Langsung ke konten utama

Binalnya Istriku Dewi 72

PART 72

Ifah pun segera memindahkan posisi tabah ke pinggir dan menaruh bantal agar mengahalangi di tidak jatuh.



Ifah pun segera menyodorkan susunya kepada saya.

Saya pun segera mencaplok susu kanan Ifah yang tadi habis dihisap oleh anaknya.

Masih banyak asinya dan terpenting masih hangat.

Saya pun segera menyedotnya dalam-dalam.



Tiba-tiba pintu kamar di terdengar di buka karena memang tidak saya tutup rapat, dan terdengar suara Yuniar.

Yuniar:”neng, salaki (suami) kamu mana? Bisa antar mamah belanja sekar…eh “ ucapan dia terhenti mungkin kaget melihat saya lagi menyusu sama Ifah.

Ifah:”Nich, lagi nyusu sama aku”

Saya pun sontak melepaskan susunya Ifah dari mulut saya.



Terlihat Yuniar berdiri depan pintu dengan rambut basah terurai memakai handuk warna putih dan terlihat sudah mengenakan bh berwarna merah marun.

Yuniar:”maaf, mamah ganggu ya, aa lagi asyik nyusu”

Saya:”Gpp mah, kenapa mau diantar belanja sekarang”

Ifah:”Ia, nanti sore saja mah, biar kita istirahat dulu” ucap Ifah menimpali.



Yuniar:”Anu neng, mamah lupa bawa cangcut sama kutang buat ganti, sebenarnya bukan lupa, udah mamah siapin sepertinya mamah lupa masukan ke koper pasti masih numpuk di atas meja rias” ucap Yuniar.

Ifah:”Aya-aya wae agh, terus kumaha atuh(gimana dong)?

Yuniar:”Ya, tadinya mau minta anterin belanja sekarang sama si aa, mamah mau beli cangcut sama kutang baru”

Ifah:”Terus itu yang dipakai?

Yuniar:”Yang di pakai dari rumah neng, terpaksa mamah pakai lagi, tapi agak gak nyaman”

Saya:”Udah kalau gitu gak usah pakai cangcut aza mah hehe”

Yuniar:”Maunya kamu itumah hihi”



Ifah:”Gimana a, mau diantar sekarang?

Saya:”Ya udah, gpp biar aa antar” ucap saya.

Yuniar:”Ya udah ntar sore gpp, Tabah juga lagi tidur”

Ifah:”Berangkat berdua aza diantar si aa atau kalau bapak mau ikut bisa”

Saya:”Bapak biar istirahat mah, biar kita berangkat berdua saja” ucap saya semangat.



Ifah:”Tapi neng juga sebenarnya mau beli daleman baru sich a”

Yuniar:”Ya udah gpp nanti sore saja, mamah juga udah pakai yang tadi, biar santai gak buru-buru aa juga bisa istirahat dulu” ucap Yuniar.

Saya pun menjadi kecewa padahal berharap bisa jalan berdua dengan Yuniar jadi bebas godain dan coba grepe dia.

Ifah:”Ia, nanti sore saja, biar semua ikut” ucap Ifah.

Saya:”Ya udah kalau gitu aa mau tidur dulu” ucap saya masih kecewa.



Yuniar:”Ya udah kalau gitu, lanjut nyusunya a”

Saya:”Kalau mau nyusu sama mamah boleh” ucap saya dan langsung kuping saya dijewer sama Ifah.

Ifah:”Udah berani ya hihi” tapi tak ada nada marah.

Yuniar:”Nenen mamah gak ada asinya kayak Ifah a, ada-ada aza” ucapnya sambil berbalik keluar dari kamar tanpa menutup pintu kamar.





Saya:”Mimi lagi” ucap saya dan kembali rebahan.

Ifah pun kembali menyodorkan toketnya kali ini yang kiri.

Saya pun segera mengihsapnya dan menyedot asi dari toket Ifah.

Saya pun kemudian tidak ingat dan tertidur dengan masih menete kepada Ifah.



Saya bangun setengah 4 setelah dibangunkan oleh Ifah yang tampak sudah rapi dan tampak sudah mandi. Ifah memakai jilbab warna hitam dan baju gamis ketat warna cokelat muda yang mencetak setiap lekuk tubuhnya.

Saya:”Seksi sekali kamu neng, pakai baju ketat banget?

Ifah:”Ia, baju lama a, bukan ketat memang kekecilan tapi masih bagus jarang dipakai, dipakai kalau seperti sekarang lagi jalan-jalan atau ada kondangan” ucapnya.



Saya pun memegang pantat Ifah yang bahenol dan meremasnya.

Saya:”Cangcut kamu sampai nyeplak gini sayang” ucap saya karena memang garis celana dalam istri saya begitu terlihat dari luar

Ifah:”Kenapa gak boleh cangcut neng nyeplak gini? Ucapnya sedikit judes

Saya:”Boleh, malah aa suka” ucap saya



Ifah:”Udah mandi sana, biar kita cepet jalan-jalan” ucap Ifah.

Saya:”ia, ini juga mau mandi” ucap saya dan segera menuju ke kamar mandi.

Setelah mandi dan memakai baju saya pun segera turun dari lantai dua karena sepertinya semua orang sudah di bawah. Benar saja mereka sudah kumpul di ruang tamu sambil menonton tv.Tampak Yuniar pun sudah ganti baju memakai legging hitam yang sangat ketat dan kaos lengan pendek warna putih dan memakai deker di dalamnya untuk menutupi tangan. Pakaiannya membuat dia terlihat jauh lebih muda dan sexy. Cukup berani juga dia tampil seperti ini gumam saya di dalam hati.



Ifah:”Tuh, ayah udah siap” ucapnya sama Tabah yang tampak berjalan ke sana kemari.

Saya:”Ayo, jalan sekarang”

Ifah:”Ayo, gak cari makan kita a?

Saya:”Makan dong, mau di hotel apa makan di luar”

Ifah:”Di luar saja aa, kita makan dulu ya, laper Ifah”

Kami pun kemudian berangkat menginggalkan Villa.



Kami pun mencari restoran dulu sebelum memutuskan untuk jalan ke tempat lain. Kami pun selesai makan sekitar jam 5 lebih dan kini sudah berada di dalam mobil.

Saya:”Mau kemana kita, udah sore banget”

Ifah:”Cari mall yang dekat saja a”

Saya:”aa gak begitu hapal,Cuma tahu B*W Mall aza” ucap saya.



Saya:”Agak jaun nich B*W Mall, sekita 40 menitan dari sini, gpp ya, itung-itung jalan-jalan” ucap saya.

Yuniar:”Gpp aa, gak setiap hari kita jalan-jalan” ucap Yuniar.

Ifah:”Ia, sambil liat-liat keramaian kota, biasanya kita di rumah terus” ucap Ifah.

Saya pun membawa mobil dengan lebih cepat supaya cepat sampai.



Akhirnya 40 menitan kurang kita pun sampai di tempat tujuan. Tampak cukup ramai juga mungkin karena besok hari libur bagi sebagian pekerja.

Kami pun segera masuk ke dalam mall. Saya kebagian menggendong Tabah.

Saya:”Kita nyari apa dulu nich?

Yuniar:”Kita belanja makanan dan daging dulu aza ya”

Ifah:”aa yang bayarin kan?

Saya:”Ia lah, kana a yang ngajak” ucap saya.



Ifah:”Hehe, ifah lupa bawa dompet, hp juga ketinggalan di kamar”

Saya:”Ya udah gpp, gak ada yang nyari juga kan”

Ifah:”Kalau aza, ada yang nyari mau kawin kontraksama Ifah hihi”

Saya pun menampar pantat Ifah di depan kedua mertua saya.

Ifah:”Aggh malu banyak orang nepok-nepok bool si aa mah”

Saya pun hanya cengar-cengir betul juga orang sekitar sempat menoleh kepada kami.



Saya:”Gimana kalau aa antar bapak sama tabah ke arena bermain anak dulu, biar tabah seneng” ucap saya.

Ifah:”Boleh, nanti bapak yang jagaian gpp kan pak? tanya Ifah ke Pak Hadi.

Hadi:”Ya gpp neng, ayo nak” ucap Pak Hadi kepada saya.

Saya:”Kalian belanja aza dulu, nanti aa nyusul” ucap saya.

Saya pun segera mengantar tabah dan Pak Hadi ke area bermain anak. Setelah saya urus semuanya saya pun kembali kepada Ifah dan Yuniar.



Setelah berputar-putar akhirnya ketemu juga.

Saya pun segera menuju kepada mereka yang tampak sedang memilih-milh daging.

Saya pun segera menghampiri mereka diam-diam. Setelah dekat tanpa pikir panjang saya pun menepok pantat mereka masing-masing sekali.

Plaaak…plaaak…

Yuniar dan Ifah pun sontak kaget dan hampir teriak sambil menutup mulutnya.



Ifah:”Ih aa, kirain siapa bikin kaget aza, beraninya pikir kita geplak pantat orang, taunya aa”

Yuniar:”Ia neng, kaget mamah juga, udah berani si aa, mentang-mentang papah kamu gak ada dia berani nepok bool mamah” ucap Yuniar.

Ifah:”Ia, sengaja dia mah, singkirin si bapak, biar bisa celamitan” ucap Ifah seperti marah dan kembali memilih milih daging.



Yuniar:”aa jagain kita ya, takutnya ada yang mau godain hihi” ucap Yuniar dan kemudian melakukan hal yang sama dengan Ifah.

Yes akhirnya berhasil juga, puas sekali bisa menepok pantat besar Yuniar meski tidak terlalu keras.

Saya pun sengaja di belakang mereka sambil melihat pantat-pantat besar di hadapan saya.

Yuniar:”Aa suka daging apa?

Saya:”apa saja mah, ayam, sapi& kambing asa jangan B2” ucap saya.



Yuniar:”Kambing aza ya, biar strong hihi”

Ifah:”Tapi gak ada kayaknya mah, sapi semua ada juga daging hayam” ucap Ifah.

Yuniar:”Ia gak ada, kita beli satenya saja di jalan ya a”

Saya:”Siap mah”

Akhirnya kami pun selesai berbelanja. Karena barang bawaan menjadi banyak saya pun berinisiatif mengantar dulu ke mobil. Mereka pun menunggu saya di kursi panjang yang tersedia di dekat tempat stand jualan ice cream.

Saya pun segera kembali dan mereka masih berada di sana.

Saya:”Kita ambil bapak dan Tabah ya”

Ifah:”Nanti saja aa, kita mau beli daleman dulu nanti sekalian pulang saja ajak mereka” ucap Ifah.



Saya:”Tapi aa rencananya mau beliin bapak baju, Tabah juga” ucap saya.

Ifah:”neng sama mamah dibeliin juga gak?

Saya:”Ia pasti dong, beli aza aa bayarin”

Yuniar:”Asyik ini mah neng hihi”

Saya:”Asal inget imbalannya nanti di villa hehe”

Ifah:”Minta imbalan, imbalan apa, aa mau dikeroyok kah sama mamah dan aku hihi” ucap Ifah.



Yuniar:”Tenang nanti kita keroyok hihi” ucap Yuniar.

Saya:”Dikeroyok di mana?

Yuniar:”Di kasur kan hihi”

Saya:”Hehe bercanda, aa tinggal bentar ya” ucap saya sambil segera pergi untuk mencari tabah dan Pak Hadi.

Setelah bertemu Pak Hadi dan cucunya saya pun segera membawa mereka kepada Ifah dan Yuniar.



Ifah:”Yuk, sekarang kita kemana dulu sayang?

Saya:”Tempat baju muslim aza neng”

Akhirnya kami memutuskan untuk mencari took baju muslim di dalam mall.

Setelah ketemu, kami pun masuk ke dalam toko,



Seorang perempuan muda berhijab dan tampil modis dengan celana panjang hitam dan kemeja seragam kerjanya menghampiri kami. Dia pun menanyakan kami mencari pakaian apa.

Saya:”Ayo neng, kamu mau beli apa, belikan juga buat bapak mungkin baju koko atau terserah bapak maunya apa” ucap saya.

Akhirnya Ifah pun memilihkan 3 stel baju koko untuk Pak Hadi karena memang Pak Hadi juga menginginkannya.



Kita pun membelikan baju koko anak balita untuk Tabah.

Ifah:”Sekarang tinggal untuk kita”

Yuniar:”Suami kamu justru belum beli apa-apa?

Ifah:”Dia gak suka baju koko, sholat aja gak pernah” ucap Ifah sambil berbisik kepada ibunya tapi saya pun dapat mendengarnya.



Yuniar:”Ya, tinggal buat kita neng”

Pak Hadi yang dari tadi diam pun ikut nimbrung bicara.

Hadi:”Nah yang ini pasti lama nak Dendi, kalau para perempuan beli baju, lama milihnya”

Saya:”Ia biasa itu mah pak” ucap saya.

Hadi:”Kita tunggu di luar saja pak, pasti lama” ucap pak Hadi lagi.



Saya:”pp pak, saya temenin mereka, kalau bapak mau tunggu di luar sialhkan” ucap saya.

Hadi:”Ya udah, bapak tunggu di luar ya, biar Tabah bapak bawa, sekalian cuci mata”

Yuniar:”Cuci mata lihatin cewek-cewek sexy di mall pah?

Hadi:”ia heheh”

Yuniar:”Dasar, gak mau kalah sama si aa yang muda, ganjen juga papah, si papah mah memang gak mau nunggu istrinya belanja aa, bosan katanya”

Saya:”Ya sudah pak ini tabahnya, saay juga kadang2 sama juga kayak pak hadi mah” ucap saya dan menyerahkan Tabah ke tangan Pak Hadi.



Pak Hadi pun segera keluar dari toko.

Yuniar:”Neng, kamu mau pilih yang gimana?

Ifah:”Yang gimana ya, kita beli yang kembaran mah, biar baju kita samaan”

Yuniar:”ya udah ayo”

Saya:”Mbak, yang bagus baju gamis buat perempuan yang mana, yang model baru ?

Mbak pelayan toko pun mengarahkan kami ke baju-baju gamis terbaru dan modelnya macam-macam.



Ifah dan Yuniar pun segera memilih-milh baju gamis yang ada di situ.

Memang benar kata Pak Hadi, tampak mereka lama sekali melihat yang ini kemudian melihat yang itu.

Ifah:”Memang tipis-tips begini ya mbak baju gamisnya?

Pelayan:”Ia Kak, memang rata-rata begini”

Ifah:”ini mah bisa-bisa kalau dipakai warna cangcut yang kita pakai kelihatan dari luar mah” ucap Ifah kepada yuniar.



Yuniar:”Ia neng, tipis banget”

Saya:”Tapi kalau aa mah suka yang seperti ini neng” ucap saya.

Ifah:”Ya ia, laki-laki pasti suka cewek pakai yang seperti ini”

Pelayan:”Biasa memang yang seperti ini di dalamnya kita pakai pakaian lapisan lagi Kak, pakai legging atau yang lainnya”

Saya:”Ia tuch neng, kamu beli saja, aa mah ok yang model-model begini”



Ifah:”mah, sia aa maunnya kita beli yang seperti ini”

Yuniar:”Ya udah gpp neng, kita beli saja, kamu mau yang warna apa? Ucap Yuniar.

Ifah:”Yang cokelat muda ini saja mah”

Yuniar:”Ya udah mamah juga, jadi masing-masing satu ya”

Ifah:”Ia dech, eh kak, yang model lainnya ada gak, yang gak tipis kayak gini”



Pelayan:”kebetulan kayak gini rata-rata tapi nah yang sebelah sana kainya sudah dua lapis kak, di dalamnya ada lapisannya lagi”

Yuniar dan Ifah pun menuju ke tempat yang di tunjukan si pelayan.

Ifah:”Ini mendingan mah, tapi kayaknya kecil-kecil ngepress di body kita”

Yuniar:”Ia neng, ada yang lebih longgar dari ini mbak?

Pelayan:”Ukuran nanti kita carikan di gudang bu, kak”



Ifah:”Ya udah neng ambil dua yang model ini, beda warna yang pink sama biru langit, mamah?

Yuniar:”Mamah yang merah marun itu sama yang hitam mbak, carikan yang ukurnanya lebih besar dari ini”

Pelayan:”Baik , tunggu sebenatar kak” pelayan pun mengambil baju gamis hasil pilihan Ifah dan Yuniar dan pergi meniggalkan kita.

Ifah:”Lama ya a?

Saya:”Gpp, sampai pagi pun aa temenin” ucap saya.



Tak lama perempuan yang tadi pun balik lagi.

Pelayan:”Yang hitam dan biru langit ada yang ukuran lebih besar, tapi yang merah sama pink ini udah yang paling besar, stocknya kosong”

Ifah:”Gpp ya mah, ambil saja”

Yuniar:”Ia gpp, laki kita paling senengnya lihat kita pakai yang ngepress neng”

Ifah:”apalagi si aa” ucap Ifah.



Akhirnya selesai juga, kulihat sudah mau jam 8. Kami pun segera meninggalkan toko tersebut dan mendapati Hadi sedang berdiri sambil menggendong Tabah di luar toko.

Hadi:”Udahan, si tabah ini sampai ketiduran”

Yuniar:”Belum Pah, mamah lupa masukan cangcut mamah sama kutang mamah buat ganti, jadi terpaksa harus beli”

Hadi:”ada-ada saja kamu mah”

Ifah:”Ya udah biar Ifah gendong pak”

Saya:”aa saja neng”

Akhirnya saya pun gantian dengan Pak hadi menggendong Tabah yang sudah tertidur.



Kami pun buru-buru mencari toko pakaian dalam yang ternyta tidak hanya menjual pakain dalam tapi ada juga beberapa jenis pakaian.

Segera kami masuk ke dalam toko tersebut.

Ifah:”Mau beli pakaian dalam yang kayak gimana mah, banyak banget modelnya di sini”

Yuniar:”Yang biasa saja neng”

Ifah:”Mumpung dibayarin si aa, ya beli yang bagus mah”

Yuniar:”Yang bagus tuch yang gimana, palingan beda jenis kainnya aza” ucap Yuniar.



Tak lama datang seorang pelayan perempuan memakai jilbab kuning dan pakaian seragam serba merah.

Pelayan:”Ada yang bisa dibantu, ibu dan bapak”

Yuniar:” mau nyari pakaian dalam, tapi mau lihat-lihat dulu”

Pelayan:”Di sin tempatnya, banyak modelnya, mari saya temanin” ucapnya ramah.



Saya pun membuntuti di paling belakang. Saya lihat si pelayan cukup montok juga, dengan celana panjang kain warna hitam yang ketat mencetak pantatnya dan segitiga cdnya pun tercetak di pinggulnya. Lumayan buat cuci mata di saat saya mulai lelah.

Istri saya dan Yuniar pun berhenti dan tampak melihat-lihat celana dalam yang berada di gantungan.

Yuniar:”yang gini aza neng”

Ifah:”Mamah mau beli berapa?



Yuniar:”Paling 3 aza, kan besok pulang”

Saya:”Banyak juga gpp mah, buat stock hehe, aa bayarin koq”

Ifah:”Sekalian aa pilihin dong yang bagus hihi”

Yuniar:”Boleh tuch” ucapnya sambil melihat ke saya dan suaminya sejenak. Sementara si mbak pelayan hanya diam di sebelah Ifah.



Ifah:”Aa suka warna apa?

Saya:”apa ya, apa saja dech”

Ifah:”aa suka pas neng pakai cangcut warna apa?

Saya:”Hitam, merah, pink aa suka”

Ifah:”Kita pilih yang warna itu saja mah, tinggal modelnya”

Yuniar:”Tapi ini kecil-kecil neng, pantat kita kan gede, mana muat”

Pelayan:”Ukuran bisa dicarikan nanti bu”



Saya:”Gimana kalau pilih yang model ini? Ucap saya sambil menunjukan sebuah celana dalam berwarna hitam kepada Ifah dan Yuniar.

Yuniar:”Mini banget itu mah kekecilan aa, mana muat di mamah dan ifah”

Pelayan:”Ini memang modelnya begini bu, jadi kalau di pakai sebagian besar buah pantat kita kelihatan, memang modelnya, ukurannya tenang aza bervariasi banyak, pasti muat di ibu berdua”

Ifah dan Yuniar pun saling pandang.



Ifah:”Ya udah, saya tiga mbak yang model ini, pink, hitam dan merah kalau ada”

Yuniar:”Mamah juga dech tiga”

Pelayan:”ia kak, nanti saya ambilkan ukurannya no berapa?

Ifahdan Yuniar pun menyebutkan ukuran no cdnya masing-masing yan ternyata hampir sama hanya punya yuniar no nya sedikit lebih besar sesuai pantatnya yang memang lebih besar.



Yuniar:”Beli yang cangcut yang model biasa juga neng, takutnya gak nyaman pertama pakai yang ini”

Ifah:”I amah, yang ini dech standar mbak, ambilkan 5 ya, warnanya bebas dech” ucap Ifah.

Pelayan:”ia biar saya ambilkan nanti ibunya bisa pilih”

Yuniar:”Ya sudah mamah juga sama saja, tinggal pilih kutang aza” ucapnya.

Ifah dan Yuniar pun kemudian memilih-milih bh dan mengambil beberapa potong dan di berikan kepada si pelayan.



Si Pelayan pun segera pergi sepertinya menuju ke gudang.

Yuniar:”Kalau ganti di sini boleh gak ya, mamah gak nyaman pakai cangcut sama kutang yang tadi pagi, banyak keringet”

Ifah:”Boleh palingan, a, bisa gak?

Saya:”Bentar, nanti aa tanya sama pelayan” ucap saya sambil menghampiri si pelayan dan dengan sedikit malu saya pun menanyakan ke si pelayan apa bisa ganti di sini dan apa ada tempatnya.



Setelah dapat informasi saya pun balik kembali.

Saya:”Bisa neng”

Yuniar:”Nanti antar ya a”

Saya:”Ia mah”

Tak lama si pelayan pun datang dan Ifah serta Yuniar masih memilih-milih lagi warna yang cocok. Setelah selesai kami pun menuju ke kasir untuk melakukan pembayaran.



Setelah selesai membayar saya pun mengantar Yuniar yang akan ganti pakaian dalam sementara yang lain menunggu di meja kasir.

Kami pun sampai ke tempat ganti yang hanya tertutup oleh korden warna biru dan hanya ada du ruangan.

Yuniar:”Mamah masuk dulu ya a, aa jagain di sini”

Saya:”Ia, aa gak ke mana-mana koq mah”

Yuniar pun segera masuk ke dalam. Cukup lama saya menunggu, ingin mengintip tapi ada beberapa orang lalu lalang.



Tiba-tiba dari balik korden muncul tangannya Yuniar sambil menggenggam cd dan bh berwarna merah.

Yuniar:”aa, bisa carikan plastic buat kutang sama cangcut mamah”

Saya:”Biar aa sakuin saja mah” ucap saya tanpa menunggu jawaban Yuniar saya mengambilnya dari tangan Yuniar dan segera menyakuinya.

Yuniar pun tak lama keluar dari ruang ganti.



Saya:”Udah mah?

Yuniar:”Udah”

Saya:”Udah dipakai yang gantinya?

Yuniar:”Udah dong memang kenapa?

Saya:”Kirain belum, mana aa cek” ucap saya sudah berani karena yakin dia tak akan marah. Saya pun memegang pantat Yuniar dari balik leggingnya saya rasakan garis cdnya dan saya tarik.



Yuniar:”Aaaw” sambil menutup mulutnya.

Yuniar:”kenapa cangcut mamah aa tarik” ucapnya dengan suara pelan karena ada ibu-ibu yang masuk ke dalam ruang ganti.

Saya:”Ngecek aza mah, mamah udah pakai cangcut apa belum”

Yuniar:”Dasar” ucanya sambil mencubit pinggang saya.



Saya:”Ya udah, nanti kelamaan yang lain nunggu” ucap saya dan plaaak sambil menampar pantatnya Yuniar.

Yuniar:”aaaw, teu uyahan, wani ya nepok bool mamah, mentang-mentang gak ada suami mamah” ucapnya tapi tidak ada nada marah.

Yuniar pun berjalan lebih dulu di depan saya pantatnya pun bergoyang-goyang.

Ingin rasanya saya menampar pantat tersebut lagi.



Kami pun sampai di meja kasir tempat yang lain masih menunggu.

Ifah:”Yuk ah, udah malam”

Saya:”Ia ayo, mana biar si Dedek aa yang gendong lagi” ucap saya.

Ifah pun menyerahkan si Tabah kepada saya.

Kami pun segera keluar dari toko dan berjalan ke luar mall.



Setelah sampai di parkiran saya pun memasukan dulu barang belanjaan ke dalam bagasi.

Saya:”Ayo, malah pada di luar masuk”

Ifah pun segera membuka pintu depan

Sambil menggendong Tabah yang sudah saya berikan sama dia, Ifah pun naik ke atas mobil saya membantu dengan mendorong pantatnya karena dia sedikit kesulitan saat mau naik.



Sementara Yuniar pun tampak sudah mau naik. Saya pun melakukan hal yang sama dengan mendorong pantatnya Yuniar di depan Pak Hadi yang Cuma dia saja padahal dia melihat saya memegang pantat istrinya. Saya sengaja nekad melakukannya untuk memperjelas situasi apa Pak hadi tidak akan marah kalau saya ikut menikmati tubuh istrinya nanti.

Yuniar:”Udah, pakai pegang bokong mamah segala, mamah bisa naik sendiri” ucapnya sambil bergeser ke ujung satunya.

Pak Hadi pun segera saja naik juga dan duduk di samping istrinya. Saya segera menutup pintu mobil dan segera juga naik ke dalam mobil.



Tampak ifah sedang menyusui si Tabah yang masih tetap terpejam tapi mulutnya tampak menyedot pentil susu ibunya.

Saya:”Udah, langsung pulang, gak ke mana-mana lagi?

Ifah:”Ia, langsung pulang saja a”

Saya pun segera mengemudikan mobil dan melaju keluar dari parkiran.



Kini kami sudah berada di jalan raya.

Yuniar:”Jam berapa ini a?

Saya pun melihat jam tangan saya ternyata sudah jam 9 malam.

Saya:”Jam Sembilan ternyata mah”

Yuniar:”a, nyari sate kambing ya”



Saya:”Siap mah”

Hadi:”Kenapa beli sate kambing, katanya mau bakar-bakar sambil nyate juga di villa mah”

Yuniar:”Ia pah, tapi gak ada daging kambing, Cuma daging sapi saja buat sate dan ikan buat di bakar, panggangan kita udah beli semua lengkap, Cuma gak ada sate kambing gak lengkap”

Ifah:”Gak lengkap gimana mah? Tanya Ifah sambil menoleh ke belakang.



Yuniar:”Ini kan di daerah puncak neng, lagi liburan cuaca dingin banget, enak makan sate kambing, terutama buat para suami kita, biar staminanya kuat hihi”

Ifah:”Oh ia jug amah”

Yuniar:”begadang kita neng hihi, sekali-kali kayak anak muda”

Ifah:”Ia mah, kita berdua siap mengangkang sampai pagi hihi” ucap Ifah vulgar.



Yuniar:”Ia neng, makanya mamah mau beli sate kambing biar dua jagoan kuat staminannya ngentot sampai pagi” ucap Yuniar tampa tedeng aling-aling.

Hadi:”Mamah ini ngomongna jorang pisan teu di saring dulu”

Yuniar:”Gpp kali pah, kan udah pada dewasa, eh mumpung lagi liburan di puncak pah, ayo ngomong sama aa Dendi” ucap Yuniar.



Saya pun menoleh ke belakang melalui spion tengah karena nama saya disebut-sebut.

Ifah:”Apaan mah?

Hadi:”Gak tau neng si mamah”

Yuniar:”Ah papah mah, bilang aza, siapa tahu si aa mau bayarin ayo, kapan lagi”

Saya pun menjadi penasaran tapi kebetulan ada tukang sate di depan jadi saya pun berhenti.



Saya:”Beli sate dulu mah, biar aa yang turun mau berapa tusuk?

Yuniar:’Berapa ya, kita mau nyate juga, 25 tusuk saja a, sate kambing”

Saya:”Ok dech mah” saya pun segera turun dari mobil.

Terdengar mereka bertiga ngobrol algi sepertinya membahas masalah pak Hadi yang tadi.



Lebih kurang 15 menit saya pun balik lagi ke mobil sambil membawa sate kambing.

Saya pun sudah kembali di belakang kemudi.

Saya:”Maaf mah, bisa simpan di belakang” ucap saya sambil memberikan plastic berisi sate kepada Yuniar.

Yuniar pun segera menyimpannya di belakang.

Saya:”Gak ada yang mau di beli lagi? Biar langsung melaju?



Ifah:”Gak ada a, langsung pulang saja”

Saya pun kembali melaju di jalan raya, ternyaya makin malam malah terasa makin ramai sehingga sedikit macet.

Ifah:”aa, ada yang mau bapak aku bicarain” ucap Ifah.

Saya pun sudah menduga sich tadi tapi menjadi berdebar-debar apa ini tentang Yuniar, apa pak Hadi mau bilang membolehkan saya menyetubuhi istrinya. Pikiran saya berkecambuk, entah kenapa Yuniar memilik daya tarik luar biassa bahkan lebih dari Ifah.

Saya:”Ia, bicara saja, bebas sama aa mah”

Hadi:”Mamah aza yang bilang” ucap Hadi kepada istrinya.



Yuniar:”ah, bapak pakai malu-malu segala, diantara kita padahal udah gak perlu lagi ada yang dibikin malu ya aa, kita sudah seperti keluarga”

Saya:”ia dong mah, kita kan keluarga”

Yuniar:”Gini a, si papah, ya mertua kamu punya fantasi seks” ucap Yuniar berhenti sejenak belum melanjutkan ucapannya.

Saya sudah mengira mungkin dia punya fantasi istrinya dikeroyok.

Yuniar:”Jadi eh, fantasi si papah itu katanya pengen ngentot perek di puncak, dia denger temennya yang liburan sewa psk, jadi dia kepingin juga udah lama” ucap Yuniar.

Yah, ternyata di luar dugaan saya.



Saya:”Ia terus gimana mah?

Yuniar:”Nah mamah kan bolehin kemauan si papah ini tapi mamah pengen nonton, jadi bisa gak aa carikan ceweknya sekaligus aa bayarin, satu orang saja tapi yang mau di pakai berdua sama aa juga” ucap Yuniar.

Ya, betul-betul meleset dari dugaan saya.



Saya:”Bisa, nanti coba aa tanya-tanya sama security di villa, mudah2an dia tau” ucap saya sedkiti kecewa.

Yuniar:”Tuh, bisa pah, nanti papah bisa bilang sama temen papah di desa, bisa bangga-banggain liburan kita, papah ngewein perek hihi” ucap Yuniar.

Saya:”Bapak suka yang kayak gimana? Biar jelas” tanya saya.

Yuniar:”Tuch ditanya mau yang kayak gimana?

Hadi:”Yang cakep dan sexy nak”

Saya:”Wah terlalu umum itu pak, misal umurnya bapak mau yang muda, abg atau gimana?

Yuniar:”Dia maunya yang sedang saja gak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua biar servisnya pengalaman, ya kirasan 26 sampai 30 tahunan nyarinya a”



Saya:”Ok, terus kirteria lainnya?

Yuniar:”Yang bohay a, kayak mamah hihi”

Saya:”Siap, satu orang aza ya?

Ifah:”Ia satu aza, kalau dua, kita gak kebagian jatah nantinya hihi”

Tak terasa kami pun sudah sampai. Ku lihat hampir jam sepuluh. Kami pun segera parker dan turun dari mobil. Saya dan Pak Hadi mengeluarkan barang belanjaan dan membawanya ke dalam villa sedang para ibu sudah duluan masuk ke dalam villa.



Saya:”Aa keluar dulu ya neng, mau tanya-tanya”

Ifah:”Ia aa, jangan lama-lama”

Saya:”Bapak mau ikut gak?

Hadi:”Bapak di sini saja nonton tv nak”

Yuniar:”Mamah masak dulu a sama si neng, kalau sudah dapat cepet masuk ya, pasti udah laper lagi, neng, si dedek tidurkan di kamar bawah dulu biar ke dengeran kalau nangis”



Ifah:”Ia” jawabnya pendek dan membawa tabah ke kamar.

Saya pun segera keluar dari kamar dan berjalan-jalan di luar.

Saat berjalan di luar tiba-tiba seseorang yang mengunakan sepeda motor mendekati saya. Saya pun langsung waspada takut punya niat jahat.

Orang tersebut yang kemudain ku tahu namanya Anto berhenti di depan saya dan turun dari motornya.



Anto:”Ada yang bisa di bantu pak?

Saya:”Gak mas, Cuma jalan-jalan saja”

Anto:”Maaf nich sebelumnya, kalau mau nyari buat nemenin di dalam, bisa sama saya” ucapnya.

Kebetulan sekali karena saya memang lagi mencari.



Saya:”Boleh dech, kita nyari tempat ngobrol”

Kami pun duduk di sebuah bangku di dekat taman.

Anto:”Mau berapa orang pak, saya Anto? Ucapnya mengenalkan diri.

Saya:”saya Dendi, Satu orang saja pak, tapi kriterianya agak susah?

Anto:”Tenang saja, stock saya banyak, mereka mau saja diapain pun”



Saya:”Cowoknya dua orang gimana?

Anto:”Bisa”

Saya:”Dia mau sampai pagi?

Anto:”rata-rata begitu pak”

Saya:”Tapi di villa ada istri saya dan istri bapak saya juga, si cewek gak keberatan?



Anto:”Tunggu, istri bapak gak keberatan bapak sewa psk?

Saya:”Gak”

Anto:”Berarti gak masalah”

Saya:”Saya mau yang bohay, yang umurnya antara 25-30”

Anto:”Oh bisa, sebentar, bapak lihat-lihat di ponsel saya”

Si Anto pun mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri menunjukan photo-photo perempuan separo badan.



Saya:”Mau yang ini saja dech, kayaknya bohay dan cakep juga, pakai tindik segala hidungnya”

Anto:”Dia baru punya anak satu, Oh itu kebetulan istri saya, dia belum dapat pelanggan, saya bawa langsung pak”

Saya pun terkejut mendengarnya.

Saya:”Istri bapak?

Anto:”ia”

Saya:”Berapa?

Anto pun menyebutkan sebuah angka dan saya pun sepakat.



Anto meminta saya menunggu katanya tempatnya tidak jauh dia akan segera kembali.

Saya pun duduk menunggu di sana.

Sekitar 10 menitan anto pun sudah balik lagi dengan membonceng seorang perempuan ya kalau di lihat sekarang sepertinya lebih tua dari di photo tapi tidak masalah dech yang penting bohay dan bening.

Anto pun segera turun dan menemui saya dan si perempuan menunggu di motor.



Anto:”Gimana pak?

Saya:”Ok, saya harus bayar dp?

Anto:”nanti saja sama istri saya sesuai perjanjian”

Saya:”Ok”

Anto pun memberi kode kepada si perempuan untuk turun. Wanita tersebut segera menghampiri kami.



Lumayan juga sich tapi mala mini saya punya target Yuniar dan harus berhasil.

Anto:”ini mah, kamu temenin bapak ini, namanya Pak Dendi dan katanya ada satu lagi di dalam villa,ini istri saya namanya Leni”

Anto:”Saya tinggal ya, besok jam 8 papah jemput”

Leni:”Ia pah”

Berarti memang benar mereka suami istri.



Saya:”Saya panggil apa ya?

Leni:”Terserah akang saja”

Saya:”Leni saja ya”

Leni:”Ia kang”

Saya :”ayo” ucap saya sambil menuntun tangannya dan kami pun berjalan menuju ke villa saya.



Saya:”Di villa ada istri dan mertua saya tidak keberatan?

Leni:”Suami saya sudah bilang, kalau mereka tidak keberatan saya gak masalah”

Saya:”Ok kalau gitu”

Kami pun berjalan lebih cepat.



Memang bohay si leni ini pantatnya gede juga ditambah dia pakai celana jeans ketat warna biru dan kemeja lengan panjang tapi ngatung hingga puser dia kelihatan. Hidungnya ada tindiknya.

Kami pun sampai di depan pintu villa dan saya pun segera membawa Leni masuk.

Tampak Ifah dan Yuniar sepertinya sedang memasak sesuatu dan sibuk membuat bumbu di dapur.

Yuniar:”Sudah dapat a?

Saya:”Udah, ini Leni, kenalin dulu Pak” ucap saya ke Hadi.

Hadi pun berkenalan dengan Leni.



Yuniar dan Ifah pun segera mendatangi saya dan saya kenalkan juga.

Saya:”Itu mamah mertua saya, mamah Yuniar istrinya Pak Hadi dan ini istri saya” ucap saya kepada Leni.

Leni sedikit terkejut karena melihat Ifah dan Yuniar yang memakai jilbab.

Yuniar:”Santai saja ya neng sama kita mah, kita mewujudkan fantasi suami, khususnya suami saya dia mau maen sama… ya gitu dech” ucap Yuniar tidak enak mau menyebutnya.



Leni:”Oh, psk maksudnya, gpp mah, makanya saya agak heran kalian terlihat alim”

Yuniar:”Hehe, ayo duduk temenin si bapak, santai saja ya, nanti kalian pakai kamar itu, tapi masih ada anaknya anak saya, nanti kitap pindah”

Leni pun duduk di samping pak Hadi yang tampak sedikit gugup.



Leni pun melihat ke saya dan saya berkedip kepada dia.

Leni pun tampak tak sungkan melingkarkan tangannya di pundak Pak Hadi.

Saya:”Kalian masak apa?

Ifah:”Masih godok daging dulu pah, kita makan satenya dulu dech”

Yuniar:”Ia ayo duduk semua, kita makan sate dulu, nasinya belum matang masih masak”



Ifah pun segera membuka sate dan menaruhnya di piring.

Yuniar:”Neng len, gpp bergadang? Ucap Yuniar sambil menyantap sate.

Leni:”Kalau say amah udah biasa bergadang mah, kalau siang tidur heheh” ucap Leni sambil mengelus dagu pak Hadi yang tampak masih belum nyaman.leni pun kemudian ikut mengambil sate begitu juga pak hadi.

Yuniar:”Ayo di makan satenya, biar kalian greng, katanya sate kambing bisa meningkatkan libido”

Saya:”Sebenarnya aa punya minuman, kalau boleh bar aa bawa siapa tahu leni mau? Ucap saya sambil melihat ke Ifah.



Ifah:”Maksudnya minuman apa a?

Saya:”Untuk menghangatkan badan”

Yuniar:”Arak neng”

Ifah:”aa suka minum?

Saya:”Kadang-kadang”

Ifah:”Yau udah, bawa saja, siapa tahu bapak mau nyoba juga hihi”



Saya pun segera ke atas dan terlebih dahulu menyikat beberapa tusuk sate kemudian saya turun kembali dan membawa sebuah botol minuman, ya saya hanya bawa satu botol saja.

Saya:”Ini, aa Cuma bawa satu”

Leni:”Minuman mahal ini”

Ifah:”Neng ambilkan gelasnya ya” Ifah pun bangkit dan kemudian mengambil gelas.



Ifah:”Gelasnya ini ada 4 aza, dua kotor belum di cuci”

Yuniar:”Gpp gentian”

Saya:”a buka ya, siapa yang mau nyoba minum ambil saja” ucap saya sambil menuangkan sedikit ke dalam gelas dan menenggaknya.

Leni:”Boleh kang” ucanya ambil mengambil gelas.

Saya pun menuangkan setengah gelas untuk Leni.



Leni pun meminumnya sedikit dan memberikan ke pak Hadi.

Pak hadi pun melihat ke saya dan istrinya.

Yuniar:”Gpp sekali kali pah, nyobain gimana rasanya hehe”

Hadi pun meminumnya dan tampak raut mukanya sedikit berubah.



Ifah:”A, neng boleh nyoba, jadi penasaran juga”

Saya:”Tapi dosa neng, gpp?

Ifah:”Gpp, mana tuangkan”

Saya pun menuangkan hingga setengah gelas.



Ifah:”Pelit ama Cuma segini?

Saya:”Coba dulu, nanti aa tambahin”

Ifah pun meminumnya tapi Cuma sedikit.

Ifah:”Gak enak banget ih, tapi koq banyak ya yang suka minum ginian”

Yuniar:”Mana mamah juga jadi penasaran”

Ifah pun memberikan ke Yuniar.



Yuniar pun meminumnya cukup banyak.

Yuniar:”Ia neng, enaknya apa ya?

Leni:”Kalau rasanya memang gitu mah, tapi mungkin nanti lebih gimana”

Yuniar:”Gimana apanya neng?

Leni:”Ya misal kalau ngewek nanti terasa lebih enak dan nikmat” ucap Leni sambil mencium pipi pak Hadi.



Yuniar:”Masa, mana mamah minum lagi penasaran” ucap Yuniar dan menghabiskan gelas yang tadi.

Saya pun mengisinya kembali.

Leni:”Si bapak ini diem wae, hehe”

Yuniar:”Malu neng, tapi bawa ke kamar, pasti ganas hihi’ ucap Yuniar sambil kembali meminum air di gelasnya.

Saya pun minum kembali untuk menemani Yuniar.



Ifah:”Di bawa ke kamar aza mbak, biar saya pindahkan anak saya” ucap Ifah sambil berjalan lebih dulu ke kamar untuk mengambil si Tabah.

Yuniar:”Udah pah, masuk kamar saja”

Leni pun menuntun Pak Hadi yang tampak hanya senyum-senyum saja dan mereka pun masuk ke dalam kamar.

Sementara Ifah tampak naik ke lantai dua.



Yuniar:”Biar si papah seneng-seneng dulu a, mamah mau ngecek daging” ucapnya dan segera meninggalkan saya.

Ifah pun sudah turun kembali dan menghampiri saya.

Ifah pun duduk di samping saya.

Ifah:”Minta lagi a, jadi penasaran”

Saya pun kembali menuangkan minuman ke dalam gelas Ifah.



Yuniar pun datang kembali dan duduk di samping Ifah.

Yuniar:”Penasaran ya neng?

Ifah:”Ia, apa bener kalau nanti ngewe jadi lebih nikma a?

Saya:”Gak tau, kita bukitiin nanti, aa jadi dikeroyok kan?

Yuniar:”Huh maunya, aa keroyok leni saja sama si papah hihi” ucap Yuniar sambil berdiri.



Ifah:”Kemana Mah?

Yuniar:”Mau kencing neng, kebelet” ucap Yuniar.

Ifah:”Dagingnya udah matang?

Yuniar:”Udah, kamu potong-potong dulu ya”

Ifah:”Ia”

Yuniar pun segera naik ke lantai atas. Saya pun melihat pantatnya yang bergoyang-goyang.



Ifah:”Udah jangan dilihatin mulu, aa naik saja sana”

Saya:”Bisa memang?

Ifah:”Ya bisa, bapak kan sudah ada yang nemenin”

Saya:”Kalau mamah gak mau?

Ifah:”Kalau mamah gak mau, aa perkosa aza, Cuma ini kesempatan aa, neng nunggu di sini sambil nonton tv”

Saya:”Serius?



Ifah:”ia, perkosa saja, pasti mamah gak bakal mau” ucap Ifah

Saya:”Wah bahaya kalau gitu, padahal mamah kayak ngasih kode?

Ifah:”Neng bilang perkosa aza, gk bakaln kenapa-napa, kalau aa ajak terang-terangan gak bakal mau, neng jamin, tapi kalau aa paksa juga gak bakal marah, neng jamin gak bakal marah sesudahnya, tapi pasti ngelawan”

Saya pun menjadi sedikit bingung.

Ifah:”Malah bengong, mamah tuh mau ngerasain diperkosa, udah ngerti?



Saya:”Oh, siap” saya pun dengan terburu-buru naik ke lantai 2.

Apa Yuniar punya suatu fantasi juga, apa benar yang diucapkan Ifah, sudahlah nekad saja apalagi saya sudah terpengaruh oleh minuman.

Saya pun mengendap-ngendap ke depan pintu kamar Yuniar yang tidak tertutup. Tak terlihat Yuniar mungkin masih di toilet.

Saya pun segera masuk ke dalam dan terdengar pintu kamar mandi di buka dan keluarlah Yuniar sambil membenahi celana leggingnya.



Yuniar sedikit terkejut melihat saya.

Yuniar:”Eh aa, mana si neng?

Saya:”Ifah masih di bawah mah, mungkin sedang motong-motong daging”

Yuniar:”Y sudah mamah ke bawah ya” ucapnya berjalan melewati saya tanpa bertanya kenapa saya ada di dalam kamar dia.



Begitu Yuniar sudah lewat di depan saya segera saya memeluknya dari belakang dan meremas kedua susunya.

Yunar:”Aaw, aa apa-apaan ini, uuugh lepasin” ucapnya tapi dengan suara tidak terlalu keras dan di bawah terdengar suara tv lebih nyaring dari sebelumnya.

Saya:”Aa udah lama pengen berduaan sama mamah” ucap saya sambil tetap memeluk Yuniar yang mencoba berontak. Saya pun menjilati kuping Yuniar dari balik hijabnya.



Yuniar:”Aaaaah aa lepasin aaaa, gak boleh ini dosa”

Yuniar yang smepat diam kini berontak dan membuat lantai kayu terdengar cukup berisik.

Saya pun menarik Yuniar yang tetap memberontak dan menjatuhkannya di kasur twin yang juga sudah ditempeklan jadi satu seperti di kamar saya dan Ifah dan segera saya menindih dia.

Mulut saya segera menciumi wajahnya Yuniar.



Yuniar:”Jangan aa, lepasin mamah aaagh, papah tolong mamah mau diperkosa si aa” teriak Yuniar tapi suaranya justru tidak terlalu keras jadi pasti gak mungkin terdengar oleh Pak hadi apalagi suara tv cukup kencang.

Saya justru semakin terangsang oleh perlawanan Yuniar.

Saya pun segera melumat bibir Yuniar dan kedua tangan saya menahan kedua tangan Yuniar yang masih memberontak dan saya bentangkan di samping kepalanya.



Yuniar:”Mmmmmz, lepasin aaagh anjing,mmmmmmpz” Yuniar sempat menggunakan lututnya dan seidikit mengenaik sisi selangkangan saya.

Saya pun segera menekan dia dengan lebih keras lagi. Kembali saya menciumi mulutnya Yuniar.

Yuniar:”aaagh…mmmmpz,najiiis,,,mmmmmmmmmz” ucap Yuniar tapi malah dia membuka mulutnya dan lidah malah dijulurkan dan segera saya isap. Dia pun kembali berontak.

Yuniar:”uuughhh…uuughhhhh” tapi mulutnya malah melayani mulut saya. Lidah kami saling bertautan.



Saya pun menaikan jilbab Yuniar dan tampak lehernya yang putih.

Kini mulut saya segera mendarat di lehernya.

Yuniar:”Lepasin anjing jangan aaaaaah” sambil teriak Yuniar kali ini sedikit lebih keras dan mungkin terdengar sampai ke bawah, tapi sebenarnya kalau dia mau dia bisa teriak lebih keras lagi.Tangannya pun terus berontak dan kepalanya bergerak ke sana kemari.



Yuniar:”Aaagh jangan dicupangin uuughh” teriaknya dengan suara seperti tadi begitu saya mendaratkan gigitan cukup keras dan lama di lehernya hingga menimbulkan warna merah.

Yuniar:”Aaaah ampun uuuhhhhh”

Saya pun segera mebalik badan Yuniar hingga tengkurap dan saya tarik kedua deker di tangannya hingga terlepas.

Yuniar:”Lepasin a, jangan perkosa mamah aaagh ampun. Lepasin” ucapnya kini dengan suara seperti nangis dan terisak. Saya pun sedikit kaget apa benar dia minta di lepasin.

Tapi saya pun sudah terlanjur nafsu. Saya tarik keras kaosnya untuk saya buka tapi dia malah berontak lagi. Lalu crrrrek…



Terdengan bunyi sobekan dan rupanya kaos putih yang dikenakan Yuniar pun sobek. Kaosnya tetap saya tarik hingga akhirnya terlepas melalu kepalanya.

Tampak Yuniar hanya menengankan bh warna hitam yang tadi baru di beli di mall,

Saya pun membalik badan Yuniar dan segera menciumi bagian atas payudaranya yang menonjol tidak tertutupi oleh bh dia.



Yuniar:”Aaaah jangan aa, lepasin uuugh” ucapnya sambil berontak membuat ranjang berdirit.

Tangannya sebenarnya kini sudah bebas, dia bisa saja memukul saya tapi tangan dia hanya berusaha mendorong kepala saya agar menjauh dari dadanya.

Yuniar:””Aaaghu aaampun aaaaa, jangan dilepas aaaah kutang mamah aaaagh robek” teriak Yuniar karena saya sengaja menarik kedua cup bh dia tanpa melepas kaitnya yang berada di belakang.

Breeet..kain yang menghubungkan kedua cup bh Yuniar pun robak hingga saya kini dengan mudah menggeser keduanya hingga toket yang lama saya khayalkan kini terpampang di depan wajah saya..



Tampak Puting susu Yuniar begitu panjang cokelat kehitaman begitu juga areolanya pun begitu kehitaman dan berukuran besar. Saya pun segara mencaplok pentil susunya yang sebelah kanan.

Saya pun segera menghisap pentil susunya Yuniar. Meski tidak ada asinya tapi tetap terasa nikmat dan puas karena sudah beberapa hari saya mengincarnya.

Sementara satu tangan saya lainnya meremas-remas toked gedenya yang jauh lebih gede dari punya Diah istrinya Fadli.



Yuniar:”Aaaawh, jangan, jangan dihisap aa, ampun gusti, jangan aaaagh” erang Yuniar sambil tetap meronta tapi rontaanya cumak sekedar rontaan saja saya yakin Yuniar bisa lebih meronta lagi apalagi kini lengannya bebas. Tangannya hanya meremas-remas kepala saya dan kadang sedikit mendorong kepala saya agar jangan menjauh.

Yuniar:”aaagh jangan dicupang a, nenen mamah aaaagh, nanti kelihatan papahnya Ifah uuuhghhhh, jangaaaaaan” Yuniar kembali meronta kali ini lebih keras begitu saya menggigit susunya di dekat pentilnya hingga menimbulkan warna merah sebesar uang koin seratus warna emas jaman dulu.



Tidak sampai di situ saya pun memberikan dua cupangan lagi.

Yuniar:”Aaagh ampun uuuhh isep pentil kirinya aaaah uuuuhhh” ucap Yuniar tanpa sadar ketika kepala saya sudah berpindah menjilati susunya yang sebelah kiri.

Lidah saya pun mulai menjilati pentil susu Yuniar yang sebelah kiri.

Yuniar:”Aampuuuun geliiiii aaaa uuughh ampuuuun”

Saya pun kemudian mencaplok pentil susu Yuniar yang sebelah kiri dan saya pun menghisapnya. Saya pun melihat ke atas tampak tangan Yuniar kini meremas seprai di sebelah kiri dan kanan tak lagi menghalangi kepala saya.



Saya pun lebih leluasa menyedot pentil susunya Yuniar.

Yuniar:”Aaaagh udah aa, lepasin puting susu mah, jangan diisep terus uuugh gusti geli ampuuun”

Saya:”Pentil susu mamah gede banget dan panjang, aa suka” ucap saya kemudian kembali mencaplok pentil susunya Yuniar.

Yuniar tampak memejamkan matanya sambil menarik-narik kain sperai hingga tampak kusut.



Saya pun memberikan gigitan kecil di sekitar pentil susu Yuniar dan memberikan warna kemerahan. Kali ini tidak ada protes dari Yuniar.

Kemudian saya menarik tangan kiri Yuniar lalu saya balik dan segera saya benamkan mulut saya di ketiak Yuniar yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Yuniar:”aaaaw, jangan dijilat ketek mamah aaaaah tidaaaak, geliiiiii”

Yuniar kembali memberontak tapi saya mendekapnya dengan lebih bertenaga lagi.



Ketiak Yuniar pun seketika menjadi basah oleh liur saya.

Yuniar:”aaagh ketiak mamah aa cupang juga uuuugh” Yuniar mengerang ketika saya memberi cupangan di ketiaknya.

Kini giliran tangan satunya saya balik dan mulut saya segera menyapu ketiak Yuniar yang satunya lagi dan saya perlakukan sama seperti sebelumnya. Ketiak kanan Yuniarpun basah oleh ludah saya.



Setelah puas dengan ketiak Yuniar saya dengan cepat bangkit dan membalik kembali badan Yuniar. Saya menarik legging Yuniar, sontak Yuniar kembali berontak dan meronta.

Yuniar:”Jangan, udah, lepasin” dalam hati pintar juga Yuniar berakting. Dia berontak dengan cukup kuat hingga pelukan saya dipahanya terlepas tap isaya masih bisa memegang kakinya sebelah dan saya menariknya lalu saya kembali menindihnya dengan posisi dia tengkurap. Tangan saya kembali berusaha menurunkan celana legging dia.



Saya pun berhasil menarik celana legging Yuniar sampai turun ke paha, tampak pantat besar yuniar hanya terbungkus cd warna hitam.

Saya pun segera menarik legging tipis tersebut sementara Yuniar berbalik terlentang dan tangannya menahan leggingnya dari tarikan saya.

Saya pun menarik tangan Yuniar agar melepaskan pegangannya dan begitu terlepas saya cepat menarik legging tersebut hingga saya pun berhasil.

Yuniar:”aaagh jangan aaa, jangan” Yuniar pun mundur sampai ujung ranjang. Saya pun segera menciumi legging Yuniar sambil menteringai.



Yuniar:”a, jangan perkosa mamah a, inget, aa menantu mamah”

Saya:”Dan mamah mertua yang suka menggoda menantunya hehe, malah sampai pipis di depan menatunya” ucap saya dan segera melepas baju kaos saya dan celana pendek jeans saya.

Mata Yuniar tertuju kepada gundukan di selangkangan saya yang masih terbungkus celana dalam.

Saya pun segera melepaskan celana dalam saya dan kontol saya pun segera mengacung.

Yuniar pura-pura menutup matanya sambil terisak-isak, kalau benar-benar dia tidak mau saya perkosa ini kesempatan buat dia kabur dan teriak tapi dia hanya diam saja.



Saya pun segera menubruk Yuniar dan menariknya ke tengah ranjang. Yuniar kembali meronta-ronta.

Yuniar:”Jangan a, lepasin mamah, jangan perkosa mamah tolong ini dosa mmmmpz” tapi saya langsung melumat mulutnya dan menciumi bibir dia.

Saya pun berhasil kembali menindih dia.

Setelah puas menciumi Yuniar lagi saya pun bergerak dengan cepat ke bawah dan menarik celana dalamnya Yuniar. Yuniar langsung bangun berusaha mati-matian mempertahankan celana dalamnya agar tidak saya lepas.

Yuniar:”aagh jangan aaaaa, jangan tarik cangcut mamah, lepasin anjing, bajingan, bangsat kamu” ucapnya memaki saya dengan suara cukup keras saya sedikit kaget juga dan kesal. Akhirnya saya tarik kedua tangan Yuniar dan begitu lepas tangannya saya tindih dengan lutut saya sementara tangan saya menarik kuat-kuat pinggiran cd tipis warna hitam yang dia kenakan yang baru kami beli di mall.



Breeet…bunyi kain robek dan cd yang di kenakan Yuniar pun robak dan saya tarik paksa hingg memek Yuniar pun terbuka, cd dia masih menempel di paha kirinya bagian kanan yang berhasil saya robek.

Yuniar:”Anjing, sampai kamu robek cangcut mamah”

Saya tak menanggapinya tapi saya dorong Yuniar hingga terlentang. Tampak memeknya yang dipenuhi bulu-bulu keriting. Saya buka kakinya lebar-lebar sampai terangkat tinggi dan saya benamkan wajah saya di memek dia.



Baru saja lidah saya menyapu bibir memeknya, Yuniar pun meronta-ronta lebih keras hingga saya sedikit terpelanting. Benar-beanr si Yuniar ini ingin diperlakukan sebagai perempuan yang diperkosa, pikir saya di dalam hati.

Yuniar:”Aaaagh jangan dijilat memek mamah bangsaaat”

Saya pun segera memegangd memeluk pantat Yuniar dengan erat. Perlahan saya naik dan menindih Yuniar.



Saya pun berbisik di telinga Yuniar.

Saya:”Ini saatnya aa memperkosa memek mamah hehe”

Yuniar kembali meronta.

Yuniar:”Jangaaaan, tidaaaak, jangan perkosa mamah a, please”



Saya pun segera melebarkan kedua kaki Yuniar dan saya tahan dengan kaki saya. Kini tiba-tiba Yuniar diam seperti membiarkan saya segera menyetubuhi dirinya.

Saya pun mencoba mengarahkan kontol saya ke memek Yuniar tapi kembali Yuniar meronta hingga meleset.

Saya:”aaagh diam” ucap saya sambil menekan badan Yuniar lebih keras hingga dia sedikit meringis ke sakitan.

Kesempatan tersebut membuat saya berhasil mengepaskan posisi kontol saya dengan memeknya Yuniar.



Saya segera mendekap badan Yuniar dengan kedua tangan saya memeluk badannya. Tangan saya melingkar di bawah pundak dia.

Lalu bleeees….saya berhasil melesakan kontol saya hingga setengahnya ke memek Yuniar yang saya rasa belum sudah cukup basah.

Yuniar:”Tidaaaaak jangan aaaaaaa” Yuniar kembali meronta.



Saya pun sekuat tenaga menahan gerakan dia dan saya sodokan lebih dalam lagi kontol saya ke memek dia yang terasa begitu hangat.

Bleseeeek…

Yuniar:”Tidaaaak…aaa jangan nodain mamah please aaaakh” Yuniar merengek dengan wajah yang menurut say lebih ke wajah sange.



Saya pun kembali menghentakan kontol saya hingga seluruh batang kontol saya terbenam di memeknya mertua saya ini.

Yuniar:”Tidak, aaaaaah, aa jangan rampas kehormatan mamah tidaaaak..jangan dientooot” teriak Yuniar cukup keras. Saya sudah tidak perduli. Saya pun segera menggenjot memeknya Yuniar.

Plooook..poooook…ploooook….

Benturan paha saya dengan pantatnya Yuniar terdengar nyaring mengisi seluruh kamar dan ranjang pun berderit kencang.



Kepala Yuniar menggeleng ke kiri dank e kanan sambil terpejam dan mulutnya sedikit terbuka.

Saya pun segera melumat bibirnya yang cukup sensual.

Yuniar:”mmmpz, aaagh mmmmmmmmzppp aaaagh zina aaaaah…zinaah”

Kemudian saya pun berpindah menjilati lehernya Yuniar dan jilbabnya yang sudah awut-awutan saya singsingkan. Lidah saya segera menelusuri lehernya .



Yuniar:”ampun Papah, mamah diperkosa si aa, neng mamah diperkosa suami kamu uuuugh..uuughhh mamah dikontolin laki kamu neng uuuhh” racau Yuniar dengan mata terpejam.

Saya pun berbisik di telinga Yuniar.

Saya:”Gimana mah, kontol aa lebih gede dan panjang kan dari kontolnya bapak”

Yuniar:”Ia kontol aa lebih gede dan panjang a, tapi ini dosa, ini zinah, Nazis aaagh cabut a kanjutnya uuugh” Yuniar kembali meronta tapi malah membuat terasa makin nikmat.



Memeknya betul-betul memijat dari dalam. Saya baru ingat belum meminum obat dari Donatus.

Saya:”Memek mamah enak banget, lebih enak empotannya dari memeknya Ifah” bisik saya di telinga dia. Tiba-tiba Yuniar membuka matanya dan saya pun tersenyum.

Yuniar kembali meronta.

Yuniar:”Tidaaaaak, jangan zinahi mamah aa, udah cabut kontolnya sekarang”

Saya:”Mamah beneran mau aa cabut kontol aa dari memek mamah, aa cabut sekarang”

Yuniar:”Jangan a, entot lagi” ucapnya pelan.

Saya:”Kalau gitu janga meronta terus” ucap saya



Saya pun mempercepat sodokan kontol saya di memeknya Yuniar. Plooook…ploooook…ploooook…

Yuniar:”aaghhh sakit memek mamah, udah jangan zinahi mamah uugh” racau Yuniar tapi kini tak lagi meronta.

Saya:”Memek mamah bener-bener nikmat mah, rapet” ucap saya memuji Yuniar yang kini kembali memejamkan matanya.

Keringat mulai membasahi tubuh kami berdua.



Yuniar:”aaagh zinahin mamah aaaaaaa…aa uugh enak kontolna uugh” Yuniar mulai meracau lagi dan memeknya terasa makin hangat.

Yuniar:”Sodok yang kenceng a uuugh..uughhhhh”

Ploooook…plooook…plooook…

Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya.

Yuniar:”Aaaagh, gak kuat aaaah ampun uuughhhhh” lalu Yuniar tiba-tiba melingkarkan kedua kakinya ke punggung saya dan mengejang.



Saya pun segera melumat bibirnya dan kami pun berciuman, sementara memeknya terasa berkedut tanda dia baru mencapai orgasme. Setelah beberapa lama saya pun mencabut kontol saya dan menarik Yuniar dangan sedikit kasar.

Saya:”Nungging kamu Yuni” ucap Saya.

Yuniar:”Jangan perkosa mamah lagi a, udah” ucapnya tapi menuruti permintaan saya dan segera menungging.

Saya:”Enak aza, mamah udah keluar, aa kan belum” ucap saya sambil menampar pantatnya.



Plaaaak…plaaaak..

Yuniar:”aaaaw, a, sampai merah gini bool mamah” ucap Yuniar sambil memeriksa pantatnya.

Saya memang meminta posisi ini karena saya gemas dengan pantat Yuniar yang begitu besar dan padat.

Saya segera menarik Yuniar mundur dan bleeesek….

Saya pun membenamkan kontol saya kembali ke dalam memeknya Yuniar.



Yuniar:”aagh ampun papah, neng mamah diperkosa lagi sama si aa, uuughhh…uuughhhh, tapi enak aaah diperkosa”

Ploook..plooook..plooook

Saya pun segera menyodokan kontol saya dan mengentot Yuniar dia kecepatan penuh. Berkali-kali kepala Yuniar terdongkak ke depan. Tiba-tiba terdengar suara si tabah menangis.

Yuniar:”Aaaaah, uugh, si dedek ini ganggu aza orang lagi enak ewean” ucap Yuniar karena saya pun menghentikan sodokan kontol saya.



Yuniar:”Apa mamah ambil dulu a? Yuniar pun menoleh kepada saya.

Tapi lalu terdengar orang berjalan di tangga dan tampak Ifah naik dia pun segera melihat kepada kami dan tersenyum.

Saya pun kembali menyodokan kontol saya ke memeknya Yuniar.

Yuniar:”Neng tolooong, mamah diperkosa aaaah”

Tapi Ifah malah mengacungkan jempolnya yang dijepit dua jari lainnya dan segera masuk ke kamar sebelah.



Ploook…plooook…plooook..

Yuniar:”aaagh, ampuuun, jangan zinahi mamah aaaaagh”

Saya pun memegang ujung jilbab Yuniar dan segera mengentotnya lebih kencang lagi.

Ploook…ploook…plooook..plaaak..plaaak…

Yuniar:aaaaw, sakit uuughhh” teriak yuniar yang sepertinya kali ini kesakitan betulan. Pantatnya tampak memerah akibat saya tabokin.

Sementara terlihat Ifah menggendong tabah sambil buru-buru turun tampak melihat kepada kami.

Yuniar:”Neng aaaagh, tolong mamah diperkosa uyuughhhhh”

Saya merasakan sprema saya sudah mulai di ujung.

Saya pun segera mencabut kontol saya dan mendorong Yuniar hingga terlungkup.

Saya pu menariknya dengan kasar hingga dia terlentang kembali.



Yuniar tampak segera melebarkan kedua kakinya.

Bleeesek…

Saya pun kembali menyodokan kontol saya ke dalam memeknya Yuniar….

Ploook…plooook…plooookkk

Yuniar:”aaag ampun uuughhh, udah cabut kontolnya aaaah”

Saya pun semakin membabi buta. Sodokan saya semakin tidak beraturan.

Ploook…ploook…ploook…

Yuniar:”aaagh gak kuat uuuuhhhhhh…ampun mamah diewe menantu aaah” erang dia sambil kembali melingkarkan kedua kakinya di pinggang saya.

Saya:”Terima di mertua binal peju gua” ucap saya….

Ploook…ploook..ploook



Yuniar:”Tidak, jangan di dalam memek mamah aaaaaah…aaaaghhhh” tapi justru kakiinya makin kuat melingkar di punggung saya.

Saya:”aku hamilin kamu mertua binal”

Yuniar:”Jangan di dalam memek a uuuuh….dinodain aaaagh”

Crooot…croooot…croooooot…



Sprema saya pun membanjiri memeknya Yuniar yang juga diikuti oleh Yuniar yang mengejang dan tangannya mencakar punggung saya sehingga menimbulkan sedikit rasa perih.

Yuniar:”aaah tidaaaaak….uuuughhhhh…uuughhhhhh…mmmmmpzzzz mamah digadabah neng uuuuuh”

Saya segera melumat bibir Yuniar dan kami pun berciuman cukup lama.



Yuniar:”mmmpz…aa uugh kita udah berzina aagh” ucap Yuniar sambil melepaska mulutnya dari mulut saya.

Saya:”Maaf ya, aa udah memperkosa mamah, abis mamah godain aa mulu” ucap saya masih mendindih tubuh Yuniar.

Yuniar:”Ia, aa jahat banget udah gadabah mamah, mamah malu sama suami mamah, mamah udah ternoda, kehormatan mamah udah dirampas”

Saya:”Memek mamah enak banget, makasih mah, empotannya luar biasa”

Yuniar:”Berat a, peju aa banyak banget masuk ke memek mamah sampai panas gini iiih memeknya mamah” ucap Yuniar mendorong tubuh saya dan saya pun berguling ke samping dia.



Yuniar dan saya kembali terdiam, saya masih memanfaatkan untuk meremas-remas toketnya yuniar.

Yuniar:”si Papah udah belum ya ngeweknya sama si Leni?

Saya:”Gak tau mah, mamah liat aza ke bawah”

Yuniar:”Masih lemes abis diperkosa sama kamu, agak perih memek mamah tadi waktu diewe sama aa” ucap Yuniar sambil meraba-raba memeknya.



Yuniar:”Banyak banget pejunya a, ini sampai meluber keluar dari memek mamah” ucap Yuniar sambil menunjukan jarinya yang basah oleh sperma saya.

Yuniar:”Kasihan Ifah, nanti aa minum obat kuat ya, mamah dan Ifah bakal ngeroyok aa”

Saya:”Siap mamah kan udah janji waktu di mall”

Yuniar:”Ia, uh lemes banget, enak banget tadi ewean” ucap Yuniar.



Saya:”Mamah memang punya fantasi diperkosa ya?

Yuniar:”ia, dulu waktu Ifah nikah sama Hakim kan di bawa sama adik kamu, rumah mamah kerampokan, rampoknya tiga orang, mamah hampir saja diperkosa sama mereka”

Saya:”Tapi gak berhasil? Saya jadi ingat kejadian istri saya dewi yang juga diperkosa oleh perampok.

Yuniar:”Untung teriakan mamah kedengaran bapak, bapak kan kebetulan ngeronda jadi mamah sendiri di rumah, jadi rampoknya pada kabur”

Saya:”Mamah sempat diapain aza?

Yuniar:”Belum diapa-apain baru ditindihin, keburu datang yang ronda, tapi aneh habis kejadian itu mamah jadi ngebayangin gimana ya kalau diperkosa hihi”



Saya:”Mamah gak takut hamil, tadi aa buang peju di memek mamah”

Yuniar:”Tenang aza mamah kb koq jadi gak bakal hamil”

Saya:”Mamah gak pengen punya anak lagi?

Yuniar:”udah punyaa cucu, masa mau punya anak lagi a, jangan ditarik gitu pentil susu mamah sakit a”

Saya:”Gemes sich mah, panjang gini dan gede”



Yuniar:”sakit tapi a, kalau digituin nenennya mamah” ucap Yuniar yang kini tangannya meremas-remas kontol saya.

Saya:”kalau mamah mau hamil lagi, bilang aza, biar aa hamilin”

Yuniar:”Ih amit-amit, cukup zina gini aza a, jangan sampai mamah hamil sama menantu, udah ah mamah mau mandi dulu ya”

Saya:”Ok, aa mau tiduran dulu, nanti kalau mamah udah selesai mandi bangunin aa ya”

Yuniar:”Ia, ini kutang mamah, padahal baru beli sampai robek gini, cangcut mamah juga sampai sobek gini”

Saya:”Tenang, bisa aa beliin lagi mah”

Yuniar pun tersenyum dan memunguti pakaiannya yang berserakan dan berjalan menuju ke kamar mandi.



Saya memilih memejamkan mata dan selanjutnya saya pun tertidur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Binalnya Istriku Dewi 78

  PART 78 POV Wife Pagi itu aku duduk sendiri di teras rumah. Hatiku tengah galau berat. Hanum sedang pergi mengantar Intan ke sekolah dan Anis bersama Bu Heti sedang berbelanja ke super market untuk kebutuhan sehari-hari dan Revan ikut dengan mereka. Sore atau malam nanti suamiku akan pulang ke rumah, aku khawatir tidak bisa menahan amarah sehingga semua rencanaku akan gagal. Aku sedang memikirkan bagaimana aku bersikap kepada suamiku dan menahan emosi agar semua rencanaku berjalan semestinya dan aku dapat mengetahui apa suamiku menyeleng atau tidak dibelakangku, yang pasti dia sudah berbohong namun aku belum tahu alasannya. Saat sedang melamun aku mendengar pintu pagar digedor-gedor dari luar. Saya pun kaget dan segera berdiri untuk mencari tahu. Ternyata ada seseorang memukul-mukul pagar menggunakan tongkat kayu. Orangnya kurus dan tingginya mungkin hampir sama dengan saya dan kelalanya plontos. Memakai kaus lengan pendek warna putih dan celana jeans. Tangannya

Binalnya Istriku Dewi 76

PART 76 POV SUAMI Aku terbangun karena suara tangisan Tabah. Aku masih berpelukan dengan istriku Ifah dalam keadaan telanjang bulat. Ifah pun segera melepaskan pelukanku dan bangkit dan menggendong anaknya. Saya:”Kenapa dia neng? Ifah:”Pup ternyata a, neng ganti popok dia dulu ya, aa tidur lagi aza baru jam 6”ucap Ifah. Saya pun memutuskan untuk melanjutkan tidur karena memang masih ngantuk sekali karena habis bergadang sampai pagi. Saya pun terbangun kembali ketika ada cahaya terang pas di muka saya. Saya pun membuka mata dan ternyata cahaya tersebut masuk melalui kaca jendela yang tirainya sudah dibuka. Ku lihat sudah jam 8 pagi. Tak ku dapati Ifah maupun si Tabah di tempat tidur. Saya pun segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi saya pun segera memakai pakaian saya hingga rapi dan saya gunakan celana pendek biar santai saja. Saya segera turun ke lantai satu dan ku dapati Pak Hadi sedang santai sambil duduk bersama si Tabah menonton kartu

Binalnya Istriku Dewi 77

  PART 77 POV SUAMI Besok paginya aku pun dibangunkan oleh Ifah sekitar pukul 6 pagi. Ifah:”Bangun a, mau ikut mandi di kali gak? Ucap Ifah yang tampak masih memakai baju daster warna cream semi transparan lengan pendek yang dipakainya tadi malam tapi kepalanya sudah mengenakan jilbab warna hitam Saya:”Hoam, jadikah mau mandi di kali? Ifah:”Ia, katanya aa penasaran pengen mandi di kali? Saya:”Berdua aza? Ifah:”ia, ibu jagain si tabah, bapak udah berangkat ke sawah” Saya pun segera turun dari ranjang. Ku lihat Ifah mengambil handuk dua dan satunya diberikan kepada saya. Saya pun segera menerimanya. Dari belakang saya dapat melihat bayangan warna hitam di pantat istrinya begitu juga di punggungnya, sepertinya Ifah meanggunakan pakaian dalam berwarna hitam. Saat keluar dari kamar ku lihat di teras Yuniar sedang duduk di lantai memakai baju gamis merah dan jilbab warna putih bermain dengan si Tabah. Ifah:”Ayo a, kita berangkat sekarang” Saya:”bentar neng,