat.
Wife:”Ih Papah, masih aza nakal, pakai ngeraba-raba heunceutnya kak Anis
hihi’ ucap istri saya sambil bergerak ke samping saya dan segera
selonjoran.
Anis:”Ia neng, Pak Dendi ini nakal banget, dari tadi nyabakan heunceut teteh, jadi sieun kanyahoan kunu lian”
Wife:”Hehe, biar saja kak, mungkin semalam masih kurang puas hihi,
mereka juga gak ada yang liat ke kita, paling dempetan gini juga di kira
suami istri” ucap Dewi menenangkan Anis.
Sementara Hanum memilih berenang menuju ke anak-anak. Karena celana
kainnya berwarna putih dan cukup tipis seketika begitu kena air cd Hanum
pun nyeplak dan terlihat berwarna hijau.
Wife:”Keasikan si Papah kak, liat anaknya kakak pakai celana tipis, kena
air langsung nyeplak gitu cangcutnya sampai ktahuan warnanya” ucap
istri saya.
Anis:”Hehe ia neng, si Hanum jadi agak nakal juga ini” ucap Anis sambil
melebarkan pahanya membiarkan tangan saya lebih leluasa meraba memeknya.
Tiba-tiba saya pun merasa ada tangan masuk ke dalam celana pendek saya
yang ternyata tangannya Dewi. Tangan istri saya pun segera masuk ke
dalam celana saya dan cd saya. Dia pun langsung saja mengocok-ngocok
kontol saya.
Saya:”Aaagh enak Mah Aaagh” ucap saya.
Wife:”Huuusssh diem jangan rebut, eh si Jaka mana?
Anis:”Noh ke saung, katanya gak mau ikut turun”
Wife:”Mungkin masih gak enak habis kakak marahin”
Anis:”Ia juga sih, aaagh Pak Dendi…” Anis sedikit kaget karena tangan
saya sudah masuk ke dalam celananya. Tangan saya pun kemudian menenlusup
ke dalam cdnya Anis. Kini saya dapat meraba langsung memeknya Anis dan
bulunya terasa lembut basah oleh air.
Sementara tangan kanan saya pun segera menelusup ke dalam celana leggingnya istri saya dan langsung masuk ke cdnya.
Kini ke dua tangan saya sudah berada di dalam celana dalam kedua wanita yang mengapit saya.
Wife:”Aaaagh enak Pah, mainin itilnya mamah” ucap Dewi sedikit mendesah.
Sementara Hanum tampak sejenak melihat kepada kami lalu kembali bermain
dengan anak-anak.
Anis:”Ia, saya juga kang aaagh, enak itil saya aaagh digituin” ucap Anis.
Sementara kontol saya pun sudah mengeras terus dikocok oleh Dewi.
Kini saya mulai memasukan masing-masing dua jari saya mengocok memek Dewi dan Anis. Memek mereka sudah terasa mulai lengket.
Saya pun semakin cepat mengocok memek mereka begitu juga sebaliknya tangan istri saya semakin cepat mengocok kontol saya.
Saya:”Aaagh enak mah, cepetin aagh mau keluar aaagh”
Wife:”Tumben cepat pah?
Saya:”Situasinya gak mendukung aaagh” ucap saya sambil mempercepat kocokan jari saya di memek Anis dan Dewi.
Anis tampak memejamkan matanya sementara istri saya menatap saya dengan
tatapan sayu. Ingin saya cipok bibirnya tapi takut jadi masalah.
Wife:”Aaagh cepetan Pah, heunceut mamah enak, kayaknya mau dapet juga” ucap istri saya sambil berbisik di telinga saya.
Anis:”Aaagh saya dapeeeet” ucapnya mengerang dan tetap memejamkan
matanya. Jari saya memang terasa disemprot sesuatu. Saya pun semakin
cepat mengocok memeknya Dewi sementara tangan kiri saya sudah saya tarik
dari selangkangan Anis.
Wife:”aaagh Pah, gila nikmat aagh mamah dapet juga” ucapnya dengan suara
pelan. Hal yang sama saya rasakan seperti ketika jari saya disemprot
cairannya Anis.
Saya pun segera menarik tangan kanan saya. Dewi pun mempercepat kocokan
tanggannya. Tapi entar kenapa saya jadi belum keluar juga.
Wife:”Koq belum pah?
Saya:”Harus ditambah rangsangannya mah”
Wife:”Ih, kak Anis minta tolong dong, maju ke depan suami saya terus
nungging pura-pura mau renang gitu kak, pelorotin celananya dikir biar
cangcut kakak kelihatan” ucap Dewi.
Anis pun paham dan tidak protes segera dia berpindah kedepan saya dan di
tampak melihat ke sekitar, setelah yakin aman dia pun memelorokan
celana panjang kainnya hingga bulatan pantatnya yang hanya terbungkus cd
warna kuning terlihat. Pemandangan tersebut membuat saya semakin
bergairah. Tak lama sprema saya pun muncrat dalam celana saya.
Istri saya pun segera menarik tangannya dan celana saya dan menunjukan
ke Anis. Anis pun segera menaikan celananya kembali dan segera
selonjoran seperti tadi di samping saya.
Kini kami pun tidak melakukan hal mesum lagi hanya berendam saja. Cukup
lama kami berendam mungkin lebih dari satu jam atau satu setengah jam.
Saya dan istri berikut Anis pun segera naik meninggalkan kolam. Melihat
kami naik anak-anak dan Hanum pun segera menigkuti kami naik dan
berlarian menuju tempat bilas.
Setelah selesai bilas saya pun bergabung dengan si Jaka yang dari tadi
hanya main hp di gazebo. Para pemilik memek belum tampak keluar dari
tempat bilas begitu juga dengan anak-anak.
Saya:”Jak, besok kamu sudah harus masuk kerja, berangkat dari rumah aza
besok gak usah pulang mala mini ke kosan kamu” ucap saya.
Jaka:”Ia Om, rencananya gitu sich, eh Om ada salam dari mbak Klara” ucap
Jaka sambil tersenyum. Jaka memang menjadi bagian administrasi di dept.
CSR di bawah si Klara.
Saya:”Serius, salam balik aza dech” ucap saya tak terlalu menanggapi dengan serius
Tak lama para wanita dan anak-anak saya sudah muncul dan berjalan menuju
ke kami. Mereka sudah berganti pakaian semua. Istri saya kini memakai
baju kurung warna orange yang cukup lebar dengan jilbab putih. Sementara
Hanum memakai pakaiannya yang semula, kemeja dan rok panjang hitam
hanya jilbabnya kini warna merah. Sedang Anis memakai baju panjang gamis
warna hitam ada motif bunga di bagian dadanya dan jilbab putih.
Yang menarik perhatian saya ketika mereka semua duduk adalah Anis, ku
lihat payudaranya seperti menggantung, sementara istri saya dan Hanum
terlihat normal. Kami pun mulai membuka makanan yang kami beli di jalan
tadi. Sambil makan mata saya beberapa kali tak lepas dari dadanya Anis.
Anis pun beberapa kali memergoki saya, tapi dia tak menghiraukan.
Istri saya pun akhirnya mengetahuinya.
Wife:”Papah sama Jaka dari tadi liatny ke dada Kak Anis terus”
Anis:”Ia neng, mentang-mentang saya gak pakai kutang, jadi pada ngeliatin terus” Ucap Anis.
Benar saja rupanya Anis tidak memakai bh.
Saya dan Jaka pun menjadi tersipu malu, terutama tentu si jaka, ternyata dia seperti saya ikut memperhatikan dadanya Anis.
Anis:”Ini kang Dendi, kutang Anis yang tadi kan basah karena berendam
dan ternyata gak ada stock kutang lagi karena semuanya kotor dicrootin
pejunya si teu uyahan Jaka” ucap Anis mungkin dia masih kesal sama Jaka.
Saya:”Terus kalau itu pake? Ucap saya menunjuk ke selangkangan Anis.
Anis:”Kalau cangcut sich pakai, kutang aza yang nggak, karena gak bawa
kutang sebanyak bawa cangcut” ucap Anis sambil sengaja mengangkat
pinggulnya dan sedikit mereng menunjukan garis celana dalamnya yang
nyeplak di baju gamisnya kepada saya.
Wife:”Hihi, pasti papah tadi mikirnya Kak Anis gak pakai cangcut juga hehehe” ucap istri saya.
Saya:”Hehe, kenapa gak dipakai aza kutang yang kena pejunya Jaka, kan kata Anis gak banyak, paling dipakai lap sedikit sedikit”
Anis:”Ih amit-amit, mending gak pake kang” ucap Anis sambil sedikit
cemberut. Sepertinya Anis memang marah dengan si Jaka, si Jaka pun makin
ciut saja, dia dari tadi diam sambil pura-pura memainkan ponselnya.
Saya:”Kalau saya yang croootin cangcutnya kamu Nis, milih gak pakai juga?
Wife:”Hahah, semriwing dong Pah?
Anis:”Kalau yang crootin cangcut saya Pak Dendi, saya gak keberatan
pakai cangcut yang ada pejunya asal peju pak Dendi jangan peju si Jaka”
ucap Anis.
Saya:”Hahaha, say amah lebih doyan croootin isi cangcut dibanding bungkusnya” ucap Saya yang diikuti istri saya yang tertawa.
Wife:”Udah ah jangan pada bercanda terus, Pah kita cabut aza yu, kita
cari restoran buat makan terus kita pulang ke Bandung biar gak terlalu
sore gimana?
Saya:”Ya udah papah setuju saja mah”
Akhirnya kami pun segera berkemas-kemas membersekan barang bawaan kami.
Setelah siap kami pun meninggalkan pemandian Ciwalini untuk pulang ke Bandung.
Wife:”Papah, mamah mau di tengah sama Hanum ya, kak Anis duduk di depan sama suami saya” ucap Dewi istri saya.
Anis:”apa gak ibu saja yang di depan?
Wife:”Gantian dech, kayaknya saya pengen tidur di belakang” ucap istri
saya, entah apa maksudnya, kalau mau tidur di depan juga saya pikir sich
bisa.
Anis tak membantah lagi dan segera naik ke dalam mobil dan duduk di
samping saya. Setelah semua naik saya pun mulai menjalankan kendaraan,
mungkin baru sekitar 5 menitan jalan tiba-tba hujan turun dengan cukup
deras.
Wife:”Bawa mobilnya pelan saja Pah, takut nich hujan, sekalian menikmati pemandangan” ucap Dewi.
Saya:”Ia mah, masih belum terlalu sore juga” ucap saya.
Kami pun melaju pelan apa lagi harus melalui banyak kelokan.
Karena Anis di depan mau gak mau saya pun jadi memperhatikan dada dia yang tidak terbungkus oleh bh.
Saya mobil sedikit berguncang dada Anis pun ikut berguncang, menjadi pemandangan yang menarik buat saya.
Wife:”Papah, konsen nyetirnya dong, jangan liatin teteknya Kak Anis
terus” ucap istri saya. Rupanya dia memperhatikan apa yang saya lakukan.
Anis hanya mesem-mesem saja.
Hujan pun makin deras, ku lihat dari spion anak-anak sudah tertidur juga si jaka di belakang. Yang lainnya masih melek.
Wife:”Pah, cari tempat berhenti saja dulu, ngeri ih, hujan angin”
Saya:”kita cari tempat makan aza gimana Mah?
Wife:”Tapi anak-anak sudah pada bobo?
Saya:”Ya gpp, biarkan saja”
Wife:”Si Jaka juga tidur”
Saya:”Di amah gampang bisa dibangunkan” ucap saya.
Saya pun mencoba mencari restoran di sepanjang jalan yang kami lewati,
Akhirnya saya pun menemukannya juga. Saya segera berbelok menuju ke
sebuah rumah makan yang terlihat tidak begitu ramai mungkin karena
sedang hujan lebat. Segera saya mencari tempat parker, saya pun harus
melalui sebuah polisi tidur yang begitu kami melewatinya tetek Anis pun
kembali berguncang.
Wife:”Papah ini jahil banget, sengaja dienjot-enjot mobilnya ih”
Saya:”Hahaha” saya pun tertawa dan segera menghetikan mobil dan mematikan mesin.
Saya:”Di sini saja ya” ucap saya sambil tangan saya menjulur
meremas-remas teteknya Anis. Saya sudah tidak tahan melihatnya
berguncang-guncang.
Anis:”aawww, Pak Dendi ih” ucap Anis tapi tidak menahan saya hanya tangannya memegang tangan saya.
Wife:”Ih papah, jahat banget ngelecehin kak Anis depan anaknya, mentang-mentang dia gak pakai kutang maen remes aza hihi”
Saya:”Gak tahan mah: ucap saya sambil masih meremas-remas susunya Anis dan putingnya saya jepit diantara dua jari.
Anis:”Pak Dendi aaaggh udah ahh” ucapnya sambil tangan sekarang
mendorong tangan saya, saya pun melepaskan tangan saya dari teteknya
Anis.
Wife:”Ayo ah kita turun, Papah gendong Revan dong, mamah pegal-pegal ini”
Hanum:”Intan biar saya yang gendong tan”
Wife:”Jak, bangun, kita makan dulu”ucap istri saya membangunkan si Jaka.
Segera si jaka pun bangun.
Kami pun segera turun dan buru-buru masuk ke rumah makan.
Kami pun segera makan kebetulan kita belum makan siang hanya ngemil, apalagi hujan membuat perut kosong begitu terasa.
Kami pun tak banyak bicara karena mungkin pada kelaparan. Sementara
anak-anak semua tetap tidur. Selesai makan kita pun membelikan beberapa
makanan ringan untuk Intan dan Revan karena mereka tidak ikut makan.
Setelah selesai dan kebetulan volume hujan sudah menurun kami pun segera melanjutkan perjalanan.
Istri saya pun pindah ke depan dengan alasan agar saya lebih konsen tak lagi memelototin teteknya Anis.
Setelah hujan reda kami pun sempat memebeli oleh-oleh untuk orang rumah. Sekitar jam 5 kami pun sampai di rumah.
Saya pun segera memarkirkan mobil. Kami pun segera keluar dari mobil dan
di sambut oleh Bu Heti dan Donatus. Donatus ternyata sudah ada di
rumah, dia pun membantu saya dan si Jaka mengankut barang bawaan kami.
Semua orang pun sudah berkumpul di rumah, Dewi pun memilih segera ke
kamar untuk istirahat menemani anak-anak yang masih tertidur, mungkin
karena kelelahan. Kesempatan ini aku gunakan untuk menemui Donatus
sambil membawakan oleh-oleh buat dia.
PART 78 POV Wife Pagi itu aku duduk sendiri di teras rumah. Hatiku tengah galau berat. Hanum sedang pergi mengantar Intan ke sekolah dan Anis bersama Bu Heti sedang berbelanja ke super market untuk kebutuhan sehari-hari dan Revan ikut dengan mereka. Sore atau malam nanti suamiku akan pulang ke rumah, aku khawatir tidak bisa menahan amarah sehingga semua rencanaku akan gagal. Aku sedang memikirkan bagaimana aku bersikap kepada suamiku dan menahan emosi agar semua rencanaku berjalan semestinya dan aku dapat mengetahui apa suamiku menyeleng atau tidak dibelakangku, yang pasti dia sudah berbohong namun aku belum tahu alasannya. Saat sedang melamun aku mendengar pintu pagar digedor-gedor dari luar. Saya pun kaget dan segera berdiri untuk mencari tahu. Ternyata ada seseorang memukul-mukul pagar menggunakan tongkat kayu. Orangnya kurus dan tingginya mungkin hampir sama dengan saya dan kelalanya plontos. Memakai kaus lengan pendek warna putih dan celana jeans. Tangannya
Komentar
Posting Komentar