Langsung ke konten utama

Binalnya Istriku Dewi 69

 PART 69



POV WIFE

S
aya pun segera pergi untuk tidur karena besok pagi saya harus melayani Tirta dan Rey lagi. Saat masuk ke dalam kamar Hanum sudah tertidur di ranjang Intan bersama dengan Revan. Saya tidak tega membangunkannya saya pun mengajak Intan tidur di ranjang saya.

Kami tak lama segera tidur, saya sudah malas untuk mandi lagi.

Besoknya pagi-pagi aku sudah bangun dan sudah tidak lagi terlihat Hanum sementara Intan masih tertidur pulas, aku pun tertidur pulas karena kenikmatan seks yang saya dapatkan tadi malam sampai lupa menyusui Revan. Aku pun segera mandi untuk menghilangkan lengket di badan akibat persetubuhan tadi malam. Badan saya pun terasa segar kembali.



Setelah mandi saya pun segera merias diri untuk menyambut kedatangan Tirta dan Rey kembali. Di depan kaca aku pun berlengak-lenggok dalam hati aku tak menyangka dalam kondisi hamil aku masih lari saja hehe dan aku pun tak menyangka aku jadi begini, dari seorang ibu rumah tangga biasa sekarang menjadi seorang pelacur.

Aku pun sudah siap dan tampil cantik. Segera ku bangungkan Intan karena dia harus berangkat sekolah pagi-pagi dan kusuruh Hanum untuk memandikan Intan.





POV SUAMI


Saya lihat Yuniar keluar dari kamarnya, kini dia memakai kaos putih lengan panjang gambar hello kity yang kulihat sangat ketat mencetak lekuk tubuhnya dan mengenakan jilbab warna hitam sedang bawahannya dia mengenakan celana legging warna hitam yang juga tampak kekecilan hingga bagian selangkangannya pun tercetak. Yuniar seperti sedang menggoda saya. Saya pun melotot tanpa sadar menatap keselangkangan Yuniar. Yuniar pun berjalan menghampiri saya.

Yuniar:”Aduh kasihan si aa capek malah disuruh jagain Dedek, biar si Dedek sama neneknya aza aa” ucap Yuniar santai meski dia tahu saya memelototi selangkangan dia.



Saya:”Eh…anu gpp mah, biar sama saya saja, dia juga anteng ini malah mau tertidur” ucap saya.

Yuniar:”Ya udah gpp, biar akrab sama aa” ucapnya sambil duduk di samping saya dan tanganya pun menempel di tangan saya meski terhalang oleh bajunya yang lengan panjang.

Saya pun terasa panas dingin, ingin rasa ku banting dia dan langsung saya tindihin.



Tapi Yuniar tak berlama-lama duduk, dia pun segera berdiri lagi.

Yuniar:”Mamah siapin makan malam dulu ya a”

Saya:”Oh ia silahkan mah” ucap saya.

Yuniar pun kemudian berjalan tapi tidak melewati jalan yang sama saat ia duduk tapi melewati saya dia pun berjalan membelakangi saya karena jalannya sempit terhalang meja ruang tamu. Otomatis pantat dia pun berada di depan muka saya.



Mata saya pun memelototi pantatnya yang besar dan saya yakin masih kencang belum terlalu turun. Cetakan cdnya begitu nyeplak membuat tanpa sadar ada yang berdiri di dalam celana saya.

Yuniar:”maaf ya aa” lalu dia pun berjalan menuju dapur.

Saya pun segera menoleh melihat pantatnya bergoyang-goyang ditambah dia memakai legging yang sangat ketat.

Tiba-tiba Yuniar menoleh kebelakang dan tentu saja saya dia memergoki saya yang sedang memelototi pantatnya.

Dia hanya tersenyum dan kembali jalan meninggalkan saya.



Saya pun berpikir keras gimana caranya, apa dia memberi kode atau sekedar menggoda saya atau bagaimana saya belum berani berbuat nekat. Saat saya sedang melamun Ifah pun keluar dari kamar, dia seduah berganti pakaian memakai baju gamis lebar warna biru dan jilbab warna putih.

Ifah pun segera mendatangi saya dan berbicara.

Ifah:”Tidurkah si Tabah a?

Saya:”Hampir ni”ucap saya sambil memberikan Tabah kepada ibunya.

Ifah pun segera menggendongnya dan duduk di hadapan saya.



Saya:”Gimana bapak mau ikut gak besok jalan?2?

Ifah:”Tadi sich belum jelas jawabannya, katanya hari Jumat, hari pendek, gimana kalau hari Sabtu saja a?

Saya:”Kalau hari libur biasanya rame, aa takut ada orang yang kenal dengan aa”

Ifah:”Oh ia juga ya, ya udah nanti aku dan mamah bakal bujuk bapak lagi” ucap Ifah.

Lalu terdengar teriakan dari Yuniar.



Yuniar:”Neng, ajak suami kamu makan, makan malamnya udah siap” ucap Yuniar.

Ifah:”Ayo a,kita makan malam dulu,sekalian bantuin bawa piring-piring yang di meja ke belakang, Neng bawa si Tabah, belum mau tidur juga” ucap istri saya.

Saya pun membawa piring dari meja ruang tamu dan mengikuti Ifah yang sudah lebih dulu menuju dapur.

Sampai di dapur memang hidangan di meja makan sudah siap. Saya pun segera duduk setelah menyimpan piring-piring tadi.

Ifah pun duduk di samping saya sambil memangku si tabah yang tampaknya sekarang sudah tertidur sementara Yuniar sudah duduk lebih dulu di hadapan saya.



Saya:”Gak nunggu bapak?

Yuniar:”Tunggu bentar, paling bentar lagi pulang” dan benar selesai ucapan Yuniar terdengar pintu depan dibuka dari luar yang sepertinya Pak Hadi baru balik dari masjid.

Yuniar pun segera berdiri dan keluar dari dapur diikuti oleh pandangan saya yang focus kepada pantat besarnya.

Ifah:”Ehem, aa genit ih, segitu fokusnya ngelihatin pantatnya mamah aku hehe”



Saya pun terkejut dan mesem-mesem saja karena ketangkap basah.

Ifah:”Masih sexy yam amah, wajar sich belum tua amat, belum 40”

Saya:”Ia, apalagi pakai legging ketat gitu, sampai nyeplak”

Ifah:”Dasar, jangan-jangan kontol aa bangun ya?

Saya:”Hehe, ia, ya namanya lelaki ya normal”

Ifah:”Ia, tapi kan itu mertua aa juga hehe”

Tak lama Yuniar datang bersama Pak Hadi.



Mereka pun segera duduk di hadapan kami.

Tanpa banyak bicara kami pun segera menyantap makanan yang dihidangkan.

Kurang lebih setengah jam kami pun selesai makan malam.

Ifah pun mulai membuka obrolan sementara Yuniar sibuk membereskan bekas makan kami.

Ifah:”Gimana bapak besok bisa ikut kan?

Hadi:”Gimana ya, besok kan Jumat” ucap Pak Hadi.

Sementara saya lebih senang memperhatikan ke pantat Yuniar yang sedang mencuci piring bekas makan kami di westafel.



Yuniar pun ikut nimbrung sambil tetap mencuci.

Yuniar:”Pah, sekali-kali gak jumat’an gpp kali, sekali-kali kita jalan-jalan gak tiap hari juga” ucap Yuniar.

Saya:”Ya, kalau waktunya juma’tan kita bisa cari masjid” ucap saya.

Hadi:”Gak lusa saja nak, atau minggu?

Ifah:”Si AA gak berani kalau hari libur takut ada yang kenal dia katanya”

Hadi pun kemudian manggut-manggut.



Yuniar pun telah selesai mencuci piring dan duduk kembali di samping suaminya.

Yuniar:”Udah, gak usah banyak mikir, sekali-kali nyenengin istrinya kan, mau dibawa menantu jalan-jalan”ucap Yuniar.

Hadi:”Ya udah, bapak ikut”

Ifah:”Alhamdulillah”



Selanjutnya kami pun sempat menonton tv sebentar dan kemudian saya dan Ifah duluan masuk ke dalam kamr. Kami pun sudah berada di atas ranjang sementara si Tabah sudah tertidur sejak kami makan dan sudah disusui oleh Ifah.

Saya:”Aa mau beli tv dech buat di kamar, boleh?
Ifah:”Boleh banget atuh a, jadi gak rebutan aku sama mamah kalau nonton hehe”

Saya:”memang kamu sama mamah beda selera?

Ifah:”Mamah tuch senengnya nonton sinetron, kalau Ifah lebih suka nonton dangdut”



Saya:”besok dech pulang dari jalan-jalan kita beli tv sekalian dengan parabolanya”

Ifah:”Jadi kemana kita besok rencananya a?

Saya:”Nah kalau itu gimana Ifah saja, kemana kita?

Ifah:”Yah gampang, banyak tempat wisata di sini, ngomong-ngomong ini malam Jumat a, hihi” ucap Ifah di akhiri dengan tertawa cekikikan.



Saya:”Memang kenapa kalau malam Jumat?

Ifah:”Ih, malamnya ewean hihi”

Saya:”Nakal ya, bukannya tiap malam kita ngewe?

Ifah:”Hihi ia ya, kita masih penganten baru ya a” ucap Ifah sambil memasukan tangannya ke dalam celana saya. Dia mulai meraba-raba kontol saya dari balik celana dalam.



Saya pun sedikit bergeser sambil mulai meraba-raba kedua toketnya Ifah.

Ifah:”uuugh enak aa, remes yang kuat uuuuughhhh” ucap Ifah, kin tangannya telah masuk dalam celana dalam saya dan mengocok-ngocok kontol saya.

Saya:”Gede banget susumu neng” ucap saya.

Ifah:”Ia a, karena udah banyak yang ngeremes hihi”



Saya pun mulai menaikan dan menggulung baju gamis Ifah hingga ke perut. Tampak gundukan di selangkangan Ifah yang begitu menggembung tertutup celana dalam warna pink.

Tangan saya pun kini berpindah mengelus-elus memeknya Ifah dari balik celana dalamnya.

Ifah:”A, aa pengin Ifah berpenampilan gimana sehari-hari kalau di rumah? Ucap Ifah sambil menurunkan celana kolor berikut celana dalamnya. Kontol saya yang sudah mengeras pun segera mencuat kelur dari sangkarnya.

Saya:”Maksudnya gimana Neng? Tanya saya karena belum paham maksudnya Ifah. Sambil berucap demikian saya pun melolosi gamis Ifah melewati kepalanya hingga sekarang yang menempel di tubuh Ifah hanya jilbab, bh dan celana dalam saja.



Ifah:”Maksud neng, aa mau Ifah tampil gimana, soalnya semua suami kontrak neng dulu juga punya selera berbeda-beda, terutama suami neng yang pertama uuugh” Omongan Ifah terhenti karena saya kini kembali meremas-remas payudara Ifah. Saya pun mengeluarkan kedua payudara Ifah dari balik bhnya. Payudaranya benar-benar besar seperti miliknya Diah istrinya Fadli. Urat-urat yang membiru tampak begitu jelas.

Puting susunya begitu besar, berbeda dengan Diah yang tidak menyusui, sehingga puting susunya Ifah tampak begitu besar jauh lebih besar dari putingnya Dewi.



Saya pun segera mencaplok susunya Ifah dan mengemut putingnya.

Ifah:”Aagh…uugh enak Aa…. Suami kontrak Ifah selalu minta Ifah tampil sexy kalau di rumah, dan gak boleh pakai jilbab, jadi dia sering belikan baju yang sexy dan mini kada puser Ifah kemana-mana hihi ighhh geli bayi besar aaaagh” erang Ifah saat saya menyedot asinya yang mengalir jauh lebih deras dari punya Dewi sedang satu tangan saya meremas payudaranya yang sebelah kanan hingga asinya pun muncrat-muncrat.

Saya pun menjadi penasaran dengan ucapan Ifah. Saya pun melepaskan puting susunya Ifah dan hanya saya tarik dan remas hingga asinya muncrat dan saya arahkan ke mulut saya.



Ifah:”aaagh bayi besar nakal, susunya mamahnya diremas-remas uuugh”

Saya:”hehe, terus neng jadi kamu di rumah sehari-hari pakai pakaian sexy? Apa gak diomelin sama mamah dan bapak kamu neng?

Ifah:”Nggak, karena mereka paham, neng kan istri kontrak harus nurut gimana mau yang ngontrak, jadi mamah pun cuek aza biar neng pakai pakaian sexy, jadi neng tanya aa mau neng tampil kayak gimana?

Saya:”kalau aa sich kayak sekarang aza gpp koq neng”



Ifah-“Oh, jadi seperti biasa saja, uuugh jangan ditarik aa, pentilnya sakit” ucap Ifah sedikit mengerang karena saya tarik puting susunya.

Saya:”Bukan, maksud aa seperti sekarang ini” ucap saya sambil menujuk ke Ifah lalu saya pun mencaplok susunya Ifah yang sebelah kanan.

Ifah:”uuuh jadi aa ma Ifah Cuma pakai jilbab, terus gak pakai baju, Cuma pakai bh sama cangcut doang gini?

Saya pun memberi isyarat dengan mata saya bahwa memang itu maksudnya.



Ifah:”aaaaaah, bayi besar ini nakal banget, puting mamahnya dicupangin”ucap Ifah karena saya baru saya memberi cupangan di dekat putingnya Ifah.

Ifah:”Aaagh aa, nanti Ifah bilang ke mamah dan bapak kalau aa mau Ifah sehari-hari tampil seperti sekarang uuughhh” ucap Ifah sementara saya makin semangat menghisap dan meminum asinya Ifah yang mengalir deras.

Sementara Ifah terus mengocok-ngocok kontol saya meski pelan.



Saya pun menarik tangan Ifah yang sedang mengocok kontol saya dan membentangkan kedua tangannya di belakang kepala. Ketiak Ifah pun kini terbuka dan hanya sedikit ada bulu-bulu halus.

Saya pun segera melumat dan menyapukan lidah saya di permukaan ketiak Ifah.

Ifah:”Aaagh geli uuuuuh, aa suka jilat ketiak ya aaaagh”

Saya tak menghiraukan ucapan ifah tapi terus menyapukan lidah saya di ketiak Ifah yang sebelah kiri dari atas ke bawah.



Ifah:”Aaagh gila geli uuugh, gak ada suami ifah sebelumnya yang suka jilati kelek aaaaghhh” Ifah pun menggelinjang membuat ranjang berderit-derit.

Saya pun kini menindih bada Ifah dan menjilati ketiaknya yang sebelah kanan.

Ifah:”aaaagh ampuuun hihih, geli uuuugh” ucap Ifah sambil mengeliat hingga kembali ranjang yang rangkanya terbuat dari besipun kembali berderit.



Kali ini saya pun memberi cupangan di ketiak kanannya Ifah.

Ifah:”aaah, ketiak neng aa cupangin?

Saya pun melepaskan ketiak Ifah dan kemudian saya menyingkap jilbab Ifah sedikit ke atas hingga lehernya terlihat. Lidah saya segera saya julurkan menyapu lehernya Ifah.

Ifah:”aaagh aaa” erang Ifah sambil tangan kembali memegangi kontol saya.

Saya:”Neng, aa pengen ketiak kamu berbulu lebat, jadi nanti jangan dicukur ya” ucap saya sambil menjilati leher Ifah yang sebelah kanan kembali.



Ifah:”aaaah, mau ketiak Ifah berbulu lebat, aa suka ketiak yang berbulu uuuugh, jangan-jangan teh Dewi juga lebat ketiaknya?

Saya:”Ia, aa yang minta” ucap saya dan kembali menjilati leher dan belakang kuping Ifah lalu sesekali saya beri gigitan kecil hingga timbul warna merah.

Ifah:”Aaagh, uuugh geli tapi enak aaaa”

Kini Kepala saya sudah berpindah dan melumat bibirnya Ifah. Kami pun berciuman dan saling bertukar ludah dan lidah kami saling bertautan.



Ifah:”mmmmmzzzzh…mmmmmzzz..muaaaach….muaaaaaaach”

Saya kemudian melepaskan lumatan saya di bibirnya Ifah dan saya kembali berbicara kepadanya.

Saya:”Sayang, ada satu lagi yang aa amu dari kamu” ucap saya.

Ifah:”Ia sayang, apalagi yang harus neng lakuin buat aa?

Saya:”Aa ingin Ifah jadi lebih binal kalau melayanin aa atau sehari-hari di rumah, gimana?

Ifah tampak menatap mata saya dalam-dalam.



Ifah:”Binal gimana sayang, neng gak ngerti”

Saya:”aa mau Ifah binal seperti pelacur” ucap saya.

Ifah:”Hah, Ifah belum pernah jadi pelacur sayang, tapi demi kamu dan demi dapat cinta kamu apaun Ifah lakukan”

Saya:”Ia, improvisasi Ifah aza gimana, terserah kamu sayang”

Ifah:”Ia a, nanti Ifah belajar jadi pelacur untuk suami Ifah hehe, yuk lanjutin Ifah pengen eweaaan” ucap Ifah dengan suara mendesah dan mata saya.



Saya pun kembali melumat bibirnya Ifah. Sementara Ifah berusaha menurunkan celana dalamnya.

Saya pun segera bangkit untuk membantu Ifah melepaskan cdnya.

Ifah:”Copotin cangcutnya neng a, udah gatel pengen dimasukin kontol panjangnya aa hi..hihi” ucapnya dengan suara sedikit parau.

Saya pun segera menarik lepas cdnya istri saya dan melemparnya ke lantai.



Ifah:”Aa mah kebiasaan, suka lempar jauh-jauh cangcut neng”

Saya hanya tersenyum dan tak mengomentari ucapan Ifah. Saya pun segera melebarkan kedua paha Ifah dan Ifah pun segera menekuk kedua lututnya.

Semntara Ifah tampak mencopot bhnya dan menaruh di samping badanya.

Saya pun segera menempatkan kontol saya di memek Ifah, saya mainkan sebentar itilnya Ifah dengan jempol saya.



Ifah:”Aaaagh aa, enak uugh itilnya neng digituin uuuh, tapi pengen diewe a, masukin kontolnya aaagh” ucap Ifah sambil kedua tangannya memilin-milin puting saya.

Saya mulai menekan kontol saya ke memeknya Ifah yang sudah basah. Perlahan dan pasti kontol saya pun mulai tertelan di dalam memeknya Ifah.

Ifah:”Aaagh masuk sayang, uuuh enak aaaaghhhhh” ucap Ifahsambil kini tangannya berpegangan di kedua pundak saya. Tangan saya yang sebelumnya memegangi pahanya saya pindahkan ke toket Ifah. Saya mulai meremasnya sambil mendorong kontol saya lebih dalam lagi.



Ifah:”Uuugh, nojos sampai Rahim neng kontolnya a uugh” erang Ifah lagi.

Saya pun mulai maju mundur mendorong keluar masuk kontol saya di memek istri saya.

Plooook…plooook…plooook benturan antara paha saya dan pantatnya Ifah mulai mengisi ruang kamar yang sunyi. Ranjangp pun mulai berderit-derit dengan kencang.

Saya:”Uuugh enak sayang, memek kamu masih sempit banget”

Ifah:”Aaahh kontol aa juga enak banget aaaaaah…aaahhh….aaah” erang Ifah. Ifah tampak berusaha melepas jilbabnya mungkin karena merasa kurang nyaman. Kini rambutnyanya tergerai dan sudah mulai acak-acakan.



Ploook…plooook…plooook bunyi benturan anggota tubuh kami dan deritan ranjang semakin nyaring terdengar dan saya yakin suaranya cukup jelas kedenganran sampai keluar kamar.

Saya:”Neng, gak pengen ganti kasur?

Ifah:”Memang kenapa sayang, kurang empuk ya?

Saya:”Uuugh maksudnya ganti ranjang saya, ini kan berisik banget, untuk bapak sama mamah pengertian, tapi kalau pas ada tamu pasti kita gak nyaman mau ngewe”

Ifah:”Uugh gpp sayang, Ifah justru suka bunyinya, biar aza semua yang di rumah tahu kalau kita lagi ewean biar pada kepengen hehehe, uugh…uuughhhhh terus sodok memek Ifah yang kenceng aa” ucap Ifah



Saya:”Heunceut Ifah, Heunceut Ifah uuugh” ucap saya sambil lebih keras menyodokan kontol saya dan lebih cepat.

Ifah:”ia aaaa lebih kenceng aaaa, ewe heunceut Ifah aaaaa”

Deritan ranjang pun semakin keras hingga membuat Tabah menangis.

Kami pun reflek terdiam dan saling pandang padahal seharusnya Ifah segera mengambil anaknya.

Sampai terdengar suara Yuniar dari luar kamar.



Yuniar:”Neng, biar si dedek ibu, jadi gak ganggu kamu ngentot” ucap Yuniar diakhiri ucapan vulgar.

Ifah:”Bentar, aa, cabut dulu kontolnya” ucpa Ifah.

Saya pun terpaksa mencabut kontol saya padahal lagi nikmat-nikmatnya.

Ifah pun segera bangun dengan telanjang bulat dan memangku anaknya. Ifah pun duduk di tepi ranjang.

Ifah:”Mah, neng nyusuin dulu Tabahnya, nanti neng kasih ke mamah” ucap Ifah dan segera menyusui si Tabah.

Yuniar:”Ia, nanti titipin di kamar mamah aza” ucap Yuniar.



Ifah pun tampak sudah selesai menyusui si tabah dan tampak anak tersebut sudah tertidur kembali.

Ifah segera bangkit sambil tetap menggendong si Tabah dan tampaknya dia mengambil handuk yang teergantung di kapstop belakang pintu.

Ifah:”Aa, pegangin Tabah bentar , neng pakai handuk dulu”

Saya pun segera turun dan menerima tabah dan tangan Ifah.



Ifah pun segera mengenakan handuk yang seperti kekecilan karena body dia yang cukup tinggi dan semok.

Ifah:”Siniin lagi a”

Saya pun kembali menenyerahkan tabah ke tangan Ifah.

Ifah pun segera menggendongnya dan membuka pintu kamar.

Memakai handuk yang mini membuat lekuk tubuh Ifah semakin tercetak sementara biasanay dia memakai baju gamis lebar. Pantatnya lebih terlihat besar.

Ifah:”Ifah ke kamar mamah dulu a” ucap Ifah dan berjalan keluar kamar.

Plaaaak… saya pun tak tahan untuk tidak menampar pantat besarnya Ifah.



Ifah:”aaaw, kaget neng hihi” ucapnya sambil mengusap-usap buah pantatnya sendiri yang terbungkus handuk wana putih yang menutupi sebagian pahanya mungkin 20 cm di atas lutut.

Ifah pun segera berjalan meninggalkan saya.

Saya pun segera naik ke ranjang tanpa memperdulikan pintu kamar yang terbuka lebar karena saya yakin Pak hadi dan Yuniar sudah di dalam kamarnya.



Tak lama ifah pun kembali dan segera melepas handuknya padahal belum masuk kamar dia pun tampak menggoda saya dengan berjalan mengangkang memperilhatkan memeknya yang penuh bulu.

Ifah:”hihi, pelacurmu masuk kamar lagi a” ucapnya sambil menutup pintu kamar tanpa menguncinya.

Ifah pun setengah berlari segera naik ke ranjang dan menindih saya.

Ifah:”Aaagh gak kuat aa, memek aku pengen diewe hihi” ucapnya sambil melumat bibir saya kami pun berpelukan sambil berciuman.

Saya:”Heunceut neng, biar lebih nakal”

Ifah tidak memnjawab tapi terus menciumi saya.



Tak lama tangan Ifah bergerak ke bawah dan mengarahkan kontol saya ke memeknya. Dengan sedikit mengangkat pantatnya Ifah pun memasukan kontol saya ke memeknya dia.

Bleseeeek….

Ifah:”Aaagh masuk lagi uuuuh” ucap Ifah dan segera bangkit lalu naik turun menggenjot kontol saya.

Kedua toket Ifah pun tampak bergoyoang-goyang. Saya pun segera menjamahnya dan meremasnya dengan kuat.

Ifah:”Aaagh remes yangk kuat sayang, masih banyak asinya koq, masih berat nenen aku” ucap Ifah.

Dan benar begitu saya remas asinya Ifah pun muncrat-muncrat mengenai dada dan muka saya. Saya pun segera membuka mulut untuk menerima asi yang muncrat-muncrat. Sangat hangat dan terasa cukup manis.



Ifah:”aaaaah sayang uuugh enak aaaah” racau Ifah.

Memeknya Ifah terasa semakin lengket apa dia sudah orgasme tanpa sepengetahuan saya.

Gerakan naik turun dia pun semakin lambat.

Saya pun melepaskan kedua payudara Ifah dan kini saya memegang pantat Ifah dan menaik turunkan pantatnya.

Ifah:”Aaagh aaa, ampun enak banget aaah ewean jero pisan aaaah”

Plook…plooook…plooook



Benturan pantat ifah dan paha saya serta erangan Ifah yang cukup kencang mengisi ruangan kamar kami.

Ifah:”Sodokan yang kencang aaaaaaah, gak kuat Aaaah”

Saya pun segera mempercepat sodokan kontol saya dari bawah, sangat menguras tenaga karena body Ifah yang besar cukup repot saya menaik turunkan badannya. Keringat pun sedah membasahi sekujur tubuh kami.

Plooook…plooook…plooook



Ifah:”anjir nikmaaaaaat aaaaa Ifah gak kuat”

Saya:”Aa juga neng barengan uuuugh” ucap saya sambil menyodokan kontol lebih cepat.

Ifah:”Sayaaaang uuugh gak kuat aaahgh buacaaaatkan di heunceut neng aaah”

Saya:”Aaaagh….aaaaagh..aghhhhhhhhhhhh” saya pun mengejang dan membenamkan kontol saya dalam-dalam ke memeknya Ifah.

Croooot…croooot…crooooot sprema saya pun memenuhi memeknya Ifah.



Kami pun terdiam beberapa saat hanya kemaluan kami yang berkedut-kedut di bawah sana.

Ifah pun ambruk menindih tubuh saya dan kami pun segera berciuman. Sementara tangan saya meremas-remas pantatnya Ifah dan sesekali menampar pantatnnya.

Setelah cukup lama kami pun saling melepaskan lumatan bibr kami dan Ifah pun segera berguling ke samping tubuh saya. Lagi-lagi saya lupa meminum obat kuat dari Donatus. Kontol saya pun sudah melemas dan tampak mengkilat basah oleh cairan Ifah dan sperma saya.



Ifah tampak memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya.

Saya:”Neng, listrik di sini berapa kapasitas dayanya?

Ifah:”900 aza a, kenapa?

Saya:”Wah perlu di tambah, aa kayaknya perlu ac”

Ifah:”Oh, boleh nanti Ifah bilang bapak ya” ucap Ifah sambil memiringkan tubuhnya dan segera memeluk saya.



Saya:”Gimana kamu puas neng?

Ifah:”Puas a, nikmat ewean sama aa, henucet Ifah rasanya anget banget sama pejunya aa hihi”

Saya:”Mudah-mudahan jadi anak yang sayang” ucap saya sambil mengecup bibirnya Ifah.

Ifah:”Gak bisa a, Ifah rutin minum pil kb dan jamu juga biar gak hamil”

Saya:”Lho, katanya Ifah mau hamil oleh aa?



Ifah:”Ia, tapi bukan sekarang a, tabah kan masih kecil, aa gak marah kan, kalau aa mau Ifah cepet-cepet hamil ya Ifah gak minum lagi obatnya”ucap Ifah dengan raut wajah yang tampak agak khawatir. Mungkin dia takut saya kecewa.

Saya:”Ya gpp sayang, ia, Tabah masih terlalu kecil juga kasihan, gpp koq”

Ifah:”Makasih ya a, Aa mau ewean lagi gak, kalau gak neng mau mandi dulu”

Saya:”Gak, besok lagi aza, kita kan mau jalan besok”

Ifah:”Ia, mamah juga gak ngewe sama bapak, katanya bapak cepet tidur karena besok mau jalan-jalan lagian bapak capek seharian di kantornya, di sawah hihi”



Saya:”Kalau gitu kasihan mamah Yuniar, apa biar aa gantikan aza?

Ifah:”Haha, nakal ya” ucapnya sambil mencubit hidung saya.

Saya pun membalas dengan meremas-remas pantatnya Ifah.

Ifah:”Besok aza, aa perkosa mamah aku hihi, gimana kalau kita jalan-jalannya nginap a, nah pas di penginapan aa perkosa dech mamah aku hihihi” ucap Ifah dengan suara pelan diakhiri tertawa, mungkin dia Cuma bercanda.



Saya:”Hehe, entar aa dibacok sama bapak kamu lah”

Ifah:”Ya kalau bapak gak tau ya gak bakal, nanti Ifah ajak bapak jalan, nah aa tinggal berdua sama mamah, aa perkosa dech mamah aku haha”

Saya:”Serius?

Ifah:”Hihi, mau mandi ah” ucapnya sambil bangun dan segera turun dari ranjang.

Plaaak saya pun menampar pantat Ifah dengan keras saat dia mau turun.



Ifah:”Ih, sampai merah gini, suka banget namparin bool neng”

Tampak warna merah di pantat Ifah yang memang berkulit putih sehingga kontras sekali meski sebenarnya badan Ifah dari luar gak terlihat tertalu putih.

Saya:”Makanya punya bool jangan terlau gede, jadi menggundang orang jahil hehe”

Ifah:”Huh, bool teh Dewi kecil ya hihi” ejek Ifah karena dia tahunya dulu dewi memang begitu ramping dan pantatnya tidak besar seperti sekarang.



Saya:”Udah gede juga sekarang mah”

Ifah:”Pasti aa tamparin terus jadinya bengkak hihi, udah mau mandi” ucap Ifah sambil mengambil bhnya dari ranjang.

Saya sempat meremas-remas susunya yang mengantung Indah.

Ifah:”aaah, nakal terus udah ih, tidur sana, biar bangun pagi” ucapnya sambil menepis tangan saya.

Ifah pun kemudian memungut cdnya dari lantai dan mengenakan handuk yang tadi. Dia pun segera pergi keluar kamar.

Saya pun segera memejamkan mata sampai tak sadar akhirnya tertidur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Binalnya Istriku Dewi 78

  PART 78 POV Wife Pagi itu aku duduk sendiri di teras rumah. Hatiku tengah galau berat. Hanum sedang pergi mengantar Intan ke sekolah dan Anis bersama Bu Heti sedang berbelanja ke super market untuk kebutuhan sehari-hari dan Revan ikut dengan mereka. Sore atau malam nanti suamiku akan pulang ke rumah, aku khawatir tidak bisa menahan amarah sehingga semua rencanaku akan gagal. Aku sedang memikirkan bagaimana aku bersikap kepada suamiku dan menahan emosi agar semua rencanaku berjalan semestinya dan aku dapat mengetahui apa suamiku menyeleng atau tidak dibelakangku, yang pasti dia sudah berbohong namun aku belum tahu alasannya. Saat sedang melamun aku mendengar pintu pagar digedor-gedor dari luar. Saya pun kaget dan segera berdiri untuk mencari tahu. Ternyata ada seseorang memukul-mukul pagar menggunakan tongkat kayu. Orangnya kurus dan tingginya mungkin hampir sama dengan saya dan kelalanya plontos. Memakai kaus lengan pendek warna putih dan celana jeans. Tangannya

Binalnya Istriku Dewi 76

PART 76 POV SUAMI Aku terbangun karena suara tangisan Tabah. Aku masih berpelukan dengan istriku Ifah dalam keadaan telanjang bulat. Ifah pun segera melepaskan pelukanku dan bangkit dan menggendong anaknya. Saya:”Kenapa dia neng? Ifah:”Pup ternyata a, neng ganti popok dia dulu ya, aa tidur lagi aza baru jam 6”ucap Ifah. Saya pun memutuskan untuk melanjutkan tidur karena memang masih ngantuk sekali karena habis bergadang sampai pagi. Saya pun terbangun kembali ketika ada cahaya terang pas di muka saya. Saya pun membuka mata dan ternyata cahaya tersebut masuk melalui kaca jendela yang tirainya sudah dibuka. Ku lihat sudah jam 8 pagi. Tak ku dapati Ifah maupun si Tabah di tempat tidur. Saya pun segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi saya pun segera memakai pakaian saya hingga rapi dan saya gunakan celana pendek biar santai saja. Saya segera turun ke lantai satu dan ku dapati Pak Hadi sedang santai sambil duduk bersama si Tabah menonton kartu

Binalnya Istriku Dewi 77

  PART 77 POV SUAMI Besok paginya aku pun dibangunkan oleh Ifah sekitar pukul 6 pagi. Ifah:”Bangun a, mau ikut mandi di kali gak? Ucap Ifah yang tampak masih memakai baju daster warna cream semi transparan lengan pendek yang dipakainya tadi malam tapi kepalanya sudah mengenakan jilbab warna hitam Saya:”Hoam, jadikah mau mandi di kali? Ifah:”Ia, katanya aa penasaran pengen mandi di kali? Saya:”Berdua aza? Ifah:”ia, ibu jagain si tabah, bapak udah berangkat ke sawah” Saya pun segera turun dari ranjang. Ku lihat Ifah mengambil handuk dua dan satunya diberikan kepada saya. Saya pun segera menerimanya. Dari belakang saya dapat melihat bayangan warna hitam di pantat istrinya begitu juga di punggungnya, sepertinya Ifah meanggunakan pakaian dalam berwarna hitam. Saat keluar dari kamar ku lihat di teras Yuniar sedang duduk di lantai memakai baju gamis merah dan jilbab warna putih bermain dengan si Tabah. Ifah:”Ayo a, kita berangkat sekarang” Saya:”bentar neng,